10. You're the only One

152 102 26
                                    

Jika kamu berpikir kamu akan menyerah, ingatlah bagaimana perjuangan mu dan bagaimana cerita tentang kamu untuk sampai di titik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kamu berpikir kamu akan menyerah, ingatlah bagaimana perjuangan mu dan bagaimana cerita tentang kamu untuk sampai di titik ini. Ada banyak orang di sekeliling mu yang mencintaimu dan terus memperhatikan setiap progres dalam hidup yang kamu jalani.

Janendra

                                                  
                                              

Hari ini Minjae belum juga terbangun dari komanya, ini bulan ke 4. Jendra terus berjaga di rumah sakit, sesekali orang tuanya datang untuk membantunya berjaga, tapi dia menolak. Ya orang tua Jendra tentu saja tau hubungan kami berdua, walaupun kami sudah berakhir, namun orang tua Jendra tetap baik padaku.

Mereka begitu baik, aku merasakan kasih sayang seorang ayah dan ibu yang sudah lama ingin ku rasakan. Seperti yang kalian tau, kak Mahen sudah lama meninggal, walau sebenarnya aku masih tidak percaya hal itu, aku terus menyangkalnya.

Biasanya kak Mahen lah yang menggantikan peran ayah dan ibu, sekaligus menjadi kakak yang baik bagiku, bahkan kita menjadi kekasih selama beberapa menit bukan?.

Hari ini Jendra terus menunggu di depan ruangan, dia tak memakan apapun selama 2 hari, mungkin hanya minum air putih. Aku takut dia jatuh sakit. Dia itu memang keras kepala, sungguh.

“Nak, ini makanan kenapa nggak di makan?”

Suara dokter membangunkan Jendra dari lamunannya, (nak) ah iya, dokter Banar, aku belum kasih tau kalian ya?, dia omnya Jendra. Menyadari bahwa makanan yang sedari tadi ia bawakan masih tak tersentuh sedikit pun.

“Kamu pikir, Minjae bakalan seneng liat kamu kayak gini?” kali ini Om Banar menjajarkan bahunya, duduk di samping Jendra yang pandangannya masih terpaku ke arah depan. Sebuah tatapan kosong, dengan wajah yang begitu lesu, bibir yang kering mengelupas.

“Makan walau sedikit, kalau Minjae sadar nanti, kamu mau menemui Minjae dengan keadaan kamu yang seperti ini?” kali ini Om Banar menegaskan sekali lagi, jika tidak begini, Jendra tidak akan mau makan, dasar batu.

“Om kapan Minjae sadar, dia pasti sembuh kan?” tidak ada jawaban dari Om Banar, yang ada hanyalah seulas senyum yang begitu pilu.

“Makan dulu, nanti Minjae bangun, Minjae nggak bangun karena kamu gini, kamu nggak jaga diri kamu sendiri.” panjang lebar om Shin, membuat Jendra sedikit menyentuh makanannya.

“Makan yang banyak, om ke dalam dulu periksa keadaan Minjae.” Om Banar berdiri, baru saja ingin membuka knock pintu, dengan cepat tangannya di raih oleh Jendra membuat sang empu menoleh. Melihat bagaimana ekspresi wajah Jendra, membuat om Banar mengerti apa yang Jendra maksud.

✓MY PAGE - ANAGAPESIS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang