-02. N

2.6K 250 70
                                    

Ding dong ding dong.

Bell rumah berbunyi, [Name] segera mengarah ke arah pintu rumahnya dan berniat membukakan pintu tersebut.

Tau, lah, siapa yang dateng.

Tangan [Name] meraih gagang pintu, lalu membukanya dengan pelan.

"Permisi mbak, atas nama [Name]?"

"Oh ... iya."

Yap, kurir paket.

Anehnya, padahal ia tidak memesan apa apa walau tadinya di kasih kartu kredit sultan itu. Tapi [Name] tetap menerima barangnya, toh, dia tidak membayar apa pun.

"Ini apa, ya?"

Ia membawanya ke dalam, menaruhnya di sofa. Tangannya meraih pita yang ada di kotak tersebut, seperti hadiah.

Ada surat.

Yank, maaf ya aku tadi kelupaan ngasih ini. Terus, sebagai permintaan maaf dari suamimu ini karena mungkin aku bakal telat lima menitan. Semoga kamu suka, love you [Name].

Membaca kertas tersebut, [Name] tak mengeluarkan reaksi apa pun. Hanya di tambah penasaran.

"Oh."

Itu tak menunjukkan banyak barang, hanya saja. Sebuah selembar berwarna merah banyak yang di hiasi di suatu bucket pasangan.

"Solar.. padahal tadi aku udah di kasih kartu itu. Nanti ku kembaliin, deh."

Ia menaruh sekumpulan bucket itu di kamarnya, jika disuruh jujur, bucket itu terlihat sangat mewah dan sedikit norak.

Lima menit.

Sesuai janjinya, lagi lagi bell rumah miliknya berbunyi. [Name] kembali bergegas membukakan pintu, tapi ia tidak berekspetasi berlebihan kalau itu Solar.

Tangan [Name] meraih gagang pintu tersebut, lalu membukanya.

"Paket! permisi, dengan nama Blaze?"

Kurir paket.

"Woy!"

Tiba tiba ada yang menepuk pundak kurir tersebut, ternyata beliau yang di nanti nantikan tertutup oleh kurir.

"Blaze disana, tuh!"

Tangannya sambil menunjukkan letak rumah, wajar ya, di rumah mereka sama sama di pasang Boboiboy. Apalagi, mereka tetanggan. Padahal Solar ogah tetanggaan, tapi ada alasannya mengapa jadi tetanggaan.

Yah, sekarang raut wajah Solar menjadi sedikit kesal melihat kurir paket tadi.

Melupakan rasa kesal, matanya beralih ke pandangan istrinya yang cantik jelita itu-membuatnya ingin cepat cepat masuk ke rumah untuk ehem ehem.

"Hai, Solar."

"Akhirnyaaa! HAI JUGA MY SUN, MY SWEETIE, CANTIK, BIDADARII! YUK MASUK!!"

Mereka pun masuk ke dalam, sekiranya sampai ruang keluarga. Posisi mereka sedang berdiri, sementara Solar melepaskan baju kerjanya, [Name] juga membantu melepaskan dasi suaminya itu.

Raut wajah Solar tak bisa berhenti menatap istrinya—habisnya, di matanya sudah terbutakan.

Sebenarnya, ada rasa lelah juga dengan pekerjaannya. Tapi begitu melihat [Name], semangatnya jadi menggebu-gebu.

Hanya memakai kaos lengan panjang polos yang ketat, dengan kacamatanya. Solar—lelakinya itu menaruh kepalanya ke pundak milik [Name].

Bukan berpelukan, hanya bersender sambil berdiri. Memang, jikalau sudah lelah ya lelah. Tangan sang gadis juga meraih badannya, memeluk si pria yang sedang berada di tubuhnya.

bidadari. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang