02 seems like it's fucked up

3.9K 297 6
                                    

Meskipun tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan jauh menggunakan pesawat, tetapi Kayela tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur. Bukan karena tempat tidurnya yang tidak nyaman, bahkan tempat tidur barunya itu sangatlah empuk sampai-sampai ia merasa sedang berbaring di atas awan, tetapi karena ia belum terbiasa dengan tempat baru.

Kamar yang diberikan untuknya itu merupakan kamar yang besar, tiga kali lipat dari ukuran kamarnya dulu yang hanya berisi single bed, satu lemari susun dan meja belajar. Sekarang, kamar barunya itu diisi oleh satu tempat tidur berukuran queen, meja belajar yang terletak di dekat jendela kamarnya yang besar, bahkan ada ruang yang bisa ia gunakan untuk duduk di depan jendela itu. Selain itu ada kamar mandi dalam ruangan yang cukup luas dengan bathub di dalamnya, dan walk-in-closet yang memuat semua pakaian barunya--yang Kayela pikir akan memakan waktu bertahun-tahun sampai semua pakaian terpakai olehnya.

Interior kamarnya dipenuhi dengan warna pink, beige, dan putih. Untuk kamar yang katanya baru disiapkan, Kayela merasa seperti kamar itu telah dibuat seperti itu sejak lama.

Bangkit dari posisi berbaringnya dengan cepat, Kayela menjatuhkan tubuhnya di atas karpet bulu tepat di kaki tempat tidurnya, lalu meraih tas sekolahnya yang tadi ia sandarkan pada nakas. Tas itu ia buka kemudian mengeluarkan Hanis--celengan burung hantu--dari dalamnya. Kalung berbentuk rantai kecil yang melingkari lehernya ia lepas, kemudian kunci kecil yang dijadikan bandul kalung itu ia gunakan untuk membuka gembok celengannya. Berikutnya ia mengeluarkan sejumlah uang dari saku rok sekolahnya, dari mamanya tadi pagi ketika ia mengatakan perlu membeli buku latihan soal padahal sebenarnya untuk membeli hal lain. Semoga sang mama yang telah berada di atas sana tidak begitu murka begitu tahu bahwa ia berbohong.

Celengan burung hantunya itu berisi sejumlah uang yang sudah ia tabung sejak kelas tujuh dan beberapa tablet obat miliknya. Uang dari saku roknya itu ia masukkan ke dalam celengan lalu ia tutup kembali dengan cepat, tidak lupa memasang gemboknya lagi. Kalungnya pun kembali ia pasangkan ke leher.

Memutuskan untuk menyimpan Hanis di laci paling bawah nakas, detik berikutnya Kayela dibuat tersentak saat mendengar sebuah ketukan. Ia segera bangkit dari atas karpet dan menuju pintu.

Ketika pintu telah terbuka, ia mendapati seorang wanita yang berusia sekitar tiga-puluhan tahun. Merupakan kepala pengurus di rumah itu, yang mana benar-benar mengurus banyak hal mengenai rumah dan seisinya. Kayela sudah bertemu dengannya tadi, dikenalkan pula oleh Baskara. Namanya Rinda.

"Umm ada apa?"

"Pak Jordan sudah pulang dan ingin berbicara dengan Miss. Anda bisa ke ruang kerjanya di lantai tiga."

"O-oke. Aku akan bersiap dengan cepat."

"Ah, maaf tapi Pak Jordan ingin Miss menemuinya sekarang."

"Ba-baiklah."

Kayela menutup pintu di belakangnya setelah kepergian Rinda. Langkah kakinya membawa ia menapaki anak tangga menuju lantai tiga, dan ruang kerja ayahnya itu dengan mudah langsung ia temukan karena tadi Baskara memberi tahunya kalau di lantai tiga itu hanya ada kamar tidur dan ruang kerja milik ayahnya.

Kayela mengetuk pintu di hadapannya sebanyak tiga kali, dan langsung mendapatkan balasan dari dalam sehingga ia kemudian masuk dengan langkah yang takut-takut.

Kali ini ia bisa melihat wajah ayahnya dengan lebih jelas karena pria itu sedang sibuk dengan komputernya, mengurus pekerjaan yang kata Baskara memang sangat banyak. Garis rahangnya yang tegas menyempurnakan hidungnya yang mancung, tatapan matanya terlihat tajam karena alis tebal yang dimiliki, ada pula bulu-bulu tipis di sekitar rahangnya. Well, sang mama tidak pernah memberi tahu Kayela bahwa ia memiliki seorang ayah yang tampan.

"Jangan hanya berdiam diri di sana dan langsung duduk."

Tubuh Kayela kembali bergetar setelah mendengar suara berat itu, namun ia memaksakan kakinya untuk mengambil langkah menuju sofa dengan cepat agar tidak mengundang kemarahan pria yang merupakan ayahnya itu.

"Aku mendengar bahwa kamu akan ujian dalam dua minggu lagi. Meskipun merepotkan, tapi aku sudah mengurus agar kamu bisa ujian dari sini, dan mengerjakan ujianmu lebih dulu. Setelah itu Baskara akan mengirimkan lembar jawabannya ke sekolah. Soal-soalnya akan sampai lusa, jadi kamu bisa langsung mengerjakannya dengan Baskara yang akan mengawasi."

"Ta-tapi ada materi yang belum aku selesaikan karena pindah ke sini." Kayela berusaha menatap ayahnya ketika berbicara, seperti kemauan pria itu, walaupun ia juga harus menekan rasa takut karena berada di bawah tatapan intimidasinya.

"Nilai akhirmu tidak akan aku permasalahkan, lagipula kamu akan berada di sekolah baru semester depan. Pastikan saja kamu melakukan yang terbaik nanti." Pria itu menjelaskan dengan tenang seakan-akan benar-benar bukan suatu masalah. "Apa ada lagi yang mau kamu tanyakan?"

"Ti-tidak."

"Kalau begitu kamu bisa kembali ke kamar. Makan malam akan diadakan satu jam lagi, pastikan kamu tidak telat karena aku akan mengenalkan kakak-kakakmu."

Kayela tidak memberikan balasan dan melangkah cepat keluar dari ruangan itu. Pun ia melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kamar.

Setelah pintu tertutup di belakang punggungnya, Kayela segera meraih Glowy untuk dipeluk. Ia membutuhkan ketenangan setelah jantungnya dibuat berdetak tidak karuan. Tubuhnya dibiarkan terjatuh di atas karpet bulu dengan punggung yang bersandar pada tempat tidur.

Mengenai kakak-kakaknya, Kayela sudah mendengar itu dari Baskara. Lebih tepatnya ia akan memiliki empat orang kakak, dan semuanya adalah lelaki.

Kakak sulungnya bernama Rajendra Ganinto Rahagi berusia 27 tahun, dan sekarang bekerja langsung di sisi Jordan dalam mengurus perusahan mereka yang bekerja di bidang jasa pengamanan dan militer. Kakak keduanya adalah Anggara Seta Rahagi yang memiliki kembaran bernama Andrasena Prayuda Rahagi, berusia 24 tahun dan langsung bergabung di perusahaan keluarga begitu lulus kuliah. Gara bergabung di divisi cyber security, sedangkan Sena lebih tertarik untuk terjun langsung ke lapangan dengan menjadi salah satu tentara aktif. Kemudian kakak terakhirnya yang berusia 19 tahun bernama Sanggana Kamilan Rahagi, kini sedang berada di tahun pertamanya sebagai mahasiswa hukum.

Ketika akhirnya waktu makan malam tiba, Kayela yang telah membersihkan diri dan sekarang memakai kaus oversized berwarna pink dengan celana setinggi lutut berwarna hitam, menuju ke ruang makan dengan langkah pelan. Jantungnya berdetak semakin cepat seiring dengan dirinya yang hampir sampai.

"I'd rather be in the front line than get home to meet this unexpected sister."

Kayela yang hanya berjarak beberapa langkah dari meja makan seketika mematung. Dengan mendengar kalimat itu dari salah satu kakaknya, ia tahu bahwa dirinya merupakan kewajiban yang terpaksa mereka terima.

[]

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang