"[Name],apa kau tau. Setiap orang memiliki masanya dan setiap masa memiliki orangnya. Adalah hal normal bagi seseorang jika ia datang kehidupan mu di titik pertama lalu pergi di titik berikutnya"
"I know but....not you please"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.[Name] P.O.V
"Apa yang membuat ibu tiba tiba memutuskan untuk kembali?" Tanya Vyiona , matanya menyipit tajam jelas dia tidak terima bahwa dirinya sama sekali tidak diberi kabar tentang kedatanganku.
Aku mengangkat bahu, sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa aku ingin kembali...
Itu hanya seperti aku mendapatkan firasat bahwa sudah saatnya aku kembali.
"Dunia iblis akan gempar" Sahut Zyion yang saat ini daritadi diam, aku mengangguk acuh tak acuh saat mendengar kata katanya. Aku sudah tahu apa dampak dari kembalinya aku ke tanah iblis ini.
Kalau dipikir pikir, aku juga beruntung karena tidak perlu bertarung dengan Amon berkat kedua anakku yang saat itu sedang berada di wilayahnya.
"Kenapa hidup damai itu sudah?"
Zyion mengangkat bahunya, dia tidak begitu peduli dengan kata kata Vyiona. Mereka tumbuh begitu banyak hanya dalam beberapa ratus tahun. Dan dengan bangga Zyion akan mengatakan bahwa dia tahu
Kehidupan damai di dunia iblis adalah hal yang mustahil
"Banyak hal sudah berubah, perang dengan Lucifer, perebutan kekuasaan Asmodeus dan Mammon, kematian Mammon..." Gumamku, aku menghitung berapa banyak hal yang berubah.
Lalu...
"Kematian Cocy.....tidak Leviathan"
Aku menghela nafas,mengusak rambutku frustasi. Udah lama gak mikir, biasanya jam segini main main sama Val.
"Ngomong ngomong kenapa kalian tetap dalam wujud anak kecil seperti itu?" Tanyaku sambil mengangkat alis.
Vyiona dan Zyion saling bertatapan sejenak, "Hanya ingin" sahut Vyiona yang di setujui oleh Zyion. Aku mengangguk paham, lagipula kurasa mereka ingin menebus waktu yang sudah lama hilang pada saat aku memutuskan untuk ke dunia manusia.
Sungguh
Aku ini contoh ibu yang buruk sekali
[Name] P.O.V End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bahkan jika kamu mati, kamu masih terus meninggalkan hal hal yang merepotkan ya...
...nona ku"
satu satunya Archangel yang bisa pergi keluar masuk manusia tanpa dicurigai karena tugasnya melibatkan manusia.
Penampilan khas seorang Archangel dengan rambut putih yang dipadukan mata biru muda yang indah. Perkenalkan dia Raphael.
Malaikat yang bertugas mencabut nyawa manusia.
Hari ini, setelah melaksanakan tugasnya seperti biasa. Raphael berbaur dengan para manusia dalam wujud manusianya.
Hal itu sudah menjadi kebiasaannya sejak orang yang menjadi protagonis dalam hidupnya mati dengan menyedihkan dan seolah semesta mengejeknya...bahkan setelah kematiannya, dia masih di tuduh sebagai pengkhianat.
Raphael bukanlah orang yang emosional sungguh.
Tapi dia juga bukan orang yang tidak berperasaan yang bisa berpura pura tidak mengetahui kebenaran sesungguhnya dan sejarah kelam para Archangel.
"Kuharap aku punya lebih banyak waktu untuk menepati janjiku"
Gumam Raphael, tatapannya beralih pada gelang yang melingkari pergelangan tangannya.
Gelang sederhana berwarna hitam dengan perhiasan berbentuk bintang yang terbuat dari batu Amethyst
Batu itu memang terlihat tidak cocok untuknya. Tidak ada satupun hal dari dirinya yang berwarna Amethyst. Tapi bagaimana bisa dia menolak memakainya?
Raphael masih ingat dengan jelas saat itu, bagaimana tangan sang gadis dengan terampil memasang perhiasan itu lalu gadis itu terkekeh dan kemudian menyerahkan gelang itu padanya.
"Hadiah! Untuk malaikat favoritku"
Suara Rumiel pada saat dia menyerahkan gelang itu terdengar jernih,tanpa ada satupun niat yang dipaksakan. Sangat murni dan
Sangat manusiawi.....
"Berjanjilah padaku kalau kau tidak akan kehilangan senyumanmu itu oke?"
Dan Raphael juga ingat dengan jelas bagaimana suara gadis itu gemetar dan mendesak. Seolah olah dia akan hancur jika Raphael tidak mengucapkan janji itu.
Namun...
Sayangnya...
Raphael sekarang sudah lupa bagaimana caranya tersenyum.
Karena orang yang menjadi alasannya tersenyum telah menghilang
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Karena kepulangan [Name] yang terkesan dadakan, jadi perlu waktu beberapa saat untuk mengumpulkan orang eh...iblis yang menjadi pilar utama Deruna.
Kehadiran Noah untuk urusan Eksternal Deruna membuat kedatangan asisten kesayangan [Name] yang sering dipaksa kerja rodi itu pun tertunda. Dia masih harus mengurus bagian perbatasan.
Hal itulah yang menyebabkan hanya sedikit iblis yang mengetahui tentang kembalinya [Name] ke Takhtanya sebagai pemimpin Deruna.
Selain para raja iblis yang jumlahnya udah berkurang tiga. Beberapa iblis peringkat tinggi dan iblis primordial juga mengetahuinya.
Lyvia selaku iblis Primordial yang ber territorial di Deruna , terpaksa harus menghilang atau lebih tepatnya menyembunyikan dirinya dari para iblis Primordial lainnya yang penasaran akan kebenaran dibalik berita yang masih simpang siur kebenarannya.
"[Name] , kau masih hidup kan?"
"Aku sudah setengah mati"
Lyvia berdecak saat dia berjalan menuju kearah [Name] yang sudah dalam menyandarkan kepalanya ke meja.
Tatapan [Name] terlihat seperti tatapan orang yang sudah menghadapi enam tahap kesedihan dalam hidupnya.
Melihat bagaimana gadis itu harus bekerja segera setelah dirinya kembali membuat Lyvia merasa sedikit iba namun juga ada kesenangan tersendiri baginya saat melihat penderitaan sang gadis.
"Apa yang akan kau lakukan jika aku menanyakan sesuatu padamu sekarang?" Tanya Lyvia dengan nada geli.
"Aku akan membunuhmu"
Jawaban [Name] yang terkesan agresif membuat senyuman Lyvia mengembang.
Nah, ini baru [Name] yang dia kenal.
"Oh...berhubung kau ada disini"
Kata [Name], iblis pertama dari dunia iblis itu menatap Lyvia dan kemudian dia terkekeh pelan.
"Mau ku ceritakan sesuatu yang menarik tidak?" Kata [Name] dengan nada menggoda. Tatapannya yang seolah mengundang membuat rasa ingin tahu Lyvia membumbung tinggi , dan kemudian tanpa dia sadari dia sudah mengambil posisi duduk tepat dihadapan [Name].
Maksudku ayolah, siapa yang bisa menolak godaan untuk tahu sesuatu kehidupan orang lain?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖶𝗁𝖆𝖙 𝖉𝖔 𝖞𝖔𝖚 𝖜𝖆𝖓𝖙? ||𝐀𝐎 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜
Fanfiction[SLOW UPDATE] Terlahir sebagai Reincarnator membuat [Name] Sudah hampir kehilangan kewarasannya. Entah benang merahnya yang selalu mati,rasa rindu pada sesuatu yang tidak ada,[Name] Bagaimanapun juga sudah malas melihat dunia. Ratu?kaisar?Gelandan...