Seorang gadis remaja menggerutu kesal menatap ponselnya. Gadis itu menghubungi sang kakak, namun tak ada satupun panggilan nya yang diangkat, sungguh terlalu, pikir gadis itu.
"Dasar nyebelin! Kenapa gak diangkat coba." Gerutu gadis berambut sebahu itu.
Gadis itu mencebik kesal, mendaratkan bokong nya dikursi.
"Kenapa sih dek, marah-marah terus?" Tanya seorang wanita paruh baya.
Wanita itu mendudukkan dirinya didekat gadis remaja itu.
"Ini loh, Ma. Kak Asher gak angkat telpon aku." Gadis remaja cantik itu mengadu kepada sang mama.
"Yaudah lah, lagian kamu tau sendiri kakak kamu kayak gimana, cueknya kebangetan." Seru Mama Ambar.
"He'em, yaudah kalo gitu boleh gak Sheira ke rumah kak Asher? Boleh ya, ma?" Gadis itu membujuk sang mama agar mengizinkannya berkunjung ke rumah sang kakak.
Mama Ambar hanya berdehem saja.
"Ish, Mama. Jawab yang bener dong, boleh gak nih?"
"Iya, boleh."
"Yes," gadis itu terlihat sangat bersemangat berkunjung ke rumah sang kakak.
Mama Ambar geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya itu.
"Seneng banget kayaknya, kenapa sih? Jangan-jangan kamu lagi rencanain sesuatu ya?" Selidiknya.
Sheira mencebik kesal,"mama kenapa sih, ke aku tuh curiga terus. Aku kan anak baik, rajin menabung dan tidak sombong." Cerocos Sheira.
"Heleh, pret. Rajin menabung dari mananya, yang ada kamu tuh boros!" Ucap Mama Ambar
Gadis itu hanya cengengesan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
***
Ting nong...
Suara bel rumah berbunyi, Adine yang kebetulan ada diruang tamu pun segera membukakan pintu.
"Hai, Kakak ipar."
Gadis remaja itu menyapa dengan riangnya.
Adine membalas senyuman gadis remaja itu dengan ramah,"hai, Sheira. Ayo masuk." Ucapnya
Sheira yang mendengar itupun, mengerjapkan matanya. Ia masih mencerna, apakah benar ini kakak iparnya yang cuek itu? Pikirnya.
"Malah bengong, ayo masuk."
Adine menarik tangan adik iparnya itu.
Sheira duduk di sofa, ia terus memperhatikan kakak iparnya.
"Mau minum apa, shei?" Tanya Adine
"Eh, iya. Aku jus jeruk aja kak."
Wanita itu segera menuju dapur, membuatkan minuman untuk sang adik ipar.
Sedangkan Sheira masih tak percaya dengan perubahan kakak iparnya. Sebenarnya ia sudah tahu dari sang mama, kakak iparnya itu sudah mulai berubah.
"Tadi beneran kak Adine, kan?" Monolognya.
Adine datang dengan membawa nampan yang berisi jus jeruk dan juga makanan ringan.
"Makasih, kak. Aku minum, ya."
"Iya, sama-sama."
Sheira meletakkan gelasnya kembali.
"Oh iya, kak. Kak Asher mana?" Tanya Sheira seraya celingak-celinguk mencari keberadaan sang kakak.
"Kayaknya ada diruang kerjanya deh," jawab Adine.
"Oh, pantesan aku telpon gak diangkat-angkat."
"Shei, kakak tinggal sebentar ya, mau lihat Aldin dulu."
Adine bangkit dari duduknya.
"Ikut kak, aku juga mau lihat Aldin."
Mereka pergi menuju kamar Aldin.
Sesampainya di sana, Adine langsung mengambil alih Aldin dari gendongan Risa.
Adine mengajak berbicara sang anak, bayi tampan itu terus memperhatikan sang mama, sambil memasukkan ibu jarinya ke mulut.
Semua yang Adine lakukan terus diperhatikan oleh Sheira.
"Benar kata mama, kak Adine sudah berubah." Batin Sheira.
Adine membawa sang anak keluar dari kamar, diikuti oleh Sheira dan Risa.
Gadis remaja itu membisikkan sesuatu kepada babysitter keponakannya.
"Mbak, yang tadi beneran kak Adine, kan?" Bisik Sheira
"Iya, non. Itu nyonya Adine." Balas Risa dengan berbisik pula.
Sheira mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kenapa, non? Aneh ya, non?" Tanya Risa yang mengerti bahwa perubahan pada nyonya itu pasti akan membuat orang merasa aneh.
"Wajar sih merasa aneh, karena kan nyonya itu orangnya cuek banget. Saya aja kaget waktu nyonya mau menggendong tuan muda. Ini udah dua hari nyonya sekarang terlihat peduli pada tuan muda. Saya seneng banget nyonya udah gak secuek dulu."
Ungkap Risa merasa senang dengan perubahan pada nyonya nya itu."Iya, kah?"
"Iya, non. Bahkan nih ya, tuan juga sepertinya mulai tertarik dengan nyonya. Cuma ya gitu, tuan orangnya gengsi untuk mengakui." Ucap Risa
Sheira mengangguk,"bener banget, mbak. Kak Asher tuh emang gengsian orangnya, sok-sokan gak mau tahu padahal mah paling kepo tuh dia."
Mereka malah asyik mengobrol tanpa menyadari Adine yang sudah tak terlihat dari pandangan mereka.
***
Pria tampan itu sudah keluar dari ruang kerjanya. Ia melihat sang istri berjalan menuju kolam renang, karena penasaran, Asher mengikutinya dari belakang.
Terlihat sang istri mendudukan dirinya dikursi yang lumayan jauh dari kolam renang.
Yang menjadi pusat perhatian pria itu adalah bayi berwajah yang sangat mirip dengannya, namun versi kecilnya.
Aldin tertawa memperlihatkan gusinya, sesekali ibu jarinya dimasukkan ke dalam mulut.
"Cie cie... Yang lagi merhatiin pujaan hati. Samperin dong, masa liatin dari jauh doang." Ucap Sheira yang tiba-tiba berada dibelakang Asher.
Pria itu tersentak kaget, mendengar suara yang tak asing itu.
"Astaga, Sheira!" Kaget Asher.
Gadis itu melebarkan senyumnya, melihat respon sang kakak.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Asher terlihat tak senang dengan keberadaan sang adik yang kini berada dirumahnya.
"Emang kenapa, kalo aku ada disini? Gak suka?"
"Bukan gitu--"
"Bukan gitu apa? Aku aduin ya, ke mama."
Sheira meraih ponselnya yang ada di tas.
"Dasar tukang ngadu!"
Pria itu langsung merampas ponsel sang adik.
"Ish, dasar nyebelin! Siniin ponsel aku kak." Kesal Sheira mencoba meraih ponselnya yang ada ditangan Asher.
"Kakak tahu kamu kesini mau ngapain." Kata Asher
"Minta uang, kan? Gak, gak akan kakak kasih. Baru juga dua hari yang lalu kakak kasih kamu uang, masa iya udah habis aja. Jangan boros, dek." Sambungnya.
Sheira cemberut,"dasar pelit!"
Adine yang mendengar keributan yang tak jauh dari keberadaan nya, segera menghampiri suami dan adik iparnya itu.
"Ada apa sih ribut-ribut?"
Mendengar suara Adine, sontak membuat Asher berhenti bertingkah, Sheira yang melihat itupun langsung merampas kembali ponsel miliknya yang berada ditangan sang kakak.
"Kakak ipar," ucap Sheira tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adine's second life
FantasyBagi Adine, pernikahan yang ia jalani terasa hambar. Memiliki suami namun terasa hidup sendiri, Asher tak pernah memberikan perhatian kepada dirinya. Asher adalah pria kaku yang dingin dan susah ditebak. Dua tahun pernikahan mereka dikaruniai seoran...