CHAP 8

303 27 2
                                    

Selamat membaca Teman Lama feat. Silent Readers

⚾⚾⚾⚾


"Your ex is a dancer." Dijawab santai dengan nada kemenangan. Merasa di atas angin. Dengan alis yang dinaik-naikkan.
Tengil.

Tapi yang terjadi selanjutnya berbeda, Lisa malah menundukkan kepala. Gugup langsung menjalari seluruh raga. Pelan tapi pasti.
Karena angin yang dibanggakan ternyata mengundang badai.

Sebab tak ada respon verbal dari kakaknya, yang ada hanya tatapan tanpa sorot pengampunan yang ia terima. Jadilah dengan segala hormat, Lisa segera berkata. "Mianhae."

Obrolan selesai.

______

Dengan pengawalan ketat oleh para penjaga, kakak beradik itu berjalan dengan langkah senada di koridor.

Langkah keduanya seakan menari-nari di atas takdir manusia yang rela menggadaikan nyawa mereka demi kesenangan di atas meja hijau.

Lisa melirik Maple yang berjalan di depan, sambil teringat lagi obrolan lalunya dengan sang kakak dalam benak.

"Lisa, lihatlah. Mereka tidak tahu apa arti kesenangan sejati dalam hidup. Itu sebabnya mereka bermain di atas meja hijau. Merasa jumawa dengan menghamburkan uang."
...
"Namun sebenarnya, mereka sedang menggali kuburan sendiri, tanpa kasih dari langit."
...
"Itu sebabnya aku berada disini. Untuk menjadi saksi, jika nanti mereka menolak catatan malaikat. Dan semoga Tuhan mau mengampuniku karena membawa mereka kehadapanNya."
"Bukannya kau juga tetap menjadi kandidat yang masuk neraka?"
Waktu itu, hanya senyum simpul jadi jawaban kakaknya.

Kini Lisa kembali ke realita.

Maple berhenti di titik akhir yang tak tersentuh di tempat ini—dibalik jendela kaca balkon yang tak bisa dilihat dari sisi luar—sambil melipat tangan. Ia mengawasi kerajaan bawah tanahnya.

Arena perjudian kelas atas.

The Phantom Sanctum!

______

"3,2 milyar Won."

Maple mendengarkan sambil serius membuat coretan di tablet dengan kedua kaki ditumpangkan di atas meja kerjanya. "Hm."

"Per hari dan bersih. Seminggu, bisa 21 milyar Won lebih. Belum termasuk pendapatan dari negara lain." Lisa membacakan laporan keuangan di tabletnya.

Profit Pribadi!

"Belilah mainan kesukaanmu." Maple menurunkan kakinya. "Agar kau menjauhi Audiku."

Lisa nyengir kuda. "Maaf untuk itu."
Selanjutnya ia ingin mengungkapkan sesuatu. Tapi sungkan.

"Katakan saja." Maple tahu maksud adiknya.

"Aku ingin sepertimu." Jujur.

Hening sejenak.

"Bandar?" Diejek santai. Tablet diletakkan.

Menggeleng. "Pokoknya aku ingin sepertimu."

Maple menghampiri dan mengacak rambut hitam wolf cut adiknya. "Tidak boleh. Jadilah yang lebih baik dariku."

"Ck!"

______

"Tuan Mao." Maple berdiri sopan untuk menyambut lelaki paruh baya kepercayaannya.

Yang disapa mengangguk hormat dan berhenti di tengah ruangan.

"Bagaimana rasanya dikelabui, Lisa?"
Untung saja yang digunjingkan sudah keluar ruangan sedari tadi.

JENSOO, What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang