4. Jatuh

6 0 0
                                    

16 Juni 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16 Juni 2022

Usai kegiatan perkemahan blok itu, Cendana mengira bahwa sekolahnya akan langsung memberi libur saja. Karena Ujian Kenaikan Kelas juga sudah selesai, tinggal menunggu pembagian rapor sekitar satu mingguan lagi. Ternyata semua itu hanya harapan Cendana yang tidak sesuai dengan keputusan sekolah.

Hari Kamis ini, Cendana tetap masuk sekolah dengan rasa lelah yang masih tersisa setengah. Sepagi ini ia sudah sampai di sekolah, tetapi teman-temannya yang lain masih belum juga datang. Cendana tidak sengaja melihat kedatangan Bumi yang baru saja memarkir motor di lapangan sekolah.

Bumi sedikit terkejut ketika sampai di ambang pintu dan dia melihat Cendana yang sudah duduk manis di kursinya.

"Tumben udah datang," ucap Bumi mengawali percakapan mereka pagi ini.

"Udah," jawab Cendana lantas melirik sekilas.

Bumi menaruh tasnya di samping Cendana. Tempat duduk mereka memang bersebelahan. Bukan satu meja, tetapi jarak beberapa jengkal untuk digunakan sebagai jalan berlalu-lalang.

"Pesanku tidak penting, ya, makanya tidak dibalas?"

Cendana menoleh dan sedikit mendongak untuk menatap Bumi. Lelaki itu cukup tinggi, karena Cendana yang tingginya 168 cm saja masih sampai sebahu Bumi.

"Pesan yang mana lagi, Bum?" tanya Cendana sedikit lelah menanggapi Bumi.

"Coba buka hpnya, dicek dulu ada pesan apa enggak," titah Bumi.

"Iya iya." Cendana memutar bola matanya malas.

Di pagi hari dengan perut kosong dan mata mengantuk, Cendana sudah harus meladeni Bumi yang berubah menjadi sangat cerewet.

"Iya, udah aku balas."

"Kalau enggak ikhlas, gapapa, Nda."

"Ya udah, aku tarik aja pesannya." Cendana bersiap untuk menghapus pesan yang baru saja dia kirim, tetapi tangan Bumi jauh lebih cekatan untuk merebut ponsel milik Cendana.

"Balikin, Bum!" teriak Cendana sambil berdiri dan melotot ke arah Bumi.

"Jangan galak-galak, Nda, takut cepat tua."

"Basi," balas Cendana sembari meraih ponselnya yang diangkat tinggi-tinggi oleh Bumi. Untungnya ia sampai dan berhasil menggenggam ponselnya kembali.

Sepertinya di luar sudah mulai ramai dan Cendana tidak ingin ada yang mengetahui tentang dirinya dan Bumi. Jadi, Cendana segera keluar dan duduk sendirian di depan kelas.

"Na, tumben udah sampai?" tanya Melati yang baru saja sampai.

Cendana tersenyum. "Iya, lagi pengin aja datang pagi," ucapnya.

Melati pun masuk dan membiarkan Cendana duduk sendirian sembari bermain ponselnya. Cendana mendengar obrolan antara Melati dan Bumi yang begitu asyik, tetapi tidak berniat untuk ikut nimbrung di dalamnya.

GasalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang