The Magic Ring

Prolog

You might have not been my first love, but you are a piece of soul that I have been looking for. Yesterday or tomorrow, I will always love you...

Wanita itu memandang wajah pria di hadapannya dengan nanar. Tidak pernah terlintas sekalipun di dalam benaknya jika hal ini akan terjadi di dalam hidupnya. Memporak-porandakan seluruh hati dan pikirannya. Sampai dia kesulitan untuk tidur dan beraktivitas.

"Maafkan aku..." bisik pria itu.

"Jika maaf bisa menyelesaikan semua masalah, untuk apa gunanya polisi dan hukum di negeri ini?" balas sang wanita sinis.

Pria itu terdiam. Seakan mengakui semua kesalahan. Ia memandang wanita itu lekat-lekat. "Lalu apa yang sebenarnya kamu ingin aku lakukan supaya kamu memaafkan aku?"

"Tidak ada. Tidak ada yang bisa kamu lakukan. Nasi telah menjadi bubur. Seorang anak telah lahir ke dunia ini. Dan kamu harus bertanggung jawab akan hal itu. Jika kamu masih punya hati nurani sebagai manusia dan seorang ayah..." ujar wanita itu penuh kepahitan.

"Bagaimana denganmu?"

Mata wanita itu memanas. Air mata telah mengembang di pelupuk matanya. Ditariknya sebelah sudut bibirnya. "Aku? Sejak kapan kamu memikirkan aku? Ketika kamu melakukan perselingkuhan itu dengan sepupuku, apakah kamu memikirkan aku?"

Dengusan lolos dari bibir wanita itu. "Semua sudah berakhir. Dan kamulah yang mengakhirinya. Bukan aku. Biarlah semua ini menjadi beban yang harus kamu pikul selama sisa hidupmu." Selesai mengutarakan isi hatinya yang telah hancur berkeping-keping, wanita itu bangkit berdiri dan meninggalkan pria itu dengan bahu tegak. Sebagai bukti jika dia juga akan melupakan semua luka, kekecewaan, kenangan dan kejadian hari ini untuk sisa hidupnya. Karena tak ada satupun yang pantas dikenang lagi. Semua telah berakhir seperti film yang berakhir diputar.

***