Wajib follow sebelum baca!
*****
Pagi ini seperti biasa Dinda mengantarkan kopi ke ruangan Denish. Tapi, ada yang berbeda, jika biasanya setiap ia masuk ruangan selalu kosong atau hanya ada Bu Vega sekretaris Denish, untuk pagi ini bosnya itu sudah duduk manis di kursi kebesarannya.
Dinda mengucapkan sapaan sekedarnya lalu dengan hati-hati meletakan segelas kopi yang ia buat di atas meja kerja Denish.
"Silakan diminum, Pak. Saya permisi"
"Ini mangga dan strawberry dari Zefa" Denish menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang yang di dalamnya terdapat buah-buahan yang sengaja Zefa siapkan untuk Davin. Bahkan keponakannya itu memilih sendiri buah-buahan paling bagus untuk diberikan kepada Davin.
"Tidak usah, Pak. Terimakasih" tolak Dinda sesopan mungkin.
"Bukan buat lo. Ini buat Davin" Dinda masih bergeming di tempatnya menatap uluran tangan Denish.
"Ini buat Davin bukan buat lo. Lo tinggal terima aja apa susahnya" decak Denish, sebal karena uluran tangannya tak segera disambut.
Tak mau mendebat sang atasan, akhirnya Dinda menerima kotak yang Denish berikan. Tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih"
"Kenapa lo mau jadi OG dinda?"
Baru saja kembali berjalan keluar, pertanyaan Denish menghentikan langkahnya. Tanpa sadar Dinda menghela nafas berat ketika lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari mulut Denish.
"Apa ini pertanyaan penting yang harus saya jawab?" Tanya Dinda yang sebenarnya sudah malas karena sudah sering mendapat pertanyaan serupa. Kenapa lelaki itu tak pernah puas dengan jawabannya?
"Sangat, kenapa harus OG?"
"Memangnya apa yang salah dengan OG?"
"Gue serius, Dinda"
"Jawabannya sederhana. Saya butuh uang"
"Lo dulu bilang mau jadi dosen"
"Itu dulu" balas Dinda singkat.
"Kenapa beasiswa itu enggak lo ambil?"
Ketika melihat biodata Dinda, ternyata wanita itu hanya lulusan SMA. Padahal dulu Denish sudah mengalah agar Dinda bisa mendapatkan beasiswa yang ingin wanita itu raih dengan susah payah bahkan sampai harus mengorbankan segalanya.
"Bukan urusan Bapak!"
"Kemana suami lo?" Tanya Denish yang masih belum lelah bertanya.
Dari data diri Dinda yang Denish baca tertulis jelas bahwa Dinda sudah menikah.
"Ada" balas Dinda singkat.
"Padahal kalo lo ambil beasiswanya lo gak perlu susah-susah jadi OG" ucap Denish menyayangkan.
"Bapak tidak tau apa-apa. Semua tidak semudah yang Bapak ucapkan dulu ataupun sekarang" Setelah mengucapkan itu Dinda memilih cepat-cepat pergi.
"Saya permisi"
*****
Dinda makan dengan sedikit terburu-buru karena banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Nasi dengan dadar telur adalah menu makan siangnya hari ini. Untuk memghemat ia memang selalu membawa bekal dari rumah. Selesai dengan makannya ia mencuci tempat makannya. Dinda bersandar dikulkas sambil mengelus perutnya yang terasa sedikit lebih membuncit. Karena makan terburu-buru ia merasa perutnya sedikit begah.
"Udah selesai makannya, Din?" Tanya Caca menghampiri Dinda.
"Udah, Mbak. Gantian, sekarang Mbak yang makan dulu" Dinda bisa melihat Caca memgangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Us [END]
RomanceMature Content! HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! ***** Bertemu kembali dengan mantan kekasih masa SMA, mungkin Dinda akan bersikap biasa saja jika perpisahan mereka dulu dilakukan secara baik-baik. Semua hal yang membuat mereka berakhir tidak baik...