Sudah satu minggu berlalu sejak dirinya memilih untuk menjadi istri dari seorang pria bernama Anthony Bragantara. Seorang dokter bedah terkemuka di Ibukota. Selain kemahirannya sebagai seorang dokter, sikapnya yang ramah dan ditambah lagi dengan ketampanannya membuat para pasien memercayai keselamatannya ditangan pria itu. Begitu juga saat di rumah, Anthony adalah suami dan ayah yang baik. Tidak ada hal-hal mencurigakan di dalam diri pria itu. Lalu apa yang sebenarnya terjadi di antara pemilik tubuh ini dengan suaminya yang super tampan ini? Seberapa keras Ameera mencoba mencari kesalahan pada pria itu, selalu berakhir nihil. Tak ada cela di dalam mata Ameera pada sikap maupun perilaku itu selama ini. Anthony memperlakukan dirinya dengan baik.
Sampai tanpa sadar sudah tiga bulan Ameera berada di rumah ini. Yang ia lakukan selama ini hanyalah melakukan aktivitas seorang ibu rumah tangga. Meski sebenarnya ada Ibu Dewi dan dua pelayan lainnya yang mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. Alhasil Ameera merasa tidak berguna. Untunglah ada Nayla, putri kecil yang bisa membuat hari-hari Ameera tidak bosan karena celotehannya yang terdengar renyah di telinga Ameera. Sedangkan Anthony bersikap sangat baik, seakan dia adalah porselen yang bisa pecah kapan saja. Membuat Ameera merasa tidak nyaman. Padahal Ameera sudah merasa dirinya sehat. Bahkan Ameera sempat bertanya kepada pria itu apa pekerjaan yang dilakukan dirinya selama ini dan Anthony memberikan jawaban yang mengejutkan bagi Ameera. "Kamu suka di rumah. Jadi, kamu tidak punya pekerjaan."
Ameera memandang Anthony dengan pandangan tidak percaya sampai ia lupa jika mulutnya terbuka. "Sebesar itu aku menyukai rumah ini sampai aku hanya berdiam diri di rumah??"
"Ya. Kamu sendiri yang mengatakan hal itu kepadaku dari awal kita menikah." Anthony memandang wajah Ameera dengan heran. "Ada apa?"
"Hm... tidak ada apa-apa. Aku... aku hanya merasa bosan karena tidak ada yang bisa aku kerjakan di rumah ini," elak Ameera. Ia tidak ingin Anthony mencurigai dirinya jika dia bukanlah Ameera yang dikenalnya selama ini. "Apakah aku boleh keluar rumah untuk berkeliling kota?"
Anthony melepaskan pandangan mata dari berkas yang sedang dipegangnya. "Apakah tubuhmu sudah sehat?"
Meski jarak mereka cukup jauh, entah mengapa setiap Anthony menatap dirinya, jantung ini selalu berdebar tidak karuan. Seakan hendak keluar dari rongganya. "Tentu saja! Kamu bisa lihat sendiri, kan?" jawab Ameera kikuk. Berusaha menutupi kegugupannya akibat tatapan intens yang diberikan Anthony kepadanya.
"Baiklah. Kalau begitu kamu bisa pergi. Ajaklah Pak Ando untuk menemanimu keluar."
"Pak Ando?"
"Beliau adalah supir pribadi-mu."
Ameera mengangguk mengerti. Ia bangkit berdiri dari sofa dan berkata, "Kalau begitu aku akan kembali ke kamar."
"Ameera," cegah Anthony. "Kapan kamu mengizinkanku untuk tidur di kamar kita?"
"Ka-kamar?"
"Ya. Ini sudah tiga bulan berlalu dan kamu masih belum mengizinkan aku untuk tidur di kamarku sendiri."
Ameeran menelan salivanya yang mendadak sulit untuk dilakukan. "Um... bisakah kamu menunggu sebentar lagi? Aku masih suka mengigau di malam hari," jawabnya beralasan.
"Harus berapa lama lagi? Satu minggu lagi Ibu akan datang ke rumah kita. Akan aneh rasanya jika beliau melihat kita tidak tidur satu kamar."
"I-Ibu siapa?"
"Ibuku."
"A-Apa!?" teriak Ameera tanpa sadar karena dipenuhi rasa terkejut. Mengapa ia tidak ingat perihal ibu mertua!? Sekarang mertua yang tidak pernah dilihat atau dikenalnya ini akan datang ke kediaman dan dia yang sekarang tidak tahu apa-apa harus menghadapi wanita paruh baya yang dimana menurut salah satu klien butiknya, ibu mertua adalah musuh terbesar setiap istri! "Ma-maksudku kenapa kamu baru bilang sekarang?"
"Maaf, aku lupa kalau kamu lupa ingatan. Seharusnya aku memberitahumu lebih cepat. Jadi, aku akan memberitahumu sekarang. Setiap tiga bulan sekali Ibu akan datang berkunjung dan tinggal selama satu minggu lamanya. Ini adalah rutinitas beliau selama kita menikah," jelas Anthony.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
Anthony tersenyum kecil. "Yang perlu kamu lakukan hanyalah membiarkan aku tidur di kamar kita."
Kedua kening Ameera menyatu. "Apa tidak ada hal lain yang bisa kamu usulkan selain itu?"
"Ayolah, apa salahnya aku kembali tidur di tempat tidurku sendiri?"
Memang benar. Tapi aku bukanlah istri-mu. Jadi apa yang akan terjadi jika kamu minta hak-mu sebagai suami?? Tanpa sadar Ameera menarik napas panjang.
"Apakah seburuk itu mengizinkan suamimu sendiri tidur bersamamu?"
"Baiklah... Tapi berjanjilah padak akan satu hal."
"Apa itu?"
"Berjanjilah untuk tidak menyentuhku selama aku belum siap."
"Okay." Mendengar jawaban itu membuat Ameera menarik napas lega. "Lalu kapan kamu siap?"
Pertanyaan Anthony sukses membuat pipi Ameera merona.
"Aku hanya bercanda. Aku mengerti dan akan menuruti keinginanmu," ralat Anthony. Entah mengapa sejak Ameera lupa ingatan, istrinya itu bersikap seperti seorang wanita yang belum menikah. Mudah tersipu malu, gugup dan seringkali tidak berani menatap kedua matanya secara langsung. Dan entah mengapa Anthony menyukai hal-hal kecil ini.
"Terima kasih," jawab Ameera lega.
"Ah, satu hal lagi supaya Ibu tidak curiga atas apa yang telah terjadi di antara kita selama tiga bulan ini. Dan selama satu minggu ini, cari tahulah melalui Ibu Dewi apa yang Ibuku suka atau tidak." Ameera mengangguk mengerti. "Lalu apa malam ini aku sudah bisa tidur di kamar kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Ring
RomansaMengenakan sebuah cincin emas pemberian mantan kekasihnya sukses mengubah kehidupan Ameera Diana. Di mana cincin tersebut memiliki sihir yang membuat Ameera harus menjalani kehidupan baru sebagai seorang istri dari Anthony Bragantara. Seorang dokter...