-10. E

1.2K 139 22
                                    

Note; boleh setel lagu Angels Like You, tapi sprtinya lebih cocok disetel pas udh dibaca, atau pertengahan(?) biar kerasa aja gtuu! selamat membaca🌹




"..."

Si puan-yaitu tersangka hanya berdiam diri di tempat, masih tak membuka mulutnya. Raut kesuh di mukanya terlihat sedang bimbang akan sesuatu, apalagi pemandangan yang sedang ia lihat ini.

Isu isu tentangnya, maupun identitasnya, sedang dibahas. Bahkan yang ia genggam di salah satu tangannya sekarang; surat itu-di anggap bukti nyata.

"... Fine!"

Pria bermanik silver itu masih bersikeras untuk berteriak, karena masih ada emosi dalam dirinya. Dari awal, emangnya Hali bisa bicara baik baik? makannya, Solar ogah banget nahan amarahnya. Sekalian tampar aja langsung, pikirnya.

"Lo nyuruh gue istirahat, kan? yaudah, pergi lo."

Dari awal juga, Hali menjadi tamu tak di undang. Solarnya tambah jengkel, deh.

"No prob, gue pergi." masih dengan tatapannya yang tajam, nadanya juga tersuguhkan berat saat bicara. Pria itu benar benar pergi dengan rasa bersalah sedikit karena terlalu menekan keduanya, setidaknya, Hali tau, Solar tak akan gegabah.

Tak lamanya, badan si surai hitam itu berbalik arah menoleh ke arah istrinya. Terlihat ingin membuka mulut untuk sesuatu,

"[Name], maaf."

"Kenapa?"

Wish i never meet her.

"Soal kertas, itu kamu."

"... Begitu, ya."

"Bisa buka mulut sekarang?"

Sakit, tentunya, sakit banget. Hati Solar sakit ketika mengatakan itu, cenat cenut di kepalanya juga terasa. Tak disangka, hari itu benar benar sudah di depan matanya sendiri. Lalu, kali ini dengan kekasihnya sendiri.

"Boleh, mau tau tentang apa?"

Si gadis mengatakannya dengan wajah memelas, namun, juga terlihat tenang walau situasinya kini terancam. Bisa saja, Solar harus menghakimi sendiri, alias langsung pisah. Tapi, ada yang ngeganjel aja rasanya. Namanya juga udah sayang, Lar.

"Semuanya."

Gadis itu menutup matanya sebentar, lalu membukanya lagi. Kepalanya ia arahnya membelok sedikit kebawah, tak menatap sang lawan bicara. Mulutnya datar, matanya juga tak terlihat khawatir atau kusam. Intinya, [Name] memang gadis yang tenang.

"Yang Kak Hali bilang bener, kok. Aku keturunan dari Santriantar."

Bicaranya sedikit terjeda, lalu kembali melanjutkan kata katanya.

"Jadinya, Kak Kira memang Kakakku. Walau jauh, sih. Tapi, DNA kami.. beda."

lagi lagi bicaranya ia jeda sedikit, seolah sedikit merintis untuk mengucapkannya. Lalu kembali melanjutkanya lagi,

"Karena aku anak buangan."

Setelah mengatakan itu, raut wajah [Name] seperti tenggelam dalam kata katanya. Cahaya di matanya seperti sudah tiada, tak murung, tak juga tersenyum. Masih dengan datar wajahnya, tangannya ia urungkan ke belakang badannya yang tegak.

"Awalnya, aku cuma anak adopsi mereka. Walau aku bilang aku dari keluarga sana, rasanya salah juga. Tapi, memang fakta aku besar disana, Mama dan Ayah juga ada disana.

Pas kecil, aku pastinya bakal bingung apa apa. Tapi yang aku tau, dulu mereka perhatian dan khawatir sama aku. Aku pikir, keluarga itu begini, ya.

bidadari. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang