Blus berlengan panjang dengan warna pink dan rok krem setinggi lima centimeter di atas lutut menjadi pilihannya untuk hari ini. Tadi ia bangun ketika jam menunjukkan pukul setengah tujuh, lebih pagi dari sebelumnya karena sudah mulai terbiasa dengan kamar barunya itu. Jadi, tadi malam tidak ada yang namanya tidur larut.
Hari ini juga menjadi hari ketiga dengan tidak adanya Jordan di rumah. Rasanya terasa lebih sepi, dan sangat tidak menyenangkan saat makan malam. Kayela benar-benar merasa tersisihkan dari kakak-kakaknya yang saling mengobrol tanpa repot-repot melibatkannya.
Memang selama ini gadis itu terbiasa sendirian, tetapi ia tidak pernah membayangkan akan diperlakukan seperti itu oleh keluarganya sendiri. Itu pun jika kakak-kakaknya menganggap dirinya sebagaimana ia menganggap mereka.
"Glowy, hari ini kita main di dekat kolam aja, ya. Aku males jalan jauh," ucapnya pada si boneka bebek kuning. "Liat ikannya besok-besok lagi. Hari ini libur dulu."
Berikutnya ia keluar bersama Glowy dengan menggenggam tangan bebek kuning itu, jadinya terlihat bahwa Glowy menggantung di sisi gadis itu.
Keempat kakaknya seperti biasa sudah meninggalkan rumah seusai sarapan. Kayela rasa-rasanya menguasai seisi rumah selama mereka tidak ada.
Melewati sliding door kaca kemudian kolam renang sepanjang 10 meter itu terlihat oleh netranya. Dari yang ia ketahui ketika bertanya dengan seorang yang bekerja mengurusi kolam, kedalamannya mencapai 3 meter karena semua kakaknya sudah lebih dari mahir untuk berenang.
Karena tidak bisa berenang seperti kakak-kakaknya, Kayela hanya memasukkan kakinya saja ke dalam kolam dengan duduk di tepinya. Karena kaki Glowy tidak sepanjang miliknya, jadinya bebek kuning itu hanya bisa ikut duduk di sampingnya.
"Kalau Ayah udah pulang nanti... apa kita minta diajarin berenang ya?" Gadis itu berbicara sembari menatap awan putih di atas sana yang sedang berlalu-lalang. Kemudian ia mengembuskan napas berat sembari raut wajahnya berubah. "Menurutmu Ayah bakal kabulin atau nggak?" Akhirnya ia menoleh pada Glowy.
Guk! Guk!
Suara yang tiba-tiba terdengar itu membuat Kayela tersentak. Ia segera mengangkat kakinya dari dalam kolam dan mengedarkan pandangannya ke sekitar, tetapi tidak ada yang terlihat walaupun suara itu terdengar semakin mendekat.
Kayela terus memandangi sekitarnya dengan waspada hingga tiba-tiba anjing Siberian Husky terlihat berlari ke arahnya dengan cepat. Ukurannya yang besar membuat gadis itu takut setengah mati hingga wajahnya berubah pucat. Kendali tubuh yang tiba-tiba hilang membuat ia tidak berlari dari sana untuk menyelamatkan diri sehingga ketika anjing itu menubruk tubuhnya dengan keras, ia hanya bisa menutup mata dan pasrah jatuh ke kolam.
Namun, itu menjadi semakin buruk ketika gadis itu teringat bahwa ia tidak memiliki keterampilan berenang. Alhasil ia yang panik di dalam air berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya untuk membawa tubuhnya ke permukaan. Sembari itu ia juga berseru meminta pertolongan karena air yang mulai tertelan.
"To... tolong! Tolong!"
Gerakan tangan dan kakinya tidak berhasil membuat Kayela mencapai permukaan, malah tubuhnya perlahan semakin tenggelam. Dengan tubuh yang terasa semakin tertarik ke dasar kolam setelah ia menyerah untuk berusaha, Kayela harap Glowy bisa menemukan teman baru yang lebih menyenangkan.
Sekitarnya perlahan berubah menjadi titik-titik hitam. Kolam yang biasanya terlihat biru nan cantik dari atas kini berubah menakutkan bagi Kayela.
Perlahan ia menutup kelopak matanya, dan sekarang benar-benar tidak ada lagi yang bisa dilihatnya.
· · ·
Sena menutup pintu mobilnya dengan perasaan kesal yang bercokol di dadanya. Anak-anak baru itu sangat payah. Mau sepelan apa pun ia melatih dan menunjukkan beberapa teknik, mereka tetap saja seperti bayi bodoh yang tidak bisa memahami apa-apa. Ia sudah berusaha menahan kekesalannya selama dua hari kemarin, dan hari ini ia tidak menahannya lagi ketika melihat salah satu anak baru langsung menyerah dalam duel yang diaturnya hanya karena lawan yang dipasangkan memiliki proporsi tubuh yang lebih besar.
Setelah ini ia akan meminta Jendra untuk melakukan evaluasi ulang terhadap anak-anak baru itu. Bisa-bisanya yang bermental tempe seperti itu lolos seleksi masuk.
Namun, untuk sekarang ia ingin menenangkan diri terlebih dulu. Karena itulah ia memilih untuk langsung pulang.
Lelaki itu langsung menuju dapur untuk mendapatkan segelas air dingin. Pintu kulkas dibukanya begitu tiba, lalu mengeluarkan satu botol besar air dan meraih gelas. Setelah gelas terisi penuh, ia langsung menandaskannya dengan cepat.
Setelah dadanya yang tadi naik dan turun dengan cepat kembali pada ritme normalnya, Sena baru menyadari suara gonggongan anjing yang begitu keras. Pasti Haji, si Siberian Husky milik Gara. Siapa pun yang hari ini bertugas menjaga Haji akan ia pastikan mendapatkan amukan dari kembarannya karena sudah membiarkan anjing itu tanpa pengawasan.
Ia mengarah ke sumber suara itu, mendapatinya berasal dari taman belakang. Begitu melewati sliding door, Sena melihat Haji yang menggonggong ke arah kolam padahal tidak ada apa-apa.
Aneh kayak pemiliknya, batinnya dengan cuek.
Kemudian netranya menangkap keberadaan benda kuning familiar di tepi kolam. Berada di atas genangan kecil air, dan itu membuatnya mengerutkan kening. Memutuskan untuk mendekat, jantung Sena dibuat berdetak kencang saat melihat seseorang di dasar kolam. Dengan pakaian berwarna pink, hanya ada satu orang yang terlintas di kepalanya.
"Fuck!"
Ia langsung terjun ke dalam kolam dan berenang cepat untuk menggapai Kayela yang tampaknya sudah kehilangan kesadarannya. Begitu dapat meraih tangan gadis kecil itu, Sena menariknya lebih dekat lalu berenang ke permukaan dengan Kayela dalam dekapannya.
Tubuh Kayela yang tidak sadarkan diri dibaringkan di tepi kolam, kemudian ia pun mengeluarkan diri dari dalam kolam. Sena bersimpuh di samping tubuh Kayela dan mencoba memeriksa napas gadis itu. Ketika tidak mendapatkan embusan apa pun di pipinya, ia segera menaruh telapak tangannya di dada Kayela untuk melakukan resusitasi jantung paru.
Lelaki itu terus melakukannya sambil sesekali memeriksa apakah napas gadis itu telah kembali atau belum. Saat ia melakukan resusitasi jantung paru yang keempat kalinya, barulah perlahan gadis itu sadar dan mulai batuk untuk mengeluarkan air yang mengisi paru-parunya. Ia segera membantu untuk memiringkan posisi tubuh gadis itu.
Setelah dirasa Kayela telah mengeluarkan seluruh air dari paru-parunya, Sena mengangkat tubuh gadis itu untuk dibawa masuk. Ia berteriak memanggil Rinda yang dengan cepat muncul setelah panggilan kedua.
"Panggil dokter terus langsung ke kamar anak ini buat ganti bajunya," titahnya dengan cepat, tidak membiarkan wanita yang lebih tua darinya itu memproses keadaan.
Sena melangkah cepat ke lantai dua untuk menuju kamar Kayela, bahkan sampai melangkahi dua anak tangga sekaligus. Begitu sampai ia langsung meletakkannya di atas tempat tidur.
"Hell shit!" Ia menyugar rambutnya yang basah ke belakang. Kemudian kembali memandangi Kayela yang masih berada di ambang kesadarannya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light, Its Dark, and Hope
General FictionKayela hanyalah gadis yang selama ini tinggal bersama mamanya yang pemarah dan kasar. Ia harus menuruti segala perkataan yang dilontarkan mamanya jika tidak ingin dikunci di dalam kamar seharian untuk dipaksa belajar. Ketika mamanya meninggalkan ia...