3. Pulang

9 1 0
                                    

Semua berjalan lancar ketika Cendana menuruni tebing yang sebenarnya tidak begitu curam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua berjalan lancar ketika Cendana menuruni tebing yang sebenarnya tidak begitu curam. Ia tersenyum bangga tatkala berhasil menaklukkan sesuatu yang tampak mengerikan sebelumnya. Ternyata seorang Cendana yang selama ini dianggap manja dan tidak berani mencoba hal baru, justru berhasil mengubah rasa takutnya menjadi suatu hal yang menyenangkan.

"Gila, sih, Na. Kamu keren banget," puji Melati yang tidak pernah menyangka bahwa Cendana akan berhasil menaklukkan tebing yang cukup tinggi tersebut.

Cendana tersenyum. "Nggak mau nyoba?" tanya Cendana.

"Nggak, deh, makasih."

"Asyik, loh," ucapnya masih berusaha membujuk Melati supaya mau mencoba.

Sejak awal peraturannya memang setiap sangga mengirimkan dua perwakilan untuk kegiatan ini. Namun, dari sangga Cendana hanya Cendana saja yang berani maju.

Setelah semua sangga telah mengirimkan perwakilannya, mereka semua kembali ke sekolah. Berjalan kaki dengan napas yang mulai tidak teratur dan keringat yang membasahi tubuh. Langkah Cendana juga mulai tertatih, tetapi ia kuatkan saja karena setelah ini akan dilaksanakan apel penutupan.

Sekitar lima menit berjalan kaki, mereka semua sampai di sekolah dan langsung diminta untuk mengganti pakaian olahraganya dengan seragam Pramuka lengkap.

Ada sedikit waktu untuk istirahat, sebelum apel penutupan dimulai. Cendana duduk dan terdiam di dalam kelas. Gadis itu merasa sudah sangat lelah, ditambah dengan keringat yang tak henti mengalir di tubuhnya. Cendana merasa sedikit pusing, tetapi masih ia tahan. Untuk mengalihkan rasa tidak enak badannya, Cendana menghidupkan ponselnya dan kembali berbalas pesan dengan Bumi.

Bumi mengadu jika dia masih belum juga kembali dari lokasi dilakukannya kegiatan turun tebing. Berhubung waktu apel sudah semakin dekat, akhirnya Bumi berpamitan pada Cendana dan segera kembali ke sekolah.

"Na, ayo ke lapangan. Sekalian tasnya jangan lupa dibawa, terus ditaruh di kelas dekat lapangan," ucap Melati yang sudah menggendong ranselnya.

"Iya." Cendana bergegas memasukkan ponselnya ke dalam saku baju, kemudian menggendong tasnya yang terasa semakin berat saja.

Seluruh penghuni kelas berbondong meninggalkan ruangan yang semalam mereka gunakan untuk tidur. Ada banyak kenangan yang jika diingat ke depannya akan menyisakan sedikit rasa jengkel bagi Cendana. Entah jika yang lainnya cukup menikmati kegiatan ini, tetapi bagi Cendana sangat menyiksa dirinya.

Keadaan di sekitar lapangan sudah cukup ramai. Semua peserta perkemahan tampak mencari-cari tempat untuk berteduh, tak terkecuali dengan Cendana. Namun, baru saja ingin duduk dan menepi, ketua pelaksana dari perkemahan kali ini sudah meminta mereka untuk berkumpul dan berbaris sesuai sangganya masing-masing.

GasalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang