2. Perhatian Kecil

17 1 0
                                    

15 Juni 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


15 Juni 2022

Cendana terbangun setelah hampir satu jam tertidur. Sepasang matanya terasa pedih, disusul dengan kepalanya yang berdenyut tak karuan. Ia melihat sekeliling yang samar terdengar dengkur serta anak-anak lain yang masih pulas tertidur. Pencahayaan mulai tampak dari luar yang tak lagi sepekat malam tadi.

Karena merasa sudah aman dari incaran alumni yang bertugas sebagai panitia, Cendana lantas mengambil ponsel di dalam tas. Namun, tak lama berselang beberapa panitia yang seangkatan dengannya datang dan mendobrak pintu dengan brutal. Menghidupkan lampu tanpa peduli jika itu akan mengganggu.

Seluruh penghuni kelas terkejut dan terduduk dengan linglung, terkecuali Cendana yang memang sudah bangun lebih awal.

Kedatangan panitia yang secara tiba-tiba itu pun tampak penuh amarah. Cendana tidak paham mengapa mereka datang dan memanggil beberapa anak yang diminta untuk bergegas mendatangi ruang kepanitiaan.

Di situ Cendana mulai khawatir dan merasa bahwa amarahnya sudah mulai diuji. Ia ingin marah dan melawan, tetapi dia tidak masuk ke dalam golongan anak-anak yang namanya terpanggil. Mengikuti kegiatan kemah blok ini benar-benar menguji kesabaran Cendana. Mengingat panitia yang ditugaskan adalah teman-teman seangkatannya, jadi Cendana bisa saja membalas setiap kalimat pedas mereka.

Cendana melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka. Cendana memicingkan mata dan melihat Bumi yang tengah mengawasinya dari kejauhan. Meski samar, tetapi berdirinya lelaki itu di kelas seberang membuatnya sedikit khawatir. Remang cahaya mampu menyinari keduanya untuk saling bertukar pandang.

"Bum, pergi dari sini, nggak sopan," bisik Cendana yang memang jaraknya dengan pintu tidak begitu jauh.

Tanpa membantah sedikitpun, Bumi pergi dan sepertinya kembali ke posko kesehatan karena memang banyak sekali yang berjatuhan sejak semalam.

Melihat yang lain kembali tertidur, Cendana memanfaatkan keadaan tersebut. Ia menghidupkan ponselnya dan melihat sebuah pesan dari Bumi yang berisi tentang peringatan. Namun, Cendana menghiraukan semua itu dan malah membalas pesan dari Bumi.

Mereka terus berbalas pesan sampai waktu menunjukkan pukul 03.20, Cendana kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ingin sekali ia tertidur kembali karena semalam hanya sedikit sekali waktu yang ia gunakan untuk tidur. Namun, sepertinya sebentar lagi adzan Subuh berkumandang. Dengan berat hati Cendana hanya merebah dan menatap langit-langit kelas sembari merasakan pegal di sekujur tubuhnya. Cendana merasa jika rasa sakit di tubuhnya sudah lebih baik ketimbang malam tadi.

***

Usai mengambil wudhu dan berganti pakaian, Cendana dan beberapa temannya sudah berada di masjid sekolah. Ia tengah mengenakan mukena dan tidak sengaja tatapannya tertuju pada seorang lelaki yang tengah berdiri di depan sana. Lelaki itu berdiri dengan kepala yang menunduk dan tampak begitu khusyuk.

GasalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang