18. Always Thinking About Him

2.1K 235 28
                                    

Tiga hari berlalu baik-baik saja. Hyunsuk menganti nomor dan ponselnya supaya Jihoon berhenti mengganggunya. Sudah dua hari Jihoon tidak masuk sekolah karena sakit. Kemarin Jihoon sekolah namun untung saja Hyunsuk tak bertemu dengannya. Tampaknya Jihoon tak akan membuat kerusuhan disekolah karena harus menjaga imagenya.

Dalam tiga hari ini Hyunsuk senang-senang saja. Byounggon selalu berada disampingnya. Mulai dari mengantarnya pulang, dan kadang menjemputnya, setiap hari ke rumahnya, belajar bersama, dan kemana-mana mereka berdua. Tak hanya itu, Hyunsuk punya teman baik yang selalu berada di sampingnya. Junkyu, Asahi, Mashiho selalu membuat hari-harinya terasa indah.

Itu dua hal bagus. Faktanya Jihoon masih menganggu Hyunsuk. Setiap malam bayang-bayang hantu yang terus-terusan meminta Hyunsuk kembali ke Jihoon mengusiknya.

Hyunsuk tidak memberitahukan kepada bibi Jihyo tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak ingin bibinya itu khawatir. Apabila keluarganya yang akan bertindak, Jihoon pasti bakal kenapa-napa. Meski benci dan takut kepada Jihoon, Hyunsuk masih punya hati nurani.

Tetapi yang namanya benci tetaplah benci. Hyunsuk sudah tak tahan lagi dengan perlakuan Jihoon. Dan hari ini ia berniat mengakhiri semuanya.

"Jadi yang mana orangnya?"

Hyunsuk membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah foto Jihoon ke atas meja. Seorang bapak-bapak dengan pakaian serba aneh dan gemerlap duduk di hadapannya.

"Tolong bikin dia engga ganggu saya lagi pak, saya bakal bayar mahal"

Pak dukun itu cuma mengangguk kecil saja. "Mana barangnya?"

Hyunsuk mengeluarkan sebuah penjepit rambut yang Jihoon beli untuknya. Saat itu sedang pulang sekolah, Hyunsuk pulang bersama Jihoon. Saat sedang isi bensin, disamping terdapat orang yang menjual aksesoris. Alhasil Jihoon membeli satu penjepit rambut berwarna ungu untuk Hyunsuk.

Sebenarnya Hyunsuk tidak tahu apakah ini akan berhasil jika hanya menggunakan penjepit rambut. Tapi ia hanya ingin Jihoon berhenti mengganggunya.

Hyunsuk menunggu dukun tersebut. Mulut bapak itu berkomat-kamit. Entah kenapa Hyunsuk jadi takut. Ia kembali teringat saat-saat Jihoon membuatnya lumpuh.

Setelah beberapa menit, dukun tersebut masih belum berhenti berkomat-kamit. Tiba-tiba saja bapak dukun tersebut tersentak. Hyunsuk juga ikutan kaget.

"Ke-kenapa?"

"Dia dukun juga ya?"

"I-iya"

"Sihirnya kuat banget, saya ga bisa nangkal"

Hyunsuk menunduk sedih. Sebenarnya bukan hanya satu dukun yang ia datangi, tapi lima dukun. Tetap saja tidak membuahkan hasil. Hyunsuk kembali pulang dengan hati kecewa.
























"Suk, lo tau ga si Jihoon lagi sakit?"

Hyunsuk yang awalnya tak tertarik dengan pembahasan mengenai Jihoon mulai merasa tertarik.

"Sakit apa dia?" Tanya Junkyu.

"Gue denger nih, ada yang bilang tbc, pneumonia, kanker, banyak deh" Jelas Mashiho

"Hah kanker masa?" Hyunsuk menyipitkan matanya tak percaya.

"Iya, banyak banget anak-anak yang kasih hadiah buat dia" Lanjut Mashiho.

"Sampe ada spanduk get well soon Jihoon juga didepan"

Hyunsuk mengusap rambutnya kasar. Muntah darah ya? Pasti TBC.

Suara keyboard yang di tekan terdengar nyaring di sebuah kamar mewah dan nyentrik. Seorang pria manis dengan rambut berwarna hitam fokus menatap komputer dihadapannya. Ia memakai kacamata yang melindunginya dari paparan cahaya komputer. Sejenak kemudian dirinya tersenyum puas setelah menjelajahi internet.

"ANJING" Pekik Hyunsuk karena terkejut mendengar bunyi panggilan masuk dari ponselnya disaat ia sedang serius-seriusnya.

Hyunsuk melirik nama yang tertera di ponsel yang membuatnya bergidik ngeri. Hyunsuk takut kalau itu Jihoon. Hyunsuk tak berani mengangkatnya. Mereka tak pernah berbicara sejak terakhir Jihoon dan Byounggon adu mulut hari itu. Tapi belum tentu itu Jihoon.

Hyunsuk mencoba menetralkan pikirannya yang kotor. Ia menggeser tanda hijau di ponselnya.

"Halo?"

Tak ada sahutan. Hyunsuk jadi takut. Ia mencoba mematikan panggilan namun tiba-tiba sebuah suara yang tak asing terdengar.

"Gue di balkon kamar lu, buka pintunya"

Tut..

Hyunsuk menoleh cepat ke balkon. Tak ada yang aneh. Kening Hyunsuk mengerut karena resah. Tubuhnya terasa dingin seketika.

Tok... Tok... Tok...

Sebuah ketukan pelan semakin membuat Hyunsuk resah.

"Bukain"

Hyunsuk berjalan mendekat ke pintu balkon yang ada di kamarnya. Ia bingung, perasaannya campur aduk. Akan panjang urusannya jika memanggil bibi Jihyo, jika mengizinkan Jihoon masuk apa yang akan terjadi.

Krit.....

Hyunsuk mengintip dari balik pintu. Angin malam yang sejuk menyentuh wajahnya yang penuh keringat dingin. Seseorang berdiri membelakangi pintu. Postur dan bentuk tubuh yang Hyunsuk kenal, itu Jihoon. Jihoon berdiri membelakangi pintu dengan outer kemeja motif kotak-kotak dan celana training.

"J-jihoon?" Panggil Hyunsuk kecil.

Jihoon berbalik. Mata hitam legam dan rambut indah milik Jihoon terlihat mendominasi-entah kenapa membuat Hyunsuk jatuh cinta. Pipi Hyunsuk memerah tanpa ia sadari. Mata Hyunsuk fokus menatap mata hitam legam milik Jihoon. Tatapan yang di pancarkan Jihoon bukanlah tatapan kemarahan tetapi tatapan kosong.

"Gue kangen"

"Hah?" Hyunsuk salting. Wajahnya merah berat. Hyunsuk menunduk malu dengan pipi yang memerah. Surai Hyunsuk bergoyang lembut karena tertiup angin. Jihoon masih tak beranjak. Ia hanya berdiri memerhatikan sosok Hyunsuk.

"Maaf" Ucap Hyunsuk lirih. Air mata mengalir dari kedua matanya.

Jihoon mendekat. Tangannya menggapai dagu Hyunsuk dan menengadahkannya untuk saling bertatapan.

"Simpan air mata lo buat rasa yang punya gue bikin nanti ke punya lo" Ucap Jihoon tanpa rasa malu.

Sebenarnya Hyunsuk benar-benar merindukan sentuhan lembut dari Jihoon. Meskipun ia bisa mendapatkan itu dari Byounggon kapanpun ia mau, tapi Hyunsuk masih belum bisa melepas Jihoon.

"T-tapi kamu-"

"Shht.." Jihoon menyeret Hyunsuk dengan pelan untuk masuk ke kamar. Ia mengunci pintu balkon. Dengan tatapan sayu yang dapat menggoyahkan iman siapapun ketika melihatnya, Jihoon menyuruh Hyunsuk yang polos untuk memberitahukan kepada orang rumah jika ia sudah tidur. Dengan begitu tak ada yang mencarinya nanti.

Setelah Hyunsuk kembali, Jihoon segera mengunci pintu kamar Hyunsuk dan menarik Hyunsuk ke tengah ruangan temaram berwarna ungu itu.

"Kamu ga marah Ji?"

PLAKKK........

"Iya, gue kaga marah. BAPAK LU KAGA MARAH ANJING"




































Tbc














Pawang Setan ♡ | Hoonsuk (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang