12 being as sweet as he can

2.3K 273 43
                                    

Jendra harus membayar mahal dirinya karena sudah mau bersusah payah memanjat ke jendela kamar Kayela dan membobolnya. Dirinya sedang dinonaktifkan dari status tentaranya, tetapi saat di rumah malah melakukan hal yang biasa dilakukannya saat di lapangan. Libur selama tiga hari mungkin akan menjadi bayaran paling minim yang akan ia minta.

"Ck.. merepotkan sekali," gerutu lelaki itu ketika jendela akhirnya terbuka.

Masuk dengan perlahan, Sena mengedarkan pandangannya sejenak ke sekeliling kamar yang didominasi oleh warna merah muda itu. Hingga akhirnya terfokus pada gadis kecil yang duduk di depan pintu dengan kepala yang tenggelam di lutut. Tidak adanya pergerakan membuat kepalanya terisi asumsi bahwa gadis itu tertidur... atau paling buruk, pingsan karena kelelahan dan perut yang belum terisi.

Tentu saja pagi yang cerah itu hampir berlalu. Matahari telah meninggi di luar sana sehingga cahayanya yang menyengat dapat terasa panas.

Kayela yang tidak membuka kamar hingga pukul setengah sepuluh ini, membuat Jendra dan Sena harus bolos ke kantor. Berbagai bujukan yang telah diusahakan tidak berbuah hasil, alhasil Jendra dengan otaknya menyuruh Sena untuk membobol jendela kamar si gadis. Dan itu membuat Sena merasa keputusannya untuk menyudahi rasa penasaran tadi pagi sangat salah.

Kalau tahu akan direpotkan seperti ini lebih baik ia berangkat ke kantor untuk melatih para anak baru. Masih lebih menguntungkan karena jika ada yang membuat kesal tinggal dihabisi saat sparing, tetapi ini malah Jendra yang membuatnya kesal. Bukannya jadi pihak yang menghabisi, bisa-bisa dirinya yang dihabisi oleh sang kakak sulung.

Menghampiri gadis kecil itu, matanya juga menangkap kehadiran si boneka bebek yang sempat menjadi temannya di kamar. Batinnya merasa kasihan pada si bebek karena dipeluk begitu erat oleh pemiliknya.

Karena tidak ada pergerakan apa pun yang didapatinya dari Kayela, dengan inisiatif yang tidak terlalu tulus, Sena mengangkat tubuh mungil si gadis untuk dipindahkan ke atas tempat tidur yang tentunya jauh lebih nyaman daripada lantai. Namun, baru saja gadis itu berada dalam gendongannya, rontaan mengejutkan dilakukan oleh Kayela sehingga Sena tidak sengaja melepaskan kedua tangannya. Bunyi gedebuk keras menyapa telinganya begitu Kayela mendarat di lantai dengan keras.

"Sena! What happened in there?" Teriakan Jendra di luar kamar menarik atensi Sena.

Di sisi lain kepanikan terlihat jelas di mata Kayela saat tubuh mungil itu terus mundur dengan cepat hingga menabrak lemari drawer yang berada tidak jauh dari pintu. Gerakannya yang cepat dan tidak waspada itu membuat siku gadis itu menabrak tepi drawer hingga membuat luka.

"Please don't hurt me..."

"No one gonna hurt you." Sena berucap dengan cepat seraya mencoba melangkah mendekati Kayela. "Be a good girl and let us have a check on you, okay?"

"No.. please don't hurt me..."

Air mata kembali merembes dari mata gadis kecil itu, membuat Sena harus menarik napas dalam-dalam karena jujur saja hal ini sangat menguji kesabarannya. Tetapi tentu saja dirinya tidak bisa melakukan apa pun jika tidak ingin dihabisi oleh sang kakak sulung.

"Ela, listen to me.." Perlahan Sena merendahkan tubuhnya hingga akhirnya berlutut di posisinya berdiri. Mendekati Kayela bukanlah hal baik saat ini dengan melihat kondisi gadis itu yang tampaknya ketakutan.

"M-mama used to called me with that name... once."

Oh, setidaknya kini Sena tahu ada hal yang bisa membuat gadis itu tenang.

"Okey, Ela, I promise that no one gonna hurt you. No one will dare to do that unless they don't wanna see tomorrow." Yeah, berhasil. Kayela terlihat lebih tenang dan Sena diam-diam mengembuskan napas lega. "You will always be safe in here."

"B-but I'll be sent away, right? No one wants me... even you."

"Who said that?" Sena melemparkan tatapan bingung. Tentu dirinya tidak pernah mengatakan bahwa ia tidak menginginkan kehadiran gadis itu di rumah mereka. Well, walaupun juga tidak begitu suka dengan kehadiran Kayela karena tidak merasa familiar. Tetap saja dirinya tidak pernah menolak kehadiran gadis itu di rumah ini. Jendra tidak mungkin, melihat sikap yang ditunjukkan lelaki itu saja sudah dapat dipastikan bahwa ia sangat menerima kehadiran si adik baru.

Apa salah satu dari dua saudaranya yang lain?

Atau pekerja di rumah mereka?

Kalau memang begitu, tampaknya mereka memang mencari mati di tangan Jendra.

"Ela..." Sena mencoba menarik perhatian gadis itu dengan lembut. "You wouldn't be sent away either get hurt, so let us have a check on you. Glowy must be wanted you to be alright, too. She's crying seeing your bleeding elbow."

"It's he."

Sena tanpa sadar menunjukkan tatapan bingung. Tidak tahu maksud dari balasan si gadis.

"Glowy is a boy."

"Oh, I thought... no, right, I'll remember that." Ia dengan cepat meralat kalimatnya karena urusan jenis kelamin boneka tidaklah penting saat ini. Keadaan si gadis pemiliknya yang menjadi prioritas sekarang. "Now I'll let Jendra come in, okey. He'll call doctor to see your elbow. I hope you okay with that."

Meskipun awalnya terlihat ragu, akhirnya Sena mendapatkan anggukan kecil sebagai balasan. Dan tanpa membuang waktu ia langsung bangkit dari posisi berlututnya dan membuka kunci pintu kamar itu. Ketika pintu akhirnya terbuka, ia bisa melihat Jendra yang menunggu bersama Baskara serta seorang penjaga rumah. Mungkin lelaki itu akan mengambil langkah ekstrim jika saja pintu tidak kunjung terbuka.

"You need to call doctor 'cause she hurt her elbow and make sure you don't show any excessive response to her."

"Fine. Baskara, call doctor. I'll see her."

Sebelum masuk, Jendra menepuk singkat pundak Sena. Tanpa suara menyatakan bahwa kerja adiknya itu bagus karena bisa menangani hal apa pun di dalam kamar Kayela tadi.

[]

haha ketemu Kayela lagi~ akhirnya aku dah selesai ujian, semoga hasilnya memuaskan, aamiin. setelah ini aku bakal nyicil-nyicil lagi bayi satu ini karena aku mau mulai menanjak ke klimaks yang bakal jadi pintu kegemessyan interaksi lima bersaudara ini.. moga lancar-lancar karena aku maunya cerita satu ini ringan-ringan aja

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang