12.𓉳

98 15 6
                                    

Cahaya terang menembus kaca transparan hingga menghantarkannya masuk pada ruangan gelap yang sudah biasa tertutup.Menyilaukan mata seseorang yang duduk diam di tepi kasur menatap tak nyaman ke arah jendela. Didalam hatinya ingin berteriak jika ia tidak menyukainya,namun bibirnya hanya terkatup melihat orang yang sedang membuka hordeng adalah sang Dokter.

Tatapan Sunghoon terus tertuju pada Heeseung yang sibuk berkutat dengan hordeng dan juga beberapa pot bunga kecil yang ada di tepi jendela.Dua hari lalu laki-laki itu membawakan tanaman tersebut untuk Sunghoon.Mengatakan padanya jika tanaman hijau baik untuk pernafasan dan akan memberikan ketenangan tersendiri hingga Sunghoon tak bisa menolak pemberian itu.Sunghoon suka apapun yang Heeseung beri termasuk tanaman itu.

Sunghoon mengerjapkan matanya menatap kedepan pada Heeseung yang berjalan semakin mendekat padanya.Tak bosan ia menatap laki-laki tampan yang selalu memakai celana bahan dan kemeja rapi. Sosok Heeseung memang begitu bagus menurutnya,itulah kenapa Sunghoon menyukai Heeseung.Tutur kata dan tatapan hangatnya membuat Sunghoon menjadi kagum.Sering kali ia tersenyum sendiri apabila mengingat wajah Heeseung.Sunghoon menyadari jika dia semakin menyukai dokter gigi itu seiring berjalannya hari.Hanya saja ia tidak ingin mengaku jika dirinya merasakan hal tersebut.

Kakinya bergerak,Sunghoon menatap kearah lain.Diam-diam ekor matanya melirik sang Dokter gigi yang berjalan mengambil nampan makanan dari atas nakas.Menarik kursi yang biasa dipakai lalu duduk disamping ranjang.Sunghoon tak bisa melihat sosok itu karena sekarang posisinya memunggungi Heeseung.Bulu mata lentik bergerak,ujung bibirnya terangkat sedikit.Sangat sedikit dan samar ketika suara lembut dan tenang milik sang Dokter mengalun memanggil namanya.

"Sunghoon?" Heeseung sudah memegang sebuah piring.Menunggu Sunghoon berbalik untuk makan.Tidak masalah dan tidak perduli ia harus memegangi piring tersebut selama Sunghoon makan asalkan si manis mau menghabiskan makanannya dan tidak berteriak atau menolak.

"Ayo berbalik,kau harus makan sarapanmu." Heeseung tersenyum.Melihat Sunghoon membalikkan tubuh menatapnya diam dan mau mendengarkan ucapannya adalah sesuatu yang membuatnya merasa berhasil.

Selimut tebal masih menutupi kaki Sunghoon.Rambut hitam yang tergerai indah itu tampak sedikit berantakan dengan beberapa helai menutupi sisi wajah.Sunghoon tersenyum mengambil sendok dari atas piring.
"Aku tidak mau makan."

"Hm?" Heeseung mengerjap cepat melihat isi piring yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang Sunghoon inginkan.
"Aku akan meminta pelayan mengganti makanannya jika kau mau."

Tersenyum tipis,Sunghoon menyendokkan nasi merah.Mengangkat tangannya dan berhenti tepat didepan bibir Heeseung membuat sang dokter menatap heran dalam diam.Mencoba membaca apa yang Sunghoon pikirkan dengan tatapan canggung melihat pada dua bola mata hitam .

"Aku tidak pernah melihatmu makan."

"Aku sudah makan."

"Tapi aku tidak melihatnya."

Heeseung menutup kedua mata.Mengatur nafas lalu tersenyum.
"Sekarang saatnya kau makan."

"Aku tidak mau."

"Kau harus mau." Ujarnya tenang namun dengan tegas.

"Kau juga."

"Sunghoon—"

Heeseung berhenti bicara,tawa pelan terdengar dari bibir Sunghoon.Diam dalam beberapa detik,tangan ramping itu berbalik mengarahkan pada dirinya sendiri.Bola mata hitam itu melirik kearah lain sembari mengunyah.Tanpa sadar ada seulas senyum muncul.Heeseung tak tahu hatinya terasa menghangat hanya karena mendengar tawa kecil dan keadaan Sunghoon yang terlihat sudah membaik.

"Kau tahu dongeng putri cantik dan seorang pangeran?"

Heeseung hanya mengulas senyum.Didalam pikirannya menjawab tentu saja ada karena hampir semua dongeng putri pasti bersama seorang pangeran.

Tantrum (HeeHoon) Enhypen//Switch (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang