BAB 7 : PEMENANG (1)

115 100 27
                                    

Pemenang bukanlah penentu suatu pertandingan, melainkan sebuah hasil dari keyakinan.

꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

"Yas, hari ini lo jadi ikut olimpiade matematika?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yas, hari ini lo jadi ikut olimpiade matematika?"

"Hm,"

"Cih, gak bakal menang lo,"

"Sok tau, emang abang peramal?"

Ashka dengan gadis yang kerap dipanggil Yasmine itu duduk bersebelahan diruang keluarga. Kedua insan tersebut sibuk dengan rutinitasnya masing-masing.

Yasmine sedang memainkan rubik nya, dan Ashka sedang memakai dasi.

Ashka merogoh saku celananya, ia mencari benda tipis miliknya, "Yas," panggilnya.

"Hape abang disitu gak?"

Gadis itu tak menyahut ia masih terpaku pada rubik digenggamnya. Ashka geram, "Ayas, berdiri dulu. Itu kayaknya hape gue lo dudukin."


"Eh bocil!" katanya sedikit membentak.

"Apaan sih? Cari sendiri napa,"

Karena kesal Ashka mengambil paksa rubik yang sedang dimainkan oleh Yasmine sehingga menyita atensinya. Ashka menarik sudut bibirnya ke atas.

"BANG ASHKAA!!" Yasmine marah, "Kembaliin, itu rubik aku!!"


"Gak akan," Ashka menjulurkan lidahnya kepada Yasmine--adik perempuannya.

Ashka yang tadinya duduk di sofa akhirnya bangun dan berlari mengitari ruang keluarga dan Yasmine pun mengikutinya demi mendapatkan kembali rubik miliknya.

"Sini bang! mau Ayas tampol, hah?" Yasmine mengangkat tangannya keatas seolah-olah hendak menampar pipi seseorang.

"Coba kalo bisa," Ashka berkacak pinggang kemudian berlari menuju dapur dan disusul Yasmine. Disana ada Yoona yang sedang memasak sarapan pagi untuk mereka.

"Jangan lari-larian, nanti jatuh tau rasa," kata Yoona memperingati.

"Awas lo bang," Yasmine menunjuk ke arah Ashka kemudian berbalik arah mengambil penggorengan yang menempel di dinding.

"Sini lo! beraninya bawa senjata,"

"Oke, kalo nangis jangan salahin Ayas loh,"

Yasmine menarik kerah baju Ashka lalu melayangkan tamparan ke pantat Ashka menggunakan penggorengan itu.

Plakk!

"Aduh duh! Iya ampun, ampun deh. Nih gue balikin," Ashka mengaitkan kedua tangannya sebagai tanda permohonan maaf dan menyerahkan rubik milik adiknya itu.

MISSION OR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang