Topan
"Mobil sedan, warna merah, yang dari perkiraannya di tumpangi sama dua orang. Kesimpulan itu gue ambil sesuai sama bayangan di kursi mobil itu. Emang gak keliatan jelas, tapi udah bisa di pastiin warna mobilnya emang merah. Sayang plat nomornya gak bisa keliatan jelas. CCTV gak bisa nangkap sampai sejelas itu. "
Penjelasan Juan membuat aku merasa mendapatkan harapan tapi juga kekecewaan.
Aku senang karena akhirnya mobil yang selama ini aku cari-cari telah diketahui. Setidaknya ciri-cirinya. Jadinya aku bisa memperkecil dugaan mengenai pelaku yang sudah membuat kamu pergi, La.
"Kira-kira data tentang kendaraan bisa kita dapet dimana, ya? " Tanyaku pada Juan.
Tak langsung menjawab, Juan terlihat berpikir sejenak. Kemudian berkutat dengan HP-nya sebelum akhirnya mengarahkan benda berlayar persegi itu padaku.
"Temen gue, mungkin dia bisa bantu. Tapi lo tau kan, To. Ini ilegal. "
Aku tak peduli! Meski jalan kekerasan yang harus aku hadapi, aku rela. Asalkan kamu dapat keadilan, La.
"Hubungi dia sekarang. Kita perlu bantuan dia. "
Juan menatapku ragu.
"It's okay, An! Gue bakal tanggung jawab buat semuanya! Kalau pun kita dilaporin karena udah cari data mobil secara ilegal. Gue janji gak akan bawa-bawa lo. "
Pada akhirnya Juan luluh. Dia memberikan HP nya padaku. Membiarkan aku menyalin nomor dari temannya yang seorang ahli dalam bidang peretasan.
"Tapi lo perlu bayar kalau sama dia. "
"Gue gak masalah perihal duit. Yang penting masalah Lala bisa cepet selesai. "
Juan hanya mengangguk. Mungkin dia berada di antara peduli dan tak peduli. Toh sebenernya kasus kematian kamu bukan hal yang penting buat dia. Sama kayak Caca.
Sahabat yang selama ini kamu sayangi itu gak peduli sama kamu, La. Dia egois, gak peduli sama kamu yang udah direnggut nyawanya.
"Oiya, To. Gue mau tanya sesuatu, boleh? " Tanya Juan yang aku balas dengan anggukan.
"Lo cinta sama Caca? "
Pertanyaannya masih sama seperti dulu. Sebelum aku menikah dengan Caca.
Aku tahu Juan mempunyai rasa pada Caca. Tapi aku tak bisa berbuat banyak. Kamu yang menyuruh aku untuk menikahi dia, La.
Mau tak mau Juan juga harus merelakan perempuan yang dia cintai untuk aku nikahi.
"Enggak. " Jawabku enteng.
Aku bisa melihat mata Juan mulai menatapku berbeda. Begitu juga dengan urat wajahnya yang mulai menegang.
"Kenapa lo gak cerai aja sama dia? "
Aku tersenyum sinis. Sebut saja Juan ingin memiliki Caca seutuhnya, sampai-sampai berharap aku menceraikan Caca.
"Belum waktunya. "
"Maksud lo? "
Juan tampak bingung.
"Karena gue butuh Caca. Dia sahabat Lala, seenggaknya dia tau banyak soal Lala. Gue masih butuh dia buat bantu gue merasa kehadiran Lala. "
Selesai bicara, aku bisa melihat Juan dengan nafas yang mulai tak beraturan. Ada apa ini, Juan marah?
"Lo egois anjink! Lo gak sadar Caca selama ini lo siksa?! "
Benar, Juan marah. Dasar tak bisa mengendalikan emosi.
"Urus aja Nana tunangan lo. " Ucapku yang berusaha membuat dia sadar dengan posisinya.
"Lo udah siksa Caca, To! "
"Siksa apa maksud lo?! Gue gak pernah gampar dia! Gue gak pernah pukul dia! Apa yang lo maksud siksa? Selama ini gue masih nafkahin dia! Beli semua kebutuhan dia! Apa yang gue siksa dari dia?! "
Juan diam. Apa dia mulai berpikir jika ucapanku benar? Aku tak pernah menyiksa Caca.
"Lo siksa dia secara batin. "
Tapi aku salah, Juan malah membantah.
"Lo gak liat dia udah kayak mayat hidup? Lo gak liat ada seberapa besar rasa takut yang ada di matanya? Lo udah siksa dia. Lo seret dia ke masalah hidup lo yang terus mikirin Lala! "
Aku muak! Mengapa semua orang ingin aku berhenti memikirkan kamu, La!? Kamu gak pantas untuk dilupakan!
"Kalau emang lo bisa. Silahkan. Ambil aja Caca. Buat dia minta cerai dari gue! "
Tatapan Juan terlihat semakin murka. Dia seperti ingin menelan ku. Lucu.
"Gak mampu, kan lo? Udah gue bilang fokus aja sama tunangan lo yang gak pernah lo perhatiin itu! "
.....
Senja
Kalau aku yang ada di posisi Lala. Apa kamu akan sama gigihnya seperti sekarang?
Apa kamu juga bakal sampai terlihat kacau seperti ini?
Mau sampai kapan Topan?
Sampai kapan kamu terus berjuang demi Lala?
Aku iri Topan, aku iri sama Lala.
Aku juga perempuan biasa yang ingin dicintai. Meski gak bisa sebesar cinta kamu ke Lala, bisakah kamu beri aku cinta sedikit aja?
Apa aku tak pantas untuk dapat cinta dari kamu?
Apa bedanya aku dengan Lala?
Apa yang membuat dia istimewa?
Beritahu aku, Topan...
Biar aku merubah diri agar bisa terlihat seperti Lala di matamu. Ku panjangkan rambutku agar terlihat seperti dia, tapi itu masih belum cukup.
Ku pakai rok panjang agar bisa seanggun dia. Tapi itu justru membuat kamu memandangku dengan enggan.
Masih haruskah aku diam?
"Jangan kasih tau siapa-siapa. "
Rasa takut terus menghantui aku. Tolong aku Topan. Bukan hanya kamu yang berjuang, tapi disini aku juga berusaha untuk melupakan.
Tolong aku, genggam tanganku. Peluk aku dengan erat, aku butuh sandaran kamu Topan. Sudi kah kamu?
"Biar ini jadi rahasia. Itu permintaan dia. "
Sial! Kenapa semuanya terus terngiang di kepalaku?
Aku memegang kepalaku dengan kuat. Membuat perhatian kamu sedikit terganggu.
"Lo gak papa, Ca? " Tanyamu seraya meletakkan buku yang sedari tadi menjadi objek lihatmu.
Aku menggelengkan kepala. Hanya pusing dan denyutan di kepala. Bukan masalah besar.
Lagi pula biasanya kamu tak pernah peduli.
"Lo serius gak papa? Muka lo—"
Apa? Kamu bicara apa?
Bicaramu kurang jelas Topan. Kenapa kamu bergumam seperti itu? Kenapa kamu terlihat buram? Kenapa kamu mendekat ke arahku?
Ada apa?
"Idung lo Ca! Darah—"
Gelap...
Rasanya aku jatuh dan kemudian dingin. Tapi tak berselang lama aku merasa terbang. Kemudian hangat...
Apa seperti ini rasa pelukanmu Topan?
Senyaman ini rasanya. Sungguh beruntung Lala bisa merasakan pelukan ini setiap hari.
Andai aku bisa menjadi Lala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Topan kala Senja | VJoy
Fanfiction𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 Topan yang belajar melupakan dan Senja yang harus bertahan lebih lama lagi. START: 23-04-2023 END: - •Update tidak menentu •Semua media berupa foto,video, dan beragam lainnya adalah milik ownernya •Cerita ini murni hasil karya...