-13. U

2K 147 43
                                    

Malam - 22.30 - rumah sakit.

"Solar!"

Pria itu mendekati sesosok yang dirinya panggil, terlihat sang lelaki sedang berpaku pada tempatnya dengan terlihat panik keadaannya.

"Lar, lo gapapa?"

"..."

Yang ditanya hanya diam merengut, seperti sedang ditakuti sesuatu. Masih berpaku dengan dirinya sendiri, seolah olah mengabaikan orang yang menghampirinya.

"Solar, Lar!"

Tak menyerah—Ice pun berusaha menyenggol badannya supaya ia tak terabaikan, dibalik itu, Ice juga dirasa khawatir dengan Solar. Karena dilihat dari keadaannya, [Name] sudah memasuki ruangan, namun dirinya malah di luar.

"Ngsh..iks.."

"...?"

Solar yang tadinya berdiri menatap jendela kamar milik [Name], walau jendelanya itu tak tembus, tetap saja ia pantau dari luar. Lalu, begitu Ice datang mendekatinya, Ia langsung jatuh ke pundak milik Ice. Sebenarnya, Solar hampir terjatuh saja. Untungnya Ice rangkul lebih dulu.

Pelan pelan, ia bawa dirinya menuju kursi terdekat. Menuntun dirinya untuk duduk di depan kamar bersalin bersamanya, lalu berusaha untuk menenangkannya walau tidak tahu caranya.

"Atur nafas, Lar."

"... Haahh.."

"Nah, nafas coba."

"... Ice? lo disini? oh—[Name], gimana..?"

"Elo ngapain ajaa? gue baru dateng, Istri lo masih di dalem. Lagian, lo kenapa gak masuk aja?"

"... Nggak."

"Why?"

"... Gak.. mau.."

"Hmm, lo ribet juga."

"Lu dateng sendiri?"

"Nggak, ada bang Hali. Tapi dia nunggu luar dulu, paling nanti masuk. Bang Gempa agak telat dikit, Gentar katanya lagi di jalan. Duri sama Upan nyusul, Blaze lagi gabisa katanya. Tapi besok dia dateng."

"Oh.."

"Tumbenan lo bisa nangis?"

"Diem lo."

Ice terkekeh tipis, agak lega melihat saudaranya sudah terlihat mendingan. Tadi soalnya sebelum dirinya datang, Solar udah kayak orang kesurupan. Gimana Ice ga panik? tapi untunglah, yang penting itu nunggu kabar aja. Batinnya.

Perlahan lahan, dari waktu ke waktu, satu persatu saudaranya itu mulai datang ke tempat Solar. Berbincang biasa, tentunya—masih tak berpaling dari rasa gugup. Walau pria itu tetap berusaha tenang dan tidak ingin terlihat lemah, dia masih tetap khawatir.

Sampai pada saatnya, terdengarlah suara bayi merengek di dalam dengan samar. Mendengar itu, rasanya Solar ingin cepat cepat menemuinya. Reflek dirinya berjalan cepat ke arah depan pintu tersebut, secara berpapasan ia juga bertemu dengan sang dokter kandungan.

"Dok?! gimana? lancar, kan?? ga kenapa-napa, kan?"

"Selamat atas kehadiran sang bayi yang sehat walafiat, Pak. Tapi, maaf.. Istri anda.."

"... Bohong."

























--
˗ˏˋ 𝑩𝒊𝒅𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊 ࿐ྂ
---



































bidadari. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang