Happy Reading-
.
.
.
Tertulis disebuah halaman buku, bukan diary melainkan binder biasa. Binder yang sering dibuat mainan itu sering ku jadikan tempat mengeluh. Bukan kisah sedih ataupun sebaliknya, hanya tentang diriku yang menjadi beban dengan beban ku tersendiri.
Sebuah kisah dari hidupku yang entah kenapa begini jadinya, terkadang aku mengeluh dengan apa yang terjadi, tapi di sisi lain aku juga bersyukur. Aku selalu berucap "terimakasih" di kala aku masih terbangun di pagi hari.
Kita tinggal hanya berdua, orang tua kita meninggalkan kita di panti saat kami berusia 10 dan 8 tahun. Dan di usiaku yang ke 2, seseorang mengadopsi ku, tapi entah apa kesalahan ku, diriku di kembalikan tepat di usiaku yang ke 8. Sebenarnya aku tidak sepenuhnya ingat, tapi Ibu panti bilang seperti itu.
Namaku Minjae, memiliki seorang kakak laki-laki bernama Mahen, kakak yang begitu perhatian, aku bersyukur punya dia. Selain binder kecil ini dia lah tempat ku untuk menangis, tertawa dan hal-hal lainnya.
"Kakak gak kuliah hari ini?" tanya ku kepada kakak.
"gak, kakak males" dia selalu saja begitu, apa susahnya tinggal berangkat, toh tinggal setahun lagi setelah itu dia lulus.
Mungkin bisa dihitung berapa kali dia masuk kuliah. Aku lebih suka dia pergi ke kampus daripada terus di rumah, memainkan video game.
Pagi ini aku pergi ke sekolah, jarak sekolah dengan rumah kami lumayan jauh, biasanya aku mengayuh sepeda kayu tua yang kakak belikan untukku. Tapi hari ini sepedah itu sedang di perbaiki, rantai nya lepas, ulah anak-anak nakal di sekolah.
Baiklah aku harus mampir ke toko perlengkapan untuk membeli pulpen, kebetulan pulpen ku hilang kemarin. Bukan hilang, lebih tepatnya di ambil. Aku tahu siapa yang ambil pulpen ku, tapi aku memilih diam. Toh hanya pulpen saja.
.
.
.Jam pelajaran pertama sudah di mulai, mapel bahasa Inggris. Aku menyukainya tapi aku tidak bisa bahasa Inggris.Hanya sedikit. Ah iya, aku lupa bahwa aku ingin menceritakan satu hal.
Bisakah ku perkenalkan satu temanku?
Aku berteman dengannya sejak SMP. Dia Nara seorang pekerja keras, dia hidup dalam kesusahan. Aku melihat air matanya terus meleleh. Kesusahan seakan tercetak di keningnya. Lahir untuk susah, demikian stempelnya.
Nara tertidur di bangku kelasnya tempat dia duduk tidak ada yang ingin bertegur sapa dengannya. Nara yang kurus tinggi, dia benar-benar kurus seperti anak kurang gizi, maaf tapi itu benar. Baru kelas 1 SMA sama denganku.
Nara tampak tertekan batinnya.
Sambil memejamkan mata dia berangan-angan tentang mimpinya menjadi seorang pemain piano profesional. Itulah yang dia cita-citakan.
"Nara!!" panggilku cukup keras, itu membuatnya begitu terkejut.
"Iya, kenapa?" jawab dia dengan nada pelan, begitu lemas. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Arga menyuruh kita ke kantor untuk mengambil formulir" itu formulir pendaftaran, kita berdua berencana masuk club musik.
Ngomong-ngomong Arga ketua osis, sekaligus pacarku. Kita berpacaran satu tahun yang lalu tepat saat kita baru masuk SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓MY PAGE - ANAGAPESIS [END]
Teen FictionBahkan kita lupa bahwa kebahagiaan datang saat kita tengah sibuk berjuang untuk kisah yang seharusnya tak di perjuangkan. Aku berharap semua akan kembali seperti semula, kembali ke hal-hal sederhana yang ia cinta. Start : 02 Maret 2023 Finish : 17 A...