Juan
Aku ngerasa gagal. Gagal jaga kamu, Ca. Untuk yang kedua kalinya aku liat kamu terbaring lemah diatas kasur rawat. Berbaju kan seragam bersemu biru. Membuat wajah kamu bertambah pucat.
Bisakah posisi aku bertukar dengan Topan?
Bisakah kita ulang lagi waktu dan membuat aku yang melamar kamu waktu itu?
Bisakah kita ulangi lagi waktu dan membuat aku menggantikan posisi Topan saat berhadapan dengan penghulu dan kamu yang ada di samping ku?
Tapi aku tau Ca, aku terlambat untuk itu semua. Kamu udah terkurung di penjara hati Topan. Penjara hati yang gak pernah buat kamu tersenyum. Kamu cuman menangis dalam setahun ini.
"Lo udah ngerasa baikan? " Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutku.
Tapi lebih bodohnya lagi adalah jawaban yang keluar dari kamu, Ca. "Syukur sekarang udah mendingan sih. "
Jelas kamu bohong, Ca. Kamu gak pernah membaik semenjak Topan menjerat kamu. Kamu selalu sakit dan sampai kapanpun akan tetap sakit kalau Topan masih ada di sekitar kamu.
"Kenapa lo gak milih cerai aja sama Topan? "
Kamu tersenyum, seakan tau pertanyaan itu bakal aku ajukan. Helaan nafas panjang kamu terdengar pilu buatku.
"Ini udah takdir gue, Juan. Topan udah ada di dalam takdir gue. Selama takdir masih mau gue sama dia, gue gak bisa ngerubah apapun. "
Jawaban kamu ngebuat aku kesal. Menurut aku itu gak masuk akal, Ca. Kalau kamu mau, kamu bisa lepas dari Topan. Kamu gak perlu nyiksa diri sendiri dengan terus ada di samping dia.
"Tapi kondisi lo makin parah semenjak nikah sama dia. "
Senyuman kamu yang palsu bikin hati aku makin sakit. Kamu terlalu kuat, lebih tepatnya terlalu sok kuat. Kenapa kamu bersikap seolah-olah bisa menghadapi semua masalah sendirian?
"Masih ada gue, Ca. "
Diamnya kamu membuat aku semakin sadar, kalau selama ini kamu tau aku memendam rasa sama kamu. Tapi kamu memilih diam. Menutupi rasa cintaku dengan fakta menyedihkan bahwa kita hanyalah sebatas sahabat.
"Gue udah jadi istri Topan, dia juga sahabat lo. Lo udah jadi tunangan Nana, sahabat gue. Jangan sampai hubungan persahabatan kita rusak karena keegoisan. "
Sakit rasanya Ca. Sakit waktu kamu bilang kalau cintaku ke kamu itu adalah sebuah keegoisan.
"Buang semua perasaan suka lo sama gue. "
"Ini bukan sekedar perasaan suka, Ca. Gue cinta sama lo. " Kataku seraya menggenggam tanganmu yang langsung kamu tepis perlahan, berarti kan sebuah penolakan.
"Pendem rasa cinta buat gue. Nana itu orang baik, jangan sampai lo menyia-nyiakan dia demi cewek kayak gue. Gue gak pernah kenal sama orang setulus dan sebaik Nana. Selama lo punya Nana, gue jamin lo bakal bahagia, bahkan tanpa gue, Juan. "
Rasanya berat, Ca. Berat dan sulit untuk pendam semua perasaan yang sudah tumbuh lebih dari sepuluh tahun ini. Kamu cinta pertamaku, Ca.
"Lupain gue Juan. Jangan sampai lo sakitin Nana demi cewek lemah kayak gue. "
Dan air mata yang keluar dari kita menjadi akhir dari pertemuan ini. Baik aku ataupun kamu, kita sama-sama menangis.
Aku memilih pergi, membawa rasa sakit dan pedih di hati. Maaf aku meninggalkan kamu yang juga menangis.
Hatiku terasa hancur. Mungkin aku perlu waktu untuk memikirkan dan memulai semuanya kembali.
Tak mudah melupakan seseorang seperti kamu Senja arrabela.
.....
Senja
Topan, bisakah kamu berubah? Bisakah kamu menjadi sama perhatiannya dengan mama dan papamu padaku?
Bukannya aku tak bersyukur setelah mendapat perhatian dan kasih sayang dari mama dan papa mertua. Tapi tak bisakah aku berharap jika kamu juga memberikan aku perhatian dan kasih sayang yang sama?
Setidaknya sedikit saja. Walau tak bisa sama seperti perhatian dan kasih sayang kamu pada Lala. Aku hanya mau sedikit perasaan sayang dari kamu.
Bahkan melihat sosok kamu yang kini berdiri di depanku, aku tak bisa melihat ada sedikit pun rasa selain iba dan kasihan yang terpancar di matamu.
Aku mencari yang namanya cinta. Tapi tak pernah aku melihatnya dari matamu. Tatapan cinta kamu hanya terpancar setiap kali nama Lala di sebut. Tolong Topan, aku bukan perempuan yang kuat. Aku bisa menangis dan rapuh.
"Maaf. " Kataku lemah.
Dan itu hanya membuat kamu melirik sesaat ke arahku, sebelum akhirnya kamu kembali mengalihkan pandangan dan mulai fokus membolak-balikkan berkas rekam medis ku.
"Kenapa? Ngapain minta maaf. " Tanyamu dengan nada yang masih sama dinginnya seperti biasa.
Aku tersenyum getir, sebelum akhirnya menutup mata karena aku tak sanggup untuk berucap dengan melihat sosokmu yang tak peduli padaku.
"Maaf... Gara-gara gue kerjaan lo jad—"
"Gak perlu bahas kerjaan gue. Fokus aja sama kesehatan lo sendiri. "
"Maaf juga udah ngerepotin lo. "
Helaan nafas panjang darimu membuat aku membuka mata perlahan. Ku kira wajah datar atau kesalmu lah yang akan ku lihat, namun semuanya tak sesuai dengan yang aku pikir.
Kamu menatap aku dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Bersamaan dengan jarak wajah kita yang semakin dekat, kamu berbisik tepat di telingaku.
"Jangan mikirin hal lain, pikirin aja kesehatan lo. " Bisikan dengan kalimat sederhana yang mengalun lembut itu membuat jantung aku berdebar kencang.
Hal yang kamu lakukan selanjutnya menambah debaran jantungku semakin tak menentu. Sebuah kecupan di pipi yang begitu singkat membuat aku hampir saja lupa bagaimana caranya bernafas.
Aku menatap kamu seolah tak percaya. Topan? Kamu... Apa yang salah dengan kamu? Kamu baik-baik saja?
Senyum tulus yang pertama kalinya aku lihat darimu tertuju padaku, semakin membuat aku merasa jika kamu sedang tidak baik-baik saja. Atau mungkin justru aku yang sedang tak baik-baik saja?
Apa aku bermimpi? Aku sudah berada di surga? Apa maksudnya ini?
"L—lo? "
"Maaf... Selama ini gue terlalu cuek sama lo. Sampai-sampai gue gak tau kalau lo sakit parah. "
"Gue gak mimpikan? " Pertanyaan yang refleks keluar dari mulutku justru membuat kamu terlihat kebingungan.
"Ini beneran Topan? " Melihat aku yang sepertinya masih tak percaya, kamu justru tertawa. Tawa yang bahkan tak pernah aku lihat sebelumnya.
"Ya ini gue lah... Topan agung kabiru suami lo, kenapa sih? "
Aku hanya bisa diam tanpa berkata-kata. Tapi perlahan aku mulai menarik tangan kamu, menggenggam nya erat bersamaan dengan air mata yang perlahan menetes di wajahku.
"Makasih... Hiks... hhikss... Makasihhh. "
Haha. Aku terlalu cengeng. Baru mendapatkan perhatian seperti ini darimu saja aku sudah sebahagia ini.
Disaat tangisku semakin pecah dan mulai sesenggukan, kamu justru melakukan hal yang semakin membuat aku tak percaya.
Memeluk tubuh erat dan membelai rambutku perlahan. Dari jarak sedekat ini, aku bisa merasakan hembusan nafasmu yang teratur dan tenang. Berbeda dengan aku yang sudah tak bisa lagi mengatur nafas dengan baik.
Tuhan tolong, jika ini mimpi, jadikan mimpi ini abadi. Aku tak ingin keluar dari mimpi ini. Biarkan aku merasakan kebahagiaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topan kala Senja | VJoy
Fanfiction𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 Topan yang belajar melupakan dan Senja yang harus bertahan lebih lama lagi. START: 23-04-2023 END: - •Update tidak menentu •Semua media berupa foto,video, dan beragam lainnya adalah milik ownernya •Cerita ini murni hasil karya...