-09. K

1.2K 144 25
                                    

Dirinya masih berbaring di sofa empuk tempat ruang keluarganya, posisi tangannya ia taruh di atas kepalanya sambil menutupi mata miliknya yang terpapar kelelahan. Tentunya, sudah lepas kacamata.

Tak sadar, istrinya itu menatap khawatir sang lelaki. Ketika Solar mengubah posisi tangannya, terlihat manik mata sang istri sambil membawa secangkir teh hangat.

"Kamu gapapa?"

Nampak khawatir, istrinya itu pun bertanya kepadanya. Sang lelaki langsung memalingkan wajahnya sendiri, [Name] yang menyadari hal tersebut langsung memiringkan kepala penasaran.

"Mau cium.." bisiknya, dengan berpaling arah.

"Hm? kamu ngomong apa?"

Karena suaranya yang begitu kecil, [Name] jadi tidak begitu terdengar apa yang suaminya itu katakan. Sementara sang lelaki masih memalingkan wajahnya ke arah yang lain, tak berani menatap istrinya.

"Aku bilang, mau cium."

Sampai akhirnya—ia tiba tiba menatap istrinya di dekatnya, manik mata mereka seketika bertemu. Reaksi [Name] dikala itu hanya dikagetkan dengan tingkah laku Solar.

"... Boleh—"

Cup.

Ketika mendengar jawaban sang istri, belum, walau masih setengah jawaban, Solar langsung memberikan ciuman kepadanya dari bibir ke bibir. Terlihat tangan Solar sambil memegang rahang si gadis sambil memenjamkan mata, [Name] juga membalas ciumannya di dalamnya.

Walau begitu, entah mau disebut beruntung atau sial bagi [Name]. Pada akhirnya, dalam waktu lama dirinya sudah tergeletak dikasur bersama sang Suami. Iya, sepertinya hari itu ketika Solar sedang ganas. Maklumkan saja.

"Solar? kamu mau pergi?"

Bangun bangun, terlihat sosok lelakinya yang sudah memakai jas kerjanya. [Name] yang masih di kasur itu bertanya-tanya, baru saja ditinggal, masa iya ditinggal lagi.

"Oh, morning babe. Bentar doang, kok. Aku kelupaan sesuatu, aku janji, bentar doang kali ini, oke?"

[Name] mengeluarkan tatapan curiga, seolah olah tak percaya pada suaminya. Tapi ya, dia sudah berjanji, mungkin pikirnya ada baiknya mengeluarkan kesempatan daripada menghambatnya.

"Janji, ya? jam dua belas harus balik."

"Iyaa, sayaang."

Cup.

Solar memberikan kecupan di dahi sang istri, sambil menatap lembut [Name]. Lalu keluar dengan aba aba dadah darinya, tapi, ketika [Name] bangun dan berdiri. Ia menyadari sesuatu yang terjatuh dari kantong suaminya.

Tak mungkin, jika dibiarkan begitu saja. [Name] menundukkan badannya dan tangannya mengambil sepucuk surat yang terlihat di hadapannya, setelah ia pegang, matanya sedikit mengintip ke arah surat tersebut.

For Hali, From Gempa.

"Hali? abangnya Solar?"

[Name] sembari berfikir, lalu menyadari perkataan Solar yang kelupaan sesuatu.

Dirinya langsung bergegas mengantarkan suratnya ke bawah menyusul Solar, tapi sosoknya sudah tiada. Alias, mobilnya sudah berangkat sejak tadi.

"Uh, gimana dong?"

Sudah menemukan kertas itu, sekarang menemukan surat, [Name] jadi berasa ditantang untuk memecahkan sebuah teka teki.

Sebenarnya, [Name] ada pikiran lain. Yaitu mengintip isi surat, tapi ya, ia buang jauh jauh pemikiran itu.

bidadari. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang