Warning:
Part ini agak absurd.
Halah, biasanya juga gimanaaa. Wkwk...Happy reading :)
***
Wahyudi tidak mengingkari janjinya. Meski menjelang isya ia baru tiba di rumah keluarga Antariksa, begitu azan terdengar ia pun bergegas ke masjid, dan lanjut ke rumah keluarga Leticia sepulangnya dari salat berjamaah. Beruntung, para penghuni kediaman Antariksa belum ada yang tiba di rumah, jadi dia tak perlu bingung memikirkan alasan. Bu Jani yang dipamiti juga tidak bertanya macam-macam.
Ojek online menjemputnya di pelataran masjid. Sedikit deg-degan mewarnai perjalanannya, menyiapkan diri untuk di-bully, siapa tahu nanti bertemu sahabat yang kurang ada akhlak.
Yudi tersenyum sendiri mengingat kejadian siang tadi. Tertangkap basah oleh Andro dan Salma saat berduaan dengan Leticia sama sekali tak ada dalam bayangannya.
"Ehk. Anu, Ndro..., aku bisa jelasin."
"Halah, memangnya aku pacarmu pakai kamu jelasin segala." Andro malah tertawa. Di sampingnya, Salma memasang senyum yang tak kalah lebar dengan tawa suaminya.
"Tapi serius, Ndro, aku sama dia nggak ada apa-apa. Dia tadi datang ke proyek, aku---"
"Santai, Yud. Ada apa-apa juga nggak pa-pa, kok." Andro menyela bicaranya.
"Nggak gitu, Ndro. Aku---"
"Wis ta lah, gak opo-opo tenan. Aku sama Sal malah seneng karena Leti udah ada yang nemenin selama dia di sini. Apalagi orangnya kamu, Yud. Fyi, dia ngerasa nyaman sama kamu. She fall in love with you, Cuk." Andro tertawa-tawa lagi.
"Ngawur!" Wahyudi tak terima. Dalam hati menampik semua yang dikatakan sahabatnya.
Driver ojek online menghentikan laju sepeda motornya di depan sebuah rumah besar dengan halaman yang asri. Wahyudi mengakhiri ingatannya pada kejadian siang tadi. Ia melepas helm dan menyerahkan pada Pak Driver, tak lupa mengucapkan terima kasih sambil menyuguhkan seulas senyum nan tulus.
Jantungnya kembali berdetak lebih cepat tatkala hendak memencet bel. Benaknya mereka-reka, topik apa yang akan dipilih agar obrolan lancar. Batinnya pun berjanji, tidak akan berlama-lama di sana, hanya menggugurkan kewajiban atas janjinya pada Leticia saja.
"Selamat datang di kediaman keluarga Johan. Ada yang bisa kami bantu?"
Yudi menelan ludah setelah menekan bel di tembok pagar dan mendapat jawaban semacam itu.
"Yudi. Mencari Leticia," jawabnya singkat.
"Baik. Mohon tunggu sebentar."
Tak sampai satu menit, Yudi melihat pintu rumah terbuka. Sesosok perempuan berambut keriting berlari ke arahnya. Di bawah pendar lampu pagar nan temaram, Yudi bisa menangkap jelas wajah cantik khas hispanik itu tengah menatapnya. Bibirnya menyungging senyum lebar. Kegembiraan terpancar jelas pada wajah Leticia.
"Kukira kamu berbohong. Aku senang sekali kamu menepati janji."
Tak ada sentuhan fisik. Sambutan Leticia yang bernada manja sudah lebih dari itu semua. Wahyudi menelan ludah, menenangkan hatinya yang mendadak terisi kegugupan.
"Aku laki-laki, Leti,pantang mengingkari janji." Begitu jawab Wahyudi.
Leticia menggigit bibir tanpa sedikitpun meredakan senyum lebarnya. Rasa suka pada Wahyudi naik beberapa level gara-gara ucapan yang baru saja ia dengar. Keduanya lalu duduk di ruang tamu yang nyaman dan bersih.
Belum sempat memulai obrolan, seorang wanita paruh baya muncul. "Non Leti dan pacarnya mau minum apa?" Pertanyaan itu membuat Wahyudi jadi salah tingkah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Por Tu Amor
Aktuelle LiteraturBaru saja berikrar untuk tak berurusan dengan perempuan sebelum berhasil menjadi pria mapan, Wahyudi justru dipertemukan dengan Leticia, gadis blasteran Indonesia-Spanyol yang jatuh cinta kepadanya. Diam-diam Wahyudi menyimpan rasa yang sama. Alih-a...