Selamat membaca.
*
*
*Satu tahun kemudian...
Hari demi hari sudah dilewati, minggu bertemu bulan juga sudah berlalu. Kini, sudah genap satu tahun Gladis melewati waktu yang merubah banyak hal di hidupnya.
Caci maki.
Buli.
Dan segala macam bentuk kesulitan sudah ia lewati dengan suka cita.
"Bagus! Kamu sudah ada peningkatan, sebetulnya sudah cukup bagi kamu untuk melakukan metode keras seperti ini. Kedepannya hanya perlu mengatur pola makan dan berolahraga secukupnya saja, Gladis." seorang mentor Yoga yang Ardana rekomendasikan untuknya telah menyatakan bahwa ia sudah selesai dengan kelasnya.
"Jadi, saya sudah selesai?"
Wanita yang tak dapat dikatakan muda lagi itu mengangguk dengan tesenyum. Tak ayal, Gladis masih tidak menyangka bahwa wanita cantik di depannya ini sudah memasuki kepala lima. Tapi dia memiliki tubuh dan wajah yang masih tampak segar layaknya orang muda. Benar-benar membuat pangling.
"Benar, saya sudah selesai?" ujarnya lagi dengan perasaan tak percaya.
"Benar, Gladis."
Ardana, lelaki itu menekat dengan setelan formal yang mencetak jelas bentuk tubuh sempurnanya. Badan tinggi semampai, rambut yang tertata rapih dan lesung pipi yang dalam ketika ia terdenyum.
Astaga!
Tidak tahukan pria itu jika dia tengah menjadi pusat perhatian saat ini! Entah kenapa, semakin hari tingkah lelaki ini semakin berubah. Kearah yang lebih sesuatu? Entahlah, ia juga agak sedikit bingung mendeskripsikannya. Intinya, pria ini bukan lah lagi pria yang sama seperti satu tahun yang lalu.
Begitu pula dengan Gemilang. Ternyata sudah selama ini lelaki itu tidak pernah terlihat lagi. Ia juga tidak pernah menanyainya kepada sang Ayah.
"Ayo!"
"Eh? Kemana?" Memikirkan manusia purba itu membuat moodnya memburuk, selalu saja begitu.
"Kita akan pergi ke suatu tempat yang menarik, Gla," Ardana tak ambil pusing akan spontanitas gadis pendek di depannya. "tapi sebelum itu, jelas kamu harus berganti pakaian terlebih dahulu."
Gladis menunduk memperhatikan pakaiannya yang sudah Kumal setelah berolahraga, ringisan pelan ia keluarkan dengan memandang Ardana tak enak. Apakah aroma badannya juga tercium oleh lelaki itu, benar-benar memalukan. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Gladis segera membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan yang lebih rapi lalu pergi mengikuti kemanapun lelaki itu membawanya.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan memakan waktu, akhirnya mereka telah sampai di sebuah toko pakaian yang cukup ramai peminatnya di kota ini. Tidak! Tidak! Tidak! Tempat ini bukanlah sebuah Butik terkenal dengan pakaian yang memiliki harga selangit. Toko ini merupakan temoat yang di kelola oleh saudara perempuan Ardana. Anggia. Ardana sengaja membawa Gladis ke sini, karena ia lebih mempercayi saudarinya itu untuk urusan pakaian ketimbang orang lain.
"Akhirnya dua kecebong ini sampai juga!" Anggia berdiri di depan pintu dengan kedua tangan yang terlipat di dada. "sudah hampir satu jam sejak kamu mengirim pesan, bocah! Dan selama itu aku menunggu kalian di sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My 99kg Girl!
ChickLitGladis Anjani, adalah seorang gadis biasa yang hanya diberikan sedikit kelebihan atas berat badannya yang jauh dari kata ideal. Meskipun begitu, ia memiliki kemampuan mumpuni yang jarang ditekuni oleh banyak gadis di masa kini. Skill dibidang kulin...