03 kebimbangan buat sarapannya

3.4K 278 2
                                    

Acara makan bersama keluarga barunya berlangsung dengan sangat canggung semalam. Jordan yang lebih banyak bersuara, sedangkan Kayela hanya akan menjawab seperlunya ketika dibutuhkan. Di sisa itu, ia hanya diam hingga makanan di piringnya habis. Ia juga menjadi yang pertama meninggalkan meja makan.

Ketika paginya terbangun, Kayela mendapati jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ia beranjak ke kamar mandi dengan langkah yang malas.

Selesai mandi dan berpakaian santai, ia meraih Glowy untuk diajak melihat taman belakang dari dudukan jendelanya. Terdapat dua tukang kebun yang tengah menyapu dedaunan yang gugur, kemudian satu orang lainnya sedang menyiram seluruh taman dengan selang. Mengalihkan pandangannya, ia juga bisa melihat kolam renang yang semalam sempat menarik perhatiannya. Kayela selalu penasaran bagaimana rasanya berenang karena ia tidak bisa sama sekali.

Akhirnya bosan dengan pemandangan taman belakang karena para pekerja telah pergi dari sana, Kayela menuju meja belajarnya, untuk meraih buku paket dari dalam tas. Itu menjadi satu-satunya buku paket yang ia bawa ketika pindah karena Baskara mengatakan bahwa buku-buku baru akan didapatkan begitu ia pindah sekolah.

Meskipun sejarah bukan mata pelajaran kesukaannya, Kayela tetap memaksa dirinya untuk membaca isi buku itu, mengingat bahwa besok soal ujiannya akan tiba. Untungnya untuk catatan miliknya berada dalam satu buku yang memiliki 200 lembar kertas, sehingga ia tidak perlu khawatir jika ingin mempelajari kembali pelajaran yang lain.

Kayela berusaha menghafal apa yang dibacanya. Zaman perunggu, bentuk-bentuk batu yang digunakan manusia purba untuk berkebun, serta benda-benda bersejarah yang masih dapat ditemukan pada masa sekarang dan tempat benda itu ditemukan. Baru satu bab yang dibacanya, tetapi rasa-rasanya sungguh berat dan sekarang matanya malah menjadi berat.

Meskipun sebenarnya terpaksa untuk membaca isi buku itu, tetapi Kayela ingin menyelesaikan satu bab itu terlebih dulu. Jadi, ia menarik Glowy ke dalam pelukannya untuk diajak membaca. Belajar bersama biasanya membantu, seperti berada di kelas.

Namun, pada akhirnya gadis itu tidak dapat melawan rasa kantuk yang menyerang sehingga jatuh terlelap dengan kepala yang tersandar pada kaca jendela.

Ia dibuat terkejut ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya, bahkan hampir jatuh dari dudukan jendela jika saja kakinya tidak diturunkan dengan cepat. Glowy ia letakkan terlebih dulu sebelum menghampiri pintu dan membukanya. Seorang maid berdiri di depan pintu kamarnya dengan sebuah nampan berisi sarapan.

"Sarapan anda, Miss," ujar maid itu.

"Yang lainnya udah sarapan?"

"Sudah, Miss. Tuan meminta untuk membawakan sarapan anda langsung ke kamar kalau tidak keluar sampai tujuh lebih lima belas."

"Apa mereka udah pergi semua?"

"Tuan Muda Milan masih tidur di kamarnya."

Setelah mendapatkan jawaban itu, Kayela pun mengambil alih nampan dari tangan si maid, kemudian membiarkannya untuk pergi dari sana. Nampan itu ia bawa ke dudukan jendela untuk diperlihatkan pada Glowy, mungkin juga bisa membaginya pada bebek kuning itu.

Sarapannya berupa roti dan susu cokelat. Dua jar selai yang merupakan stroberi dan cokelat juga ada di atas nampan.

"Gimana, Glowy? Kamu yang habisin, ya? Aku gak bisa makan ini."

Kayela menenggelamkan wajahnya di lutut. Mengembuskan napas panjang, ia harus memikirkan cara agar piring dan gelas kosong tanpa perlu isinya berpindah ke dalam perutnya. Suatu hal yang menyedihkan karena ia memiliki alergi terhadap susu sehingga banyak makanan yang dihindari. Ia tidak ingin terlihat seperti seorang yang memilih-milih makanan ketika baru kemarin pindah ke rumah ini. Roti itu pun tidak ingin gadis itu buang karena ia tahu bagaimana rasanya kelaparan.

Atau... haruskah ia mencoba untuk menghabiskan roti itu? Efek paling ringan bisa jadi ruam merah yang muncul di bawah dan tubuhnya, atau bahkan muntah-muntah, dan yang paling berat adalah kesulitan bernapas hingga... menyusul sang mama jika tidak ada yang menemukannya di kamar.

Yaah, tidak ada yang gadis itu pilih pada akhirnya.

"Oh...." Kayela tiba-tiba teringat sesuatu.

Berikutnya ia bangkit dengan cepat lalu membawa nampan itu bersamanya. Keluar dari kamar, gadis itu menatap satu-satunya pintu kamar yang berada di koridor yang sama dengan miliknya. Menekan rasa takutnya, ia melangkah ke depan pintu kamar milik kakak terakhirnya lalu mengetuk.

Ketukan pertamanya tidak mendapatkan jawaban, jadi ia mencoba lagi. Menunggu beberapa saat sebelum mengetuk kembali, karena tidak ada jawaban lagi, Kayela mengangkat tangannya untuk mengetuk ketiga kalinya. Namun, ia dibuat terkejut ketika tiba-tiba pintu di hadapannya itu terbuka dan kepalan tangannya hampir mendarat di wajah Milan.

Ia segera mengambil satu langkah mundur sebelum memandang kakak terakhirnya itu dengan takut-takut.

"Sa-sarapanmu." Kayela mengangkat nampan di tangannya, menyodorkannya ke depan Milan.

Lelaki itu hanya melihatnya dalam diam, tidak mengambil nampan itu dari tangan Kayela.

"A-aku tadi sarapan d-dan katanya kamu juga belum. Ja-jadi aku bawakan sarapan."

Lagi-lagi tidak ada tanggapan atau balasan yang diberikan oleh Milan sehingga Kayela merasa bahwa rencananya ini tidak akan berhasil. Namun, ketika ia hendak menurunkan tangannya, Milan akhirnya mengambil alih nampan itu dan membawa masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu dengan sedikit keras.

Diam-diam Kayela mengembuskan napas lega, ya meskipun juga merasa kesal karena Milan menutup pintu tepat di depan wajahnya.

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang