13 hari setelahnya, hari bersibuk ria

2.7K 290 53
                                    

Matanya melihat ke sekeliling dengan binar yang berusaha disembunyikan. Ini adalah kali pertamanya menapakkan kaki di tempat umum yang luas ini. Tentu menghabiskan sebagian besar hidupnya selama ini untuk memenuhi titah sang mama membuat Kayela asing dengan dunia luar.

Mengundang keantusiasan, namun juga dengan sedikit kecemasan di saat yang bersamaan.

Setelah drama yang diciptakannya kemarin, Kayela pikir dirinya benar-benar membuat semua orang di rumah itu muak pada dirinya. Namun, yang hari ini ia dapatkan adalah ajakan Baskara untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Katanya untuk membeli segala perlengkapan sekolah baru yang dibutuhkannya. Tepat pukul sepuluh kala dirinya tengah bersama Glowy, bersantai di gazebo setelah puas memandangi ikan-ikan jingga yang meliuk secara acak di dalam kolam, Baskara menghampirinya dan langsung menyampaikan tujuan pria itu.

"Apa yang ingin Miss beli lebih dulu?" Baskara menatap nona mudanya saat merasakan genggaman gadis itu mengerat.

Mendapatkan pertanyaan itu, si gadis terdiam sejenak lalu menggeleng kecil. "Aku... bingung."

"Bagaimana kalau kita mengunjungi butik untuk mengukur seragam dulu, Miss? Biasanya membutuhkan waktu yang lama."

Akhirnya Kayela mengangguk saja pada usulan yang diberikan oleh orang kepercayaan ayah juga saudara-saudaranya itu. Dan benar seperti apa yang diucapkan pria itu, urusan seragamnya memakan waktu yang cukup lama. Mereka perlu mengantre di belakang dua orang yang telah datang lebih dulu. Awalnya Baskara mengusulkan untuk menggunakan uang Rahagi yang berlimpah itu, tetapi Kayela menolaknya. Alhasil setelah hampir dua jam menunggu tibalah gilirannya.

Sebenarnya, Kayela tidak paham mengapa seragamnya harus dibuat. Seingatnya dulu sang mama dengan cepat membeli seragam untuknya, baik untuk sekolah dasar maupun menengah pertama. Jadi, ketika Madam Karti--pemilik butik itu--selesai dengan pita pengukurnya, Kayela tidak menyembunyikan betapa leganya ia.

"Aku pastikan seragamnya akan sampai sebelum tanggal masuk," ujar Madam Karti setelah mencatat apa-apa yang diperlukannya dan hal penting. "House of Rahagi, right?" Wanita di pertengahan tiga-puluhan itu memastikan alamat yang diberikan oleh Baskara.

"Ya, benar." Baskara menjawab dengan singkat.

"Never heard about her before..." Kalimat bernada pelan yang keluar dari mulut Madam Karti membuat Baskara menatap dalam wanita itu.

"Make sure that it's stay still, then."

Wanita itu terdiam sesaat sambil mencuri pandang ke arah Kayela yang menunggu di sofa merah besar. "Kamu selalu kaku, Bas." Kemudian ia menyerahkan faktur yang telah selesai dicetak kepada Baskara.

"Terima kasih, Madam." Baskara berucap seraya bangkit dari duduknya.

Madam Karti turut berdiri dan sekali lagi mencuri pandang ke arah Kayela. "My pleasure."

Kemudian Baskara mengajak Kayela untuk keluar dari butik itu. Si gadis yang telah bosan menunggu lama tentu menggapai tangan Baskara dengan cepat kala mereka melangkah keluar. Perlengkapan sekolah menjadi tujuan mereka selanjutnya.

"Umm.. kenapa gak beli seragam yang udah jadi aja?" Setelah jauh dari butik, Kayela akhirnya mengeluarkan apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

"Butik tadi bekerja sama dengan sekolah baru Miss untuk membuatkan seragam, jadi setiap tahunnya siswa baru akan ke butik itu untuk mendapatkan seragam."

Dari jawaban yang diberikan baskara, Kayela menyimpulkan bahwa seragam untuk sekolah barunya memang tidak diperjualbelikan sebebas itu. Hal itu akhirnya malah memunculkan pertanyaan lain dalam benaknya.

"Sekolah baruku seperti apa?"

"Sekolah terbaik yang dipilih Pak Jordan. Kakak-kakak Miss sebelumnya juga bersekolah di sana. Miss akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik."

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang