Hiraeth

22 2 0
                                    

"Hiraeth (n):

a homesickness for a home to which you cannot return, a home that maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for lost places in your past."


(Jenny Colgan)





















Jenggala Oceano.

Jenggala Oceano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊🌊🌊

Tepat tiga belas tahun lalu dia memperkenalkan diri padaku.

Saat itu di pekarangan rumah nenek, Jenggala yang tak kutahu dari mana munculnya, tiba-tiba menyapa. Ah, mungkin aku saja yang terlalu fokus menumbuk daun-daun kecil di atas mainan gerabah yang diberikan nenek.

Tapi, aku tidak merasa terganggu sedikitpun. Justru aku merasa senang karena dia mau bermain bersamaku.

Aku yang saat itu hanya seorang anak pindahan belum memiliki satu pun teman. Kemudian tanpa diminta, Jenggala menjelaskan arti namanya. Ia menjadi orang pertama yang mengajakku bicara.

"Artinya rimba dan lautan."

Jenggala banyak bicara. Banyak hal yang ia ceritakan di pertemuan pertama kami. Meski sebenarnya aku tak begitu mengerti apa yang ia bicarakan. Tentang gunung, hutan, laut, samudra hingga kerajaan bawah laut yang katanya ada di bagian timur Indonesia.

"Kata mamaku dulu, aku lahir di perjalanan Mama ke Batam. Mama pengen lahiran di kampung halamannya. Tapi, waktu sampai di tengah perjalanan, aku udah nggak sabar untuk lihat dunia ini. Padahal kata mama, dokter memprediksi aku lahir 2 minggu lagi. Jadi, dari situlah nama Oceano berasal. Karena aku lahir di atas kapal yang sedang berlayar di tengah lautan."

Aku hanya berusaha untuk tetap mendengarkan tanpa sedikit pun memberikan komentar.

Sejak hari itu, aku dan Jenggala mulai dekat. Setiap ia pulang sekolah, kami akan menghabiskan waktu dengan bermain bersama. Selayaknya permainan anak kecil seusia kami.

Bisa dibilang, sebagian besar waktuku kuhabiskan bersama Jenggala. Bahkan hari-hariku hampir diisi sepenuhnya olehnya. Aku yang tertutup ini bahkan hanya memiliki Jenggala sebagai satu-satunya sahabat.

Tapi, tidak dengannya. Jenggala tumbuh di lingkungan yang jauh lebih luas dariku. Di sekolah formalnya, Jenggala memiliki banyak sekali teman. Aku mengetahuinya karena sering melihat teman-teman Jenggala berkunjung.

Tentu aku tidak bergabung. Aku tidak mau mempermalukan Jenggala di depan teman-temannya. Aku cukup memperhatikannya dari dalam jendela rumahku. Sembari menghitung waktu, kira-kira kapan teman-temannya pulang dan Jenggala akan menghampiriku.

NCT Short Story (OT23)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang