Wajib follow sebelum baca!
Jangan lupa vote & ramein komennya yaa🙆
Happy Reading✨
*****
Mata Dinda yang tadi tertutup perlahan terbuka, Dinda bisa merasakan kepalanya langsung berdenyut sakit apalagi cahaya lampu diruangan ini sangat terang yang menyilaukan pandangannya. Ia menemukan dirinya berbaring di atas sebuah ranjang. Ia menatap sekitar ruangan tempat ia berada. Dinda ingat ini klinik perusahaan karena beberapa waktu lalu ia pernah mengantar rekan kerjanya yang sakit ke ruangan ini.
Dinda mendesah lirih mencoba mengingat kenapa ia bisa berada di ruangan ini. Yang terakhir ia ingat adalah ia berada di ruangan atasannya untuk mengantarkan kopi seperti biasa, tapi saat itu ia merasakan tubuhnya benar-benar lemas kepalanya juga terasa berputar setelahnya ia tak mengingat apapun. Apa ia jatuh pingsan? Lalu, siapa yang membawanya kesini?
Dengan menggunakan tangannya sebagai tumpuan Dinda mencoba bangkit duduk. Denyutan di kepalanya semakin terasa ketika ia berhasil mendudukan tubuhnya. Ia duduk di samping ranjang dengan kaki menjuntai sambil mencoba memijat kepalanya untuk mengurangi rasa pusing yang ia rasakan.
Clek!
Dinda menoleh ketika mendengar pintu ruangan yang terbuka dari luar.
"Kamu udah bangun? Istirahat aja dulu. Kamu kurang istirahat makanya bisa ngedrop kaya gini" jelas seorang wanita. Dinda menatap lekat wajah wanita itu. Wajah itu terlihat tidak asing untuknya.
"Masih inget aku 'kan?" Mendengar pertanyaan itu, Dinda tentu saja mengangguk. Dinda familiar dengan wajah itu, karena dulu mereka cukup sering bertemu tapi Dinda ragu untuk menyebutkan namanya. Ia takut salah sebut.
"Kak...?" Ucap Dinda ragu. Karena seingatnya satu wajah yang sama persis itu memiliki 3 nama yang berbeda. Alias wanita yang kini bersama Dinda memiliki kembaran yang wajahnya sama persis. Dinda tidak bisa membedakannya.
"Chilla" Dinda mengangguk pelan saat wanita itu menyebutkan namanya. Ini Chilla salah satu dari tiga kakak kembar Denish. Jangan tanyakan kenapa ia bisa mengenal Chilla tapi yang pasti selama menjalin hubungan singkat dengan Denish, Dinda memang sudah beberapa kali dibawa oleh Denish ke rumah lelaki itu. Dinda cukup dekat dengan beberapa anggota keluarga Denish, Chilla ini salah satunya.
"Tadi kamu pingsan. Kebetulan tadi aku yang pertama lihat. Aku minta tolong Denish bawa kamu kesini" jelas Chilla.
"Terimakasih, kak. Maaf merepotkan"
"Santai aja, Din" ucap Chilla.
"Lebih baik kamu izin beberapa hari. Jangan terlalu dipaksakan" tambahnya. Dinda hanya diam tak menanggapi ucapan Chilla.
"Ayo kak katanya minta anter ke rumah sakit" Denish masuk begitu saja karena pintu tidak tertutup rapat.
"Sebentar"
"Sebentar-sebentar terus, itu Dinda udah sadar" ujar Denish yang kesal harus kembali dibuat menunggu.
"Minimal kalo enggak bisa nyetir cari pacar, kak. Lumayan buat dijadiin supir" ucap Denish yang kesal harus kembali mengantarkan Chilla pergi padahal ia belum lama sampai ke kantor.
"Bacot!" Umpat Chilla kesal. Ia bisa menyetir hanya saja ia trauma karena sempat mengalami kecelakaan dijalan.
"Mending lo anterin Dinda pulang aja" perintah Chilla.
"Kaya enggak ada kerjaan" dengus Denish.
"Sebagai bos yang baik tanggung jawab sama karyawan lo yang sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Us [END]
RomanceMature Content! HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! ***** Bertemu kembali dengan mantan kekasih masa SMA, mungkin Dinda akan bersikap biasa saja jika perpisahan mereka dulu dilakukan secara baik-baik. Semua hal yang membuat mereka berakhir tidak baik...