Bab 14: Dream.

55 18 0
                                    

Selamat membaca
*
*
*

10 menit, sudah selama itu Gladis berdiam diri di dalam toilet. Wajahnya masih sembab karena sehabis menangis. Kini, ingatannya berputar kembali pada kejadian yang pernah ia alami beberapa tahun silam.

Tepatnya, rundungan yang pernah  ia terima.


Brak!

"Heh! Gendut!"ujar seorang gadis yang baru saja datang bersama beberapa orang temannya.

Ia tak menghirauian. Dengan masih duduk dengan tenang, Gladis terus melanjutkan membaca buku yang baru saja ia pinjam di perpustakaan.

Kedua orang yang berada di balik punggung gadis yang melabraknya, berdecih, saling pandang lalu salah satu diantaranya maju dan menarik sedikit ujung rambutnya.

"Lo punya kuping nggak? Kalau orang manggil itu disahut... "

"Kupingnya ketutup lemak, Nao."sahut gadis tinggi dengan kulit sedikit gelap. Ketiga gadis itu tertawa nyaring sehingga mendapatkan perhatian lebih dari orang lain di sekitarnya.

Seorang gadis berwajah manis me dekati Gladis yang semakin menundukkan kepala. Jari tangannya gemetar, sudut matanya sudah mulai berair. Gladis benci menjadi pusat perhatian. Sedari awal ia memilih tempat yang jarang dilewati oleh siswa/i lain, karena ia tidak ingin ada yang memperhatikannya. Jelas bukan karena rasa tertarik yang positif, melainkan pancingan untuk menghina dirinya. Sedari dulu, sejauh mana kakinya melangkah, selalu saja orang-orang memandangnya aneh. Dan itu terasa sangat menyebalkan.

"Lo tau, kenapa orang tua gue ngasih nama Naolin ke gue?"bisik gadis itu dengan membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Karena sedari lahir, gue udah bersinar verah layaknya Matahari. Enggak kayak lo, udik, cupu, jelek, gendut, beban dunia dengan bobot lo yang luar biasa berat itu!"

"Pantesan tiap hari gue ngerasa waktu itu berjalan dengan sangat lambat, ternyata lo penyebabnya? Mati aja deh lo!"

Myla, Sharon dan Naolin kembali tertawa dengan keras.

"Hampir gue lupa,"tutur Naolin."sudah berapa kali sih, gue ngasih tau lo buat jauhin Ken? Hm?"

Naolin mengetukkan jari telunjuknya pada kepala Gladis, tanpa menghiraukan kepalan tangan yang siap melayang kapan saja kewajahnya.

"Dan sudah berapa kali gue bilang sama lo, kalau bukan gue yang keganjenan sama MANTAN lo it... "

Plak! 

"GUE SAMA KEN BELUM PUTUS!"Naolin menampar Gladis dengan kuat.

Tangannya kini menarik rambut gadis itu hingga mendongak. Tidak ada ringisan kesakitan ataupun wajah memelas meminta ampun. Yang gadis tambun itu lakukan hanya memandang Naolin dengan tatapan menantang, yang mana hal itu malah memprovokasi Naolin untuk melakukan hal yang lebih gila lagi kepadanya.

"Gue sama Ken masih belum putus! Enggak tanpa persetujuan dari gue, GENDUT!"Naolin berteriak tepat diwajah Gladis yang masih ia jambak.

Tcuuh!

"AAKH! SIALAN!"

Gladis meludahi Naolin yang sedari tadi bertingkah seperti binatang, tidak memiliki akal, semaunya dan seperti orang yang tidak berpendidikan. Sebenarnya yang orang rendahan di sini siapa? Ia atau Naolin dan kawan-kawan?

My 99kg Girl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang