Untuk kedua kalinya Kayela dipanggil ke ruang kerja Jordan, dan ia masih belum bisa bersikap biasa-biasa saja dengan itu. Ia selalu takut, takut bahwa kapan pun dirinya bisa dikirim ke panti asuhan jika berbuat tidak sesuai dengan yang pria itu inginkan.
Kali ini Kayela langsung mendudukkan diri di sofa begitu masuk ke dalam ruangan, dan lagi-lagi Jordan terlihat sibuk dengan komputernya. Ya, pria itu memang selalu sibuk sampai-sampai Kayela hanya melihatnya ketika makan malam karena itu merupakan rutinitas wajib mereka untuk makan bersama.
"Jawaban ujianmu sudah dikirim pagi ini, dan besok Baskara akan mulai memproses pindah sekolahnya. Aku juga sudah melihat nilai-nilaimu sebelumnya... pendidikan kewarganegaraan, sejarah dan matematikamu memang cukup, tapi tidak sebaik pelajaran lainnya."
"Aku gak suka." Kayela berbicara pelan, entah dari mana keberanian untuk bersuara itu. Dirinya sendiri pun terkejut.
"What did you say?"
"A-aku gak suka."
"It's okay with the history, tapi matematika dan pendidikan kewarganegaraan adalah pelajaran wajib."
"Mama said that she would tolerate three subjects from all, but I make it four since I really bad at sport."
"At least, now I know Lilia treated you well." Jordan berujar seraya memperbaiki letak kaca yang merosot dari batang hidungnya. Kemudian ia kembali melihat ke layar komputer, tidak mendapati bahwa Kayela mulai mengusap lengannya dengan gestur yang aneh, pun ketegangan yang tiba-tiba meliputi gadis kecil itu. "Besok aku ingin kamu bergabung untuk sarapan, ada yang akan disampaikan. Pastikan kamu tidak terlambat untuk besok," imbuh pria itu.
"Baik."
"Kalau begitu kamu bisa kembali ke kamar."
Kayela meninggalkan ruang kerja Jordan dengan cepat. Begitu kembali berada di dalam kamarnya, pintu tidak lupa ia kunci sebelum naik ke atas tempat tidur. Kemudian ia meraih Glowy untuk di bawa ke dalam pelukan, agar mereka sama-sama melihat langit-langit berwarna putih membosankan yang telah terselimuti gelap karena lampu yang telah dimatikan ketika ia hendak pergi ke ruang makan.
"Glowy... dia bilang Mama baik."
Kemudian tanpa bisa dicegah isi kepalanya dipenuhi ingatan saat masih tinggal bersama sang mama.
Mereka tinggal di rumah kecil yang hanya memiliki satu lantai, tetapi untungnya Kayela masih bisa mendapatkan kamarnya sendiri walaupun tidak sebesar kamarnya yang sekarang. Ada ruang tengah kecil yang akan langsung ditemui ketika pintu terbuka, kemudian ketika menoleh ke kanan akan melihat dapur sekaligus ruang makan kecil.
Kayela terakhir menikmati makanan yang dimasak oleh mamanya ketika ia duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar. Wali kelasnya mewajibkan semua siswa di kelas untuk membawa bekal karena kasus keracunan makanan yang sempat tersiar di televisi dan media lainnya. Meskipun bekalnya tidak sevariatif milik siswa-siswa sekelasnya, Kayela tetap akan menghabiskan bekalnya yang lebih sering berupa telur, nugget ayam yang dibeli di supermarket, atau sosis.
Selain karena mamanya tidak memiliki waktu untuk membuatkan makanan lain di pagi hari, sebenarnya kulkas di rumah mereka pun jarang terisi. Hanya ada botol-botol besar air yang sengaja disimpan di sana agar ketika sang mama pulang bisa langsung menandaskan dahaga.
Ketika Kayela akhirnya menginjak usia 11 tahun, ia memberanikan diri untuk mencoba memasak sesuatu. Percobaan pertamanya adalah dua buah nugget yang tersisa di freezer kulkas. Kedua nugget itu berakhir dengan kulit yang berwarna sangat coklat dan beberapa bagian kehitaman. Ada sedikit rasa pahit yang dicecap lidah gadis kecil itu ketika memakannya, tetapi berusaha ia tutupi dengan menuangkan banyak saus di atasnya sehingga keesokan harinya menderita sakit perut, membuat sang mama harus izin pada wali kelas untuk ketidakhadirannya.
Percobaan keduanya adalah menggoreng telur. Ia harus merelakan pergelangan tangannya diciprati minyak panas ketika berusaha membalikkan telur di atas wajah. Bekas lukanya bertahan untuk beberapa waktu sampai sang mama menyadari.
Kemudian, ketika ia duduk di bangku kelas 7 dan sang mama mendapatkan lebih banyak penghasilan dari pekerjaannya, gadis itu diberikan uang saku untuk membeli makan siang dan makan malamnya sendiri. Sang mama menganggapnya sepadan dengan balasan nilai-nilai yang harus dicapai oleh Kayela di sekolah, tentu dengan target nilai yang ditetapkan oleh wanita itu sendiri.
Dengan uang saku yang diterimanya, Kayela mulai memutar otak untuk menyisihkan. Ia membeli lauk paling murah di warung lalu memasak nasinya sendiri ketika pulang. Sesekali, ketika berhasil melewati masa ujian dengan baik, ia akan membeli ayam goreng sebagai lauk--terkadang pun udang saus pedas-manis.
Setelah uangnya terkumpul cukup banyak, Kayela akhirnya membeli Hanis lima bulan yang lalu.
Mengenai Glowy, boneka bebek kuning itu merupakan hadiah ulang tahun ke-tujuh yang ia minta langsung pada sang mama. Jadi, setelah adanya Glowy ia tidak lagi sendirian di tengah lingkungan yang mencela dan mencemooh asal-usulnya.
"Mama emang ada baiknya... buktinya sampe sekarang aku punya kamu, Glowy. Kamu bukti baiknya Mama."
Lalu ia bangkit dari berbaringnya, tiba-tiba teringat kembali bahwa besok harus ikut sarapan bersama sehingga membuatnya tidak bisa tidur.
Kayela beranjak dari atas tempat tidur, menuju dudukan jendela untuk melihat langit malam yang hari itu cerah. Bintang-bintang terlihat dengan jelas banyaknya mengisi langit. Bulan yang menjadi ikon langit malam tengah berada di fase sabit awal-nya.
Taman belakang tidak begitu terlihat sekarang, terselimuti gelap karena lampu taman terjauh berada di dekat ujung kolam renang. Ketika menaruh pandangannya ke kolam renang, Kayela baru menyadari keberadaan salah satu kakaknya yang tengah duduk di salah satu kursi santai panjang yang berada di sisi kolam renang itu. Mencoba menajamkan pendengarannya, ternyata itu adalah Sena dengan pakaian hitamnya.
Lelaki itu tengah menikmati batang nikotin yang terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Meskipun hanya dibantu oleh cahaya dari lampu taman yang jaraknya sedikit jauh dari tempatnya duduk, Kayela tetap bisa melihat embusan asap yang dikeluarkan dari mulut lelaki itu.
Secara tidak sadar, ia terus memandangi Sena di bawah sana. Sehingga ketika lelaki itu tiba-tiba menoleh dan menangkap basah dirinya, Kayela gelagapan menyembunyikan diri di balik dinding. Gerakan cepatnya itu membuat sikunya berbenturan dengan dinding, sakit yang dirasakannya membuat pelukannya pada Glowy terlepas dan boneka itu jatuh ke lantai.
"Ahss...."
Ia segera menunduk untuk mengambil Glowy berikutnya.
"Mendingan kita tidur sekarang."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light, Its Dark, and Hope
General FictionKayela hanyalah gadis yang selama ini tinggal bersama mamanya yang pemarah dan kasar. Ia harus menuruti segala perkataan yang dilontarkan mamanya jika tidak ingin dikunci di dalam kamar seharian untuk dipaksa belajar. Ketika mamanya meninggalkan ia...