CHAP 3

775 119 10
                                    

Selamat membaca, Teman Lama feat. Silent Readers

🎼🎼🎼🎼

Mobil dihentikan. Mesin dimatikan.

Jennie menghembuskan napas. "Kenapa kau menarik tanganku di depan mereka?" Langsung ke inti tanpa melihat lawan bicara.

"Aku menjemputmu pulang." Dijawab dengan nada tak berdosa.

"Yakin hanya itu?" Sengaja menggoda dengan menggigit bibir bawahnya.

Pengemudi memperhatikan itu dengan degup yang langsung bergemuruh. "Tentu saja tidak. Aku harus memberi tahu mereka kalau kita..." Sengaja menggantung ucapan.

"Apa?" Tak sabar mendengar kalimat selanjutnya.

Memberi senyum misterius lalu keluar dari mobil. Membukakan pintu mobil untuk Jennie. "Kalau kita bersama."

"Tentu saja."

Ia menawarkan lengannya untuk pegangan.  "Hati-hati. Licin."

"Terima kasih." Turun dengan pelan. Lalu memeluk lengan si Pengantar. Mereka berdua berjalan menuju teras apartemen.

"Segera istirahat, kau lelah. Bergerak terus seharian ini."

Jennie menyipitkan mata. "Aku koreografer."

Lawan bicara tertawa.

Hawanya memang dingin, tapi kedekatan mereka berhasil menghangatkan hati masing-masing.

Jennie melanjutkan. "Tapi sepertinya kau yang kelelahan. Wajahmu pucat." Terdengar cemas.

"Aku lebih kuat darimu." Tersenyum tengil. "Selamat tidur, Jennie." Ucapan itu diiringi asap putih yang keluar dari hembusan napas.

Jennie memukul pelan pundak dalam si pengantar. "Selamat tidur juga, untukmu."

Sebentar saja mereka saling menatap, lalu saling berucap, 'merry christmas' sebelum salah satunya melaju pergi dengan mobil SUV kesayangan.

Lamborghini Urus Silver.

___

Sambil menunggu kapten tari tiba, para awak dancer berkumpul untuk membahas sebuah karya ilmiah ghibah.

"Kalau memang uri Jennie." Jeda untuk memberi kesan serius. "Dekat dengan PD-nim bahkan lebih..." Diucapkan dengan nada misterius.

Semua awak dancer mendengarkan.

"Berarti, koreografer kita memang hebat." Disambut sorakan setuju. "Karena aku tahu sesuatu yang disembunyikan oleh media."

Semua terpana penasaran. "Tahu apa?!"

Pembicara utama menunjukkan sebuah artikel di layar ponselnya. "Dia tidak bisa move on dari mantannya." Diucap penuh keyakinan dengan mata menyipit. "Itu sebabnya dia menjadi dingin, kaku dan sulit untuk didekati."

"Benarkah?"

"Dia pernah mempunyai masa lalu?"

"Siapa masa lalunya?"

JENSOO, What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang