Selamat membaca...
*
*
*Langkah demi langkah yang ditemani oleh segala protes dari mulut Isabella, tidak membuat Ardana berhenti dari geraknya. Bahkan umpatan yang ia terima pun tidak ia hiraukan layaknya orang tuli.
"Shit!"umpat Isabella setelah Ardana menghempaskan lengannya dengan kasar.
"Apa yang terjadi tadi, gara-gara kamu kan?"tanya Ardana.
"Bisa nggak, sehari saja kamu itu nggak buat masalah, Bell?"
Matanya menyorot tajam pada perempuan yang merupakan Adik angkatnya itu. Tanpa mencari tahu pun Ardana paham betul, jika pertengkaran yang terjadi di antara Gladis dan Gemilang adalah ulah dari Isabella. Itu yang Ardana pikirkan tanpa mau mendengar lebih jelas alasan dari Isabella.
"Manusia sampah kayak lo memang bisanya cuma nuduh sembarang doang. Nggak heran sih, namanya juga Anak pungut."Isabella tersenyum menantang pada Ardana yang tengah menahan diri untuk meledakkan amarahnya.
Ardana yang menghadapi sikap keras Adiknya ini, hanya bisa meraup wajah dengan lelah. Selalu saja seperti ini.
"Isabella, dengar... apa pun yang tengah kamu rencanakan, tolong, lupakan semua itu. Jangan lagi merugikan orang lain demi kesenangan kamu."
Isabella hanya bisa tertawa hambar atas pikiran tak mendasar Ardana, bisa-bisanya lelaki ini langsung berasumsi bahwa ia memang telah merencanakan kekacauan ini. Ardana ini cerdas, ia akui itu. Namun sesekali, lelaki ini juga bisa bersikap selayaknya orang dungu. Seperti saat ini, dan Isabella hanya bisa memaklumi sebab itu menusiawi.
"Kalau bukan karena lo temannya Gemilang, gue nggak akan sudi bermain peran sebagai Adik yang baik sama manusia berotak udang kayak lo!"tutur Isabella yang menunjuk Ardana yang terpaku akan perkataannya. Ia tidak ingin repot-repot menjelaskan atauoun membela diri saat ini, ia terlampau lelah dengan segala oikiran buruk orang lain pada dirinya.
"Lo tau, Ardana? Di mata gue, lo nggak lebih dari sekedar Anak pungut bodoh pembawa sial dihidup gue. Terserah mau semua orang ada dipihak lo, gue nggak peduli."
"Andai waktu bisa diputar, saya pun nggak mau terlahir dengan keadaan yang seperti ini Isabella. Tapi saya bisa apa? Tuhan sudah mengatur takdir kita, dan sialnya, entah kapan tali takdir yang berbelit ini akan menemukan ujungnya,"lirih Ardana.
Dulu, Isabella adalah Adik perempuannya yang manis dan baik hati. Selalu tersenyum dan manja kepadanya. Perangainya baik, dan tidak kasar. Namun sekarang, semua berubah semenjak gadis itu memasuki usia remaja. Orang Tua mereka sering membanding-bandingkan pencapaian mereka. Dan Ardana yang menjadi patokannya.
"Setiap kali bertemu selalu dipanggil Anak pungut, kamu pikir saya suka? Cih! Sabar saya pun ada batasnya, Isabella."Ardana memandang lelah ke arah Isabella yang matanya sudah berkaca.
"Cara apa lagi yang harus saya lakukan, supaya kamu mau berhenti bersikap kekanakan seperti ini?"
"Enyahlah, Ardana."Isabella berujar dengan nada lelah yang oenuh harapan.
"A-apa?"
"ENYAHLAH DARI TITIK EDAR GUE DAN KELUARGA GUE, ARDANA!"teriak Isabella yang terlampau dikuasai amarah. "lo itu biang dari semua masalah yang gue punya! Gue capek selalu dibanding-bandingin sama Anak pungut kayak lo! Yang seakan-akan gue ini nggak punya pencapaian sendiri, sedikit pun!"
"Gue punya, Ardana. Tapi selalu tertutup sama kehadiran lo."lirih Isabella. "perbedaan dan pencapaian yang lo punya, yang selalu menarik perhatian orang lain sampai mereka ga sadar akan usaha keras yang sudah gue lakuin. Semua karena siapa? Hm?"Isabella mendekati Ardana lalu mengangkat telunjuknya, tepat ke arah wajah Ardana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 99kg Girl!
ChickLitGladis Anjani, adalah seorang gadis biasa yang hanya diberikan sedikit kelebihan atas berat badannya yang jauh dari kata ideal. Meskipun begitu, ia memiliki kemampuan mumpuni yang jarang ditekuni oleh banyak gadis di masa kini. Skill dibidang kulin...