11 bukan maksudnya bersikap demikian

2.3K 244 25
                                    

Boneka bebek kuning itu dipeluk dengan begitu erat di depan dadanya. Sepinya dini hari di kamar itu diisi oleh suara isak tangis dari si gadis yang kini telah terduduk di atas karpet yang mengalasi dinginnya lantai. Terbangun beberapa saat lalu oleh mimpi buruk membuat ia tidak bisa mencegah air mata untuk membasahi wajahnya.

Semakin lama isakannya menjadi semakin keras. Hal yang diimpikannya merupakan penyebab. Sang ayah dalam mimpinya berubah pikiran. Kayela tidak sepenting itu untuk diambil alih hak asuhnya, sehingga akhirnya ia dikirim ke rumah sosial.

Hiks.. hiks..

"Glowy, aku gak mau masuk panti...," ucap gadis itu di sela tangisnya. "Kenapa aku selalu ditinggalin? Am I ever asked to be born... to be his daughter?"

Tangisnya semakin keras. Tidak pernah dalam hidupnya sebelum ini merasakan hal tidak menyenangkan seperti ini. Meskipun sang mama bukanlah sosok yang memberikan kasih seperti kebanyakan ibu di luar sana, setidaknya wanita itu tidak menunjukkan penolakan atas kehadiran dirinya di dunia. Ya, tidak lagi tepatnya sejak dirinya menunjukkan potensi ketika duduk di kelas 3 sekolah dasar.

Tok! Tok!

"Kayela? ... are you okay in there?"

Tubuhnya tersentak saat mendengar ketukan disertai suara Jendra dari luar kamarnya. Pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki itu tidak ia beri jawaban sebab dirinya terdiam di tempatnya dengan perasaan yang berubah cemas sekarang.

"Kayela?" Lagi-lagi Jendra memanggil nama gadis mungil itu, tetapi tidak kunjung mendapatkan balasan. "I'll get in, then."

Mendengar kalimat terakhir lelaki itu, Kayela segera beranjak dari tempatnya dan berlari menuju pintu. Ketika pintu kamar telah terbuka sedikit, ia berhasil mendorongnya untuk kembali tertutup, lalu dengan cepat memutar kunci. Berikutnya ia jatuh terduduk di depan pintu seraya menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Kayela, what's with that attitude? I just wanna have a check on you?"

"No... nothing's happened to me. Y-you can go."

"Kayela... jangan buat kakak khawatir kayak gini. Open the door, please."

Kayela tidak lagi membalas dan malah menenggelamkan wajahnya di lututnya sembari terus mengeluarkan air mata. Sebenarnya pun ia tidak tahu mengapa dirinya begitu emosional hanya karena mimpi tidak berdasar itu, tetapi... entah mengapa rasanya sedikit lebih menyakitkan dibandingkan ketika ditinggalkan oleh sang mama untuk selamanya. Ia tidak bisa membayangkan jika mimpi itu benar-benar akan terjadi suatu hari nanti.

Tanpa sadar gadis itu memeluk dirinya dengan semakin erat, atau lebih tepatnya memeluk lengannya, bahkan mungkin akan terlihat seakan ia meremat lengannya sendiri saking eratnya ia memeluk.

· · ·

Jendra baru selesai mandi dan tengah mengenakan pakaiannya untuk berangkat ke kantor. Bahkan kancing kemejanya belum terpasang semua ketika ketukan tidak sabaran terdengar dari pintu kamarnya. Tidak lama kemudian disusul oleh suara adik lelakinya yang terakhir.

"Kak Jendra?" Suara yang terdengar setengah berteriak itu membuat Jendra mau tidak mau segera melangkah ke pintu kamarnya.

Begitu pintu terbuka, terlihat Milan dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Bahkan kaus yang lelaki itu gunakan terlihat basah di sekitar bagian kerah dan dada.

"What do you want?" Tanpa membuang waktu Jendra langsung melemparkan tanya.

"Not me, it's the princess." Milan merotasikan matanya.  "I heard a weird voice from her room."

Jendra sontak menatap lurus adiknya itu ketika mendengar Kayela disebut. "What voice?"

"Dunno. Not my business."

Tahu kalau dirinya tidak bisa berharap pada adiknya yang satu itu, akhirnya Jendra memutuskan untuk langsung pergi ke kamar Kayela. Benar saja, ketika melewati koridor kamar Kayela dan Milan, terdengar sebuah suara dari kamar gadis mungil itu.

Suara tangisan.

Kekhawatiran seketika menyelimuti Jendra sehingga ia segera mengetuk pintu di hadapannya itu.

"Kayela? ... are you okay in there?" Ia menunggu beberapa saat untuk mendapatkan jawaban dari dalam, tetapi hampir dua menit menunggu, tidak ada suara yang terdengar dari dalam. "Kayela?" Dicobanya lagi memanggil nama gadis itu. Namun, lagi-lagi tidak ada balasan seperti yang diharapkannya.

Karena bayangan akan Kayela terluka muncul di kepalanya, ia memutuskan untuk masuk. "I'll get in, then." Tangannya kemudian meraih dan memutar gagang pintu untuk membukanya. Berikutnya, pintu yang telah sedikit terbuka itu malah didorong dengan cepat dari dalam, membuatnya kembali tertutup. Kemudian disusul terdengar kuncian pintu.

Lelaki itu sedikit terkejut dengan apa yang barusan terjadi dengan cepat. Tidak menyangka atas penolakan yang diberikan oleh adik bungsunya itu.

"Kayela, what's with that attitude? I just wanna have a check on you?" Karena tidak bisa masuk, Jendra berusaha untuk memanggil gadis itu lagi.

"No... nothing's happened to me. Y-you can go."

Tidak seperti sebelumnya, kali ini ia mendapatkan balasan dari si gadis pemilik kamar. Namun, suara serak gadis itu lebih mencuri perhatian Jendra. Sudah berapa lama gadis itu menangis hingga kehilangan suaranya? Hal itu tentu saja membuat Jendra semakin khawatir. Kayela baru sembuh dari demamnya beberapa hari lalu, ia tidak bisa membiarkan gadis itu sakit lagi karena terlalu banyak menangis.

"Kayela... jangan buat kakak khawatir kayak gini. Open the door, please."

Sayangnya kali ini Jendra kembali tidak mendapatkan jawaban, dan itu membuatnya sedikit kesal.

"What's wrong?"

Suara dari ujung koridor menarik atensi Jendra. Terlihat salah satu adiknya, Sena, yang telah rapi dengan pakaian serba hitam.

Sena sendiri sebenarnya tidak begitu peduli, hanya saja tadi ia melihat kembarannya yang melihat sejenak ke arah sini. Jadi, karena penasaran yang timbul, ia memutuskan untuk ikut melihat setelah kepergian Gara.

"She locked herself in the room."

"In case you're forget, there's this thing called kunci cadangan."

"I know. I'll use it kalau aja Kayela cabut kuncinya dari lubang kunci." Jendra menyugar rambutnya yang semula rapi seraya menarik napas dalam-dalam. "Any other idea?"

"Tinggal dobrak pintunya."

"Gimana kalau Kayela ada di balik pintu? She might get hurt."

Ini masih pagi dan Sena harus dilibatkan dalam hal rumit? Ugh, seharusnya ia mengikuti jejak sang kembaran tadi.

[]

mumpung luang dikit sebelum ujian, jadi ketemuan lagi sama Kayela ya~

oh, dan untuk kalian merasa kesulitan karena bahasa inggris, sorry not sorry aku lagi di semester sibuk dan gak bisa ngebuat translate-nya. It's totally okay kalau kalian gak lanjut baca karena aku nulis untuk berbagi pikiran aja.. seperti yang aku cantumin di deskripsi cerita: lapak satu ini bahan gabut aja hehe. syukur kalau bisa lanjut, kalau stuck pun mohon maklum (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

terima kasih sudah membaca.

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang