04 glowy serta salah satu kakaknya

3.3K 268 1
                                    

Seharian kemarin Kayela menghabiskan waktunya di kamar untuk mengerjakan soal ujian. Meskipun Baskara mengatakan bahwa ia bisa menyicil penyelesaian ujian itu, tetapi menyelesaikan semua ujian itu sekaligus tetap menjadi pilihannya. Alhasil, ia baru keluar kamar ketika matahari sudah tidak setinggi itu di langit. Pun makan siangnya dilakukan di dalam kamarnya.

Karena sudah menguras otaknya sedemikian rupa kemarin, Kayela memutuskan bahwa hari ini ia akan mendapatkan udara segar di taman belakang. Ketika Rinda yang hari ini mengantarkan sarapannya ke kamar, ia memanfaatkan kesempatan itu bertanya mengenai keluarga barunya itu.

Sang ayah, Jendra, dan Gara telah berangkat ke kantor sejak pukul tujuh. Milan pun telah berangkat ke kampusnya, sedangkan Sena telah kembali dikirimkan ke luar kota untuk pekerjaannya sejak dua hari lalu. Pantas saja tidak terlihat sejak makan malam terakhir mereka--ketika Kayela baru pindah ke rumah itu.

Karena tidak ada siapa pun yang sedang berada di rumah, jadinya Kayela tidak perlu takut ketika secara tidak sengaja berpapasan dengan salah satu dari mereka. Ia membawa Glowy untuk melihat rumah baru mereka, juga sebagai teman yang bersamanya bermain ke taman belakang.

Setelah melewati sliding door kaca, akan langsung mendapati kolam yang beberapa waktu sebelumnya ia lihat dari jendela kamar. Melewati kolam itu, Kayela menuju pohon besar yang memiliki dedaunan yang rimbun karena di salah satu ranting besarnya tergantung ayunan.

Dengan Glowy yang berada dalam pangkuannya, ia pun mulai mengayunkan diri. Angin yang berembus sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambutnya yang kebetulan hari ini dibiarkan tergerai. Setelah puas, ia mengikuti jalan setapak yang dikedua sisinya ditanami Bougenville berwarna putih, menuju gazebo modern yang berdampingan langsung dengan kolam kecil berisi ikan-ikan berwarna jingga.

Kayela berjongkok di tepi kolam untuk melihat ikan-ikan itu dengan lebih dekat, pun mendekatkan Glowy ke atas kolam agar juga bisa melihat dengan jelas. Setelah puas melihat ikan, ia pun berteduh di gazebo.

Musim panas tentunya membuat matahari bersinar dengan lebih ganas. Rasa-rasanya seperti ada dua matahari yang menyinari Bumi.

"Kamu mikirin hal yang sama denganku kan, Glowy?" Kayela menatap bebek kuning yang duduk di sampingnya itu.

Tangannya tergerak untuk membuat kepala boneka seolah-olah mengangguk, berikutnya membawa Glowy ke dalam pelukan dan kembali ke dalam rumah. Berada di dalam kamar memang lebih baik.

Terlebih dulu, ia berbelok ke arah dapur untuk mendapatkan segelas air dingin. Namun, ketika baru melewati dinding sekat, langkah gadis itu terhenti karena mendapati salah satu kakaknya. Sena.

Kayela mematung beberapa saat di sana sebelum suara Sena membuatnya tersentak.

"Ngapain di situ?"

"Ng-nggak." Diam-diam ia mencuri pandang ke arah kakak ketiganya itu, hingga noda kemerahan yang ada di leher lelaki itu membuatnya tanpa sadar menyuarakan isi kepala. "Lehernya luka...."

Tangan Sena kontan terangkat untuk meraba lehernya, memang ada cairan berwarna merah yang lengket di sana. "It's not mine," ucapnya.

Tatapan bingung gadis itu layangkan, tidak paham dengan maksud salah satu kakaknya itu.

"It's not my blood."

"Oh...."

Kemudian Kayela mendapati tatapan Sena jatuh pada Glowy yang ada dalam pelukannya, membuat ia segera berbalik dan melangkah cepat dari sana. Ia tidak sempat memikirkan anggapan kakaknya itu, mungkin berpikir bahwa ia adalah anak yang tidak sopan karena langsung pergi begitu saja. Yang benar-benar dipikirkan gadis itu adalah: pasti Sena berpikir bahwa ia adalah gadis yang kekanakan.

"Maaf, Glowy, bukan maksudnya kamu itu malu-maluin."

Di sisi lain, setelah kepergian adik perempuannya itu, Sena semakin yakin bahwa dirinya tidak cocok dengan yang namanya anak-anak. Pasti Kayela sedang ketakutan di kamarnya sekarang karena mendapati dirinya yang berlumuran darah.

Tanpa mengembalikan botol air yang sebelumnya diambil dari kulkas, ia beranjak dari sana, menuju kamarnya yang berada di lantai dua--seperti semua saudaranya... juga adik barunya itu.

Ketika baru melewati sebagian tangga, langkah terburu-buru di belakangnya membuat Sena berhenti. Ia mendapati Milan yang sepertinya pulang cepat hari ini. Lelaki yang lebih muda lima tahun darinya itu segera merangkulnya dengan akrab ketika mereka bersisian.

"I'm covered with blood, Milan." Sena melepaskan rangkulan adiknya itu, lalu melihat beberapa bercak kemerahan sekarang juga ada di pakaian Milan.

"Oh, shit. Ternyata hidung gue bener, pantesan ada bau aneh." Milan mendorong Sena untuk menciptakan sedikit jarak lagi. "Anjirlah gue harus mandi lagi. Lagian lo kenapa langsung pulang, sih? Aturannya mah bersih-bersih dulu."

"Yeeuu lo yang dateng-dateng main rangkul. Bilang aja kangen sama gue, kan."

"Dih, pede gila. Udah ah, gue mau mandi, sejam lagi gue masih ada kelas."

"Lagian cuma jeda segitu doang sok-sokan pulang."

"Gue mau ambil barang yang ketinggalan. Lo juga buruan mandi, deh, bau badan lo nistain hidung gue. Awas ketemu anak baru kesayangan Ayah lo, bisa-bisa pingsan tu anak."

"Udah ketemu kali. Anaknya langsung kabur." Sena menyahut dengan santai seraya melanjutkan langkahnya ke kamar. Tubuhnya memang sudah terasa lengket dan mandi adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan.

"Anjir! Beneran lo?"

"Ngapain gue mesti boong."

"Well, at least dia gak pingsan."

[]

by the wayy, Glowy in real life adalah keychain bentuk bebek warna putih, pake jas hujan bentuk kodok warna biru, bahkan tas selempangnya bentuk kodok warna hijau tua. gemesyy banget kayak anak TK yang siap sekolah... tapi pernah disangka penguin sama beruang :" padahal bebek

The Light, Its Dark, and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang