Kala itu, masa-masa suram masih terus berlanjut. Semua manusia terkurung dalam sebuah ruang yang tak lagi menyenangkan. Sekolah-sekolah diliburkan, pun dengan banyak orang yang harus rela kehilangan pekerjaan. Semua berjarak, jikalau terpaksa bertemu diwajibkan mengenakan penutup setengah muka. Tak ada alasan sesak, semua demi keamanan bersama.
Dua minggu pertama semua diliburkan, tak terkecuali dengan gadis cantik yang baru saja menjadi siswi SMA itu. Ia berubah menjadi gadis yang tak pandai bersosialisasi, senang mengurung diri di kamar, dan merasa banyak sekali tekanan yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Cendana Jelita yang sudah mulai terbiasa terkurung di dalam rumah, mulai tak berani untuk bertemu banyak orang. Seperti hari ini, ia terpaksa untuk pergi keluar dengan keperluan mengumpulkan tugas dalam bentuk lembaran kertas A4. Karena semua tugas dalam bentuk dokumen sudah dikumpulkan minggu lalu melalui aplikasi khusus untuk murid serta guru.
Cendana sudah mengira jika hari ini ia bukan saja mengumpulkan tugas, tetapi juga menyaksikan teman sekelasnya sedang berkencan dengan kekasihnya. Dengan santai, Cendana melewati dua orang itu tanpa memerhatikan sedikitpun. Anehnya, yang menjadi pertanyaan Cendana adalah mengapa teman lelakinya itu bisa memilih untuk berpacaran dengan perempuan yang usianya lebih tua darinya.
"Cendana, mau langsung pulang?" tanya Prita, gadis yang diutus menjadi koordinator kelas selama masa pandemi berlangsung.
Cendana yang merasa urusannya telah selesai pun mengangguk. Ia rasa jika berlama-lama di luar akan memperburuk keadaan dan takutnya jika ia akan tertular oleh virus asing yang baru menjajah negeri ini.
"Duluan, ya, Prit," ucap Cendana.
"Iya."
Sekilas Cendana melirik perempuan yang tengah berpacaran dengan teman sekelasnya itu. Entah mengapa tatapan itu sedikit menusuk, tetapi Cendana tak memedulikannya sama sekali. Baginya sangat tidak penting, toh, ia juga tidak mengenal perempuan itu dan bahkan tidak memiliki masalah apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasal
Teen FictionTerima kasih sudah mengizinkanku bernaung serta memberiku tempat pulang. Dari gadis kecil yang kamu panggil dengan sebutan adik