2. Gadis Berambut Bunga

165 25 6
                                    


Tidak ada hal lain yang kuharapkan di dunia ini selain benda yang menyerupai bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada hal lain yang kuharapkan di dunia ini selain benda yang menyerupai bunga. Mau itu bunga biasa atau hanya kelopaknya saja, semuanya membuatku terbuai. Terkadang aku hanya ingin menghabiskan waktu mengamati berbagai macam bunga di tengah kegelapan dunia ini tanpa harus diganggu. Namun, sayang sekali itu tidak pernah terwujud. Ada banyak hal yang harus kulakukan.

Aku ingat, kata ibuku, aku terlahir dengan rambut dipenuhi kelopak bunga layaknya seorang anak yang diutus Dewa Alam. Rambutku kekuningan seperti punya ibuku, hanya saja dipenuhi dengan kelopak bunga dengan warna putih. Ketika dibersihkan, rambutku tetap saja dipenuhi dengan kelopak bunga. Kelahiranku membuat warga berbondong-bondong ke rumah untuk mengamatiku, mereka mempertanyakan siapa gerangan ayahku.

Apakah sang Dewa Alam? Atau justru karena hadiah dari para dewa atas kebaktian ibuku selaku seorang hamba? Namun, lagi-lagi ibuku tidak ingin menjawabnya dan terus membesarkanku seorang diri. Dia seperti tidak ingin membahasnya walau kejanggalan itu tidak bisa disembunyikan.

"Anakku terlahir pada tengah malam, saat melahirkannya, tubuhku dipenuhi dengan bunga-bunga yang berguguran," tutur Ibu waktu itu.

"Siapa ayahnya?" Pertanyaan itu tidak akan pernah terjawab lantaran Ibu tidak akan menanggapinya. Dia hanya akan diam sebelum mengubah topik seakan hal itu tabu.

Di desaku, kejadian anak lahir dalam keadaan dipenuhi bunga memang bukan hal biasa. Namun, hal yang dianggap lebih janggal dari itu semua adalah aku yang lahir tanpa sosok ayah. Bahkan ibuku tidak pernah diceritakan pernah berhubungan dengan lelaki mana pun di desa, membuat keadaan keluargaku kian aneh di mata warga.

Setelah aku dilahirkan, Ibu memberiku nama "Nanala" yang dia akui didapatkan dari seseorang. Selama menjalani hidup di desa, aku tumbuh besar bersama anak lain dan diperlakukan sama meski sebagian masih saja mempertanyakan siapa gerangan ayahku. Jika ditanya siapa ayahku, akan kujawab kalau ayahku sedang berada di negeri jauh sana mencari nafkah untuk keluargaku.

Hingga suatu ketika, pada usiaku yang ketujuh, Ibu mulai rajin menambah bunga-bunga dalam rumah. Kata tetangga, kegiatan Ibu tadi membuat rumah kami tampak seperti ketika aku dilahirkan. Bau wangi pun menyebar hingga ke pintu luar. Reaksi warga beragam, tapi tidak satu pun yang bisa Ibu lakukan selain diam seribu bahasa.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya tetanggaku waktu menyadari kejanggalan ini.

Ibuku hanya menjawab dengan nada pelan. "Ini salah satu janji yang harus kutepati."

Tetanggaku hanya mengangguk baru kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang jahit. Dia dibayar untuk membuatkan baju warna putih dan kuning menyerupai rambutku. Lengkap dengan satu bunga matahari sebagai penghias. Ketika memakainya, aku begitu senang hingga menolak untuk melepasnya selama sehari.

Ibu mengamatiku, dia tersenyum tipis. "Dia pasti senang melihatmu nanti."

***

Wonderful World of Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang