CHAP 4

720 84 0
                                    

Selamat membaca Teman Lama feat. Silent Readers

⚾⚾⚾⚾

"Lisa-ya!"

"Hm?" Mendongak sambil mengunyah omelet. Tak berdosa.

"Dibayar berapa kau untuk mengkhianatiku?" Menyusul yang lain di dapur.

"Dibayar tunai." Kemudian ia melambai rendah agar lawan bicaranya duduk bersama di meja makan. "Duduklah, mari kita makan siang. Tempramenmu itu jelek sekali." Lanjut berseru ke orang lain yang seruang. "Senorita Eonnie, si Buruk Rupa lapar."

Dapur menjadi meriah.

Yang dipanggil sedang memasak dengan posisi membelakangi mereka. Ia tengah mengocok telur kedua. Wangi aroma telur yang khas lezat menggelitik hidung. Membangkitkan napsu makan.

"Ini untukmu." Sepiring omelet warna kuning cerah dengan taburan oregano akhirnya terhidang di depan si tamu. Uapnya masih mengepul.

"Daebak! Selain melukis kanvas, kau juga hebat melukis piring, Eonnie." Lisa memuji.

"Hanya telur." Merendah.

Si tamu mengangkat sendok dan mulai memakan hidangan. Meski tak ditanya, ia berucap. "Selalu enak seperti biasa. You're the best, Senorita." Lalu ia menarik gadis pelukis itu ke pangkuannya. "Duduklah."

"Hm, tukang pamer." Ejek Lisa.

Lalu ketiganya tertawa. Kehangatan ini selalu terjadi. Karena keluarga adalah rumah bagi mereka—Maple, Senorita dan Lisa.

___

"Yak! Kau mau kemana? Cuci piringnya!" Maple tak terima Lisa beranjak begitu saja setelah makan. Ia sudah berdiri di depan tempat cuci piring.

"Serial kesukaanku akan segera tayang." Langsung pergi menuju tempat ternyaman. Sofa depan layar. "Senorita Eonnie, gomawo!"

Senorita tertawa sambil meletakkan piring-piring dan peralatan masak ke bak cuci piring.

"Ck!" Gerutunya sambil mulai mencuci. Lalu melihat Senorita. "Tolong, kau duduk disini saja. Temani aku." Nada bicara berubah lembut.

Begitulah mereka yang memilih untuk saling membantu dalam hubungan. Salah satu masak, yang lain bagian bersih-bersih. Dan yang lain, bersantai.

It works!

Senorita duduk di meja dapur. Memandangi kekasihnya dari samping depan yang masih merengut karena ulah adiknya. "Maple." Disapa penuh sayang.

"Hm." Hanya berdehem. Tetap fokus membersihkan noda. Tak menoleh.

"Kau masih marah tentang lintingan itu ya."

Tak dijawab.

"Marahlah padaku, bukan ke Lisa. Aku yang menyuruhnya untuk mengambil lintinganmu. Dia hanya memilikimu dan jangan kau rusak ragamu."

Maple tahu arah obrolan ini kemana. Ia berhenti sejanak. Dan menatap lawan bicara. "Itu hanya lintingan herbal."

"Yang juga mengandung tar."

JENSOO, What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang