CHAP 7

363 52 2
                                    

Selamat membaca, Teman Lama feat.
Silent Readers

🎼🎼🎼🎼

"Tampak jelas kau tak menyukai keberadaanku."

Jisoo menggosok ujung hidung mancungnya. "Sengaja meluangkan waktu untuk menjadi sasaeng?"

Sarkas telah diucapkan.

"Dimana Jennie?"
"Nona Jennie sudah pulang, Sajangnim."
"Sendiri?"
"Dengan PD-nim."

"Orang agensi memberi tahuku kalian pergi bersama."

"Anda membuntutiku dan menemukan kami disini. Selamat, usaha itu berhasil. Kenapa tiba-tiba ke agensi?" Menyindir.

"Karena suamiku masih berada di luar negeri. Jadi aku harus memastikan semuanya baik-baik saja." Senyum ramah nan sinis. "Selain itu, jauhi Jennie." Ultimatum langsung.

"Dia tak bisa jauh dariku. Tega menyakitinya? Lagipula, Anda tak berhak melarangku."

"Kau tak pantas untuk yeoja baik seperti Jennie, Dokkaebi."

Jisoo memilih diam namun tetap dengan sorot mata bebal sekaligus senyum tengil ciri khasnya.

Melawan!

___

Tarian Jennie selesai. Sorakan serta sorotan mata kamera tak lepas darinya.

"Dia hebat sekali."
"Sangat keren."
"Cantik ya."
"Bagaimana dia bisa mendapatkan bentuk tubuh sebagus itu?"
"Sempurna."

Mendapat respon semeriah ini, membuatnya tersipu dan segera berterima kasih kepada rekan penari jalanan yang sudah memberinya kesempatan. "Gomawo." Sambil membungkuk hormat.

Lalu ia kembali untuk menghampiri seseorang yang tak asing lagi. "Sajangnim." Jennie menyapa ceria dengan nada ramah ke istri Bosnya. "Kenapa Anda bisa disini?" Polosnya pertanyaan itu. Tapi wajar, karena jarang sekali chaebol pergi menonton pertunjukan jalanan.

"Ada yang salah? Ini Hongdae. Siapapun bisa kesini, Jennie." Sambil mencubit kedua pipi mandu. "Apa aku mengganggu kencan kalian?"

"Tentu saja." Dijawab Jisoo sambil menarik pinggang ramping kekasihnya agar mendekat.

Nyonya Sajangnim melirik gerakan halus itu.

"Sst!" Jennie tak setuju karena menganggap itu tak sopan. "Anda tidak mengganggu, Sajangnim." Meluruskan. "Maafkan Jisoo." Merasa tak enak.

"Kajja. Kita pulang. Saatnya istirahat." Ajakan PD-nim tak mempedulikan pihak ketiga.

"Biar Jennie pulang bersamaku." Ditawar dengan nada ramah. Namun Jisoo merasa itu adalah sebuah peringatan agar tak bersama kekasihnya.

Jennie yang berada di tengah, bingung.

"Akulah yang mengajaknya kesini. Jadi aku yang bertanggung jawab mengantarnya pulang." Gigih pendirian.

"Baiklah, aku mengerti." Sorot mata Nyonya tengah beradu dengan bocah kebanggaan suaminya.

Perang dingin sedang terjadi antara Barista Nada dengan Pemilik Agensi Seni yang tak dirasakan sang Koreografer Tari.

JENSOO, What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang