BAB IV: Edukasi Seks Riyanti (4)

6.9K 22 0
                                    

"Walah jadi kikuk lah akunya ntar di kerjain anak sama mamahnya, hehhe", jawabku menikmati remasan tangan bu Tina di penisku itu.

"Hahaha, abang nikmatin aja lah pokoknya, yang penting jangan sampai kelewat batas ya bang, apalagi abang kan termasuk baru merasakan nikmatnya meniduri seorang wanita, hihi", kata bu Tina cengengesan.

"Saya rada takut kak, soalnya si kakak kan masih kecil", tanyaku lagi.

"Yaa mau gimana lagi sih, udah terlanjur terjadi bang, kita ikuti aja, saya yakin juga si kakak dengerin kita kok", kata bu Tina. Ternyata Riyanti baru saja membuka pintu kamar mandi, dan dia tertawa melihat aku memijit area selangkangan bu Tina, sedangkan bu Tina meremas penisku yang tegang mencuat tinggi melalui celana kolor yang ku kenakan.

"Yeee nggak ajak-ajak, ambil kesempatan dalam kesempitan yaa", terdengar suara Riyanti. Aku langsung menarik tanganku. Namun bu Tina malah tetap meremas penisku walaupun Riyanti melihat hal itu.

"Eh kakk", pintaku kepada bu Tina. Namun bu Tina menghiraukannya dan malah mengeluarkan penisku dari dalam celana kolor itu. Bu Tina mengelus-elus kepala penisku.

"Waww besar banget mah", kata Riyanti yang memakai handuk dan di tangannya memegang baju kotor sembari menuju ke depanku. Riyanti menatap tajam sambil tersenyum melihat penisku.

"Nah kakak penasaran kan gimana penis atau kontol cowok, nah ini dia, senjata bang panji, hahaha", kata bu Tina tertawa.

"Nggak papa nih kak?", tanyaku ke bu Tina.

"Iya nggak apa bang, si kakak emang mau liat langsung kontol cowok gimana", jawab bu Tina sembari mengangkat sedikit handuk Riyanti yang berdiri di hadapan kami dan terlihat vagina Riyanti yang benar-benar masih bersih, putih sedikit kemerahan dan bulu nya yang masih seperti rambut bayi itu.

Luar biasa! Penisku semakin berdenyut, akhirnya aku dapat melihat vagina Riyanti sedekat ini. Seperti dugaanku, vaginanya memang sangat putih dan bersih.

"Ihh mamah mau ngapain?", ucap Riyanti sambil menjepit kedua pahanya itu.

"Kan semalam kakak nggak enak pas colokin memek sendiri kan? Coba sekarang sambil liatin kontol bang panji", jawab bu Tina sambil mengusap bagian luar vagina Riyanti dengan tangannya. Bu Tina lalu mendekatkan kepalanya dan mengendus area vagina Riyanti itu. Melihat hal itu, aku pun menjadi ingin mencium vagina Riyanti juga.

"Kakak pakai sabun mandi lagi ya, kan udah mamah bilang pakai sabun khusus itu", tanya bu Tina. Bu Tina lalu mencolek sedikit dengan jarinya ke dalam vagina Riyanti lalu mencium jari itu.

"Tapi nggak bau ini", kata bu Tina lagi.

"Bau nya nggak enak mah makanya pake sabun mandi aja", jawab Riyanti.

"Iya tapi beda dia, besok-besok pakai sabun itu untuk memek kakak", pinta bu Tina.

"Yaudah ni pegang sendiri, mamah mau panasin kuah sop tadi siang dulu untuk kita makan", sambung bu Tina sambil melepaskan tangan kirinya dari penis ku, lalu berdiri.

"Bang panji coba elus-elus bibir memek si kakak, biar dia tau rasanya gimana, tapi jangan terlalu dalam bang", kata bu Tina lagi lalu pergi ke arah dapur. Aku sangat bahagia, mendapat lampu hijau untuk meraba-raba tubuh Riyanti yang sangat ingin ku telusuri itu. Tanpa menunggu lagi aku pun menyentuh vagina Riyanti yang masih berdiri di hadapanku.

"Lembek kali ya kak, hahah, enak nggak", tanya ku ke Riyanti. Riyanti sedikit melebarkan pahanya. Lalu dia seperti memikirkan sesuatu.

"Hmmm, kok nggak ada rasa bang", jawabnya singkat dan polos itu.

"Hahahha, tiduran lah kakak jangan berdiri mana bisa di colokin sama bang panji", bu Tina tertawa dari dapur melihat tingkah anaknya itu.

"Yaudah di dalam aja yuk bang", kata Riyanti lagi. Riyanti pun masuk ke kamarnya. Aku melihat bu Tina dan mengangkat kedua tangan dan bahuku, mengisyaratkan bagaimana dengan seorang Panji ini.

"Bang jangan sampe perawannya pecah bang ya", kata bu Tina dengan nada pelan itu. 

"Oke siapp", jawab ku. Tanpa menunggu lebih lama aku langsung mengikuti Riyanti yang sudah rebahan dikasur itu sambil melihat dan memegang vagina nya.

"Gimana biar enak seperti mamah bang", kata Riyanti sambil melihat penis ku yang masih bergelantungan itu.

"Hahaha, keras amat dia ya", kata Riyanti lagi tertawa.

"Kakak jadi mau di apain dulu nih", tanya ku ke Riyanti sambil meremas penisku sendiri.

"Bang kakak isep kontol abang boleh ya, kata mamah semalem boleh kalo punya abang", pinta Riyanti yang menatapku dengan kepolosannya itu.

"Hmmm, yaudah sini pinggiran dikit", aku pun berdiri tepat di ujung kasur. Riyanti menggeser badannya ke arah penisku yang mencuat itu. Posisinya menyamping dengan penisku tepat dihadapan wajahnya. Aku menurunkan celana kolor ku dan terjatuh sampai ke lantai. Lalu ku buka dan ku biarkan celana kolorku di lantai.

"Ini pelernya bang ya", kata Riyanti sambil meraba dua buah zakar yang berada tepat di bawah penisku.

"Iyaa itu peler atau zakar, ini baru kontol nya atau penis", jawabku sambil memegang penisku.

"Kontol abang gede ya, gede kali malahan, banyak bulu hihih" kata Riyanti yang terpesona akan penisku itu. Padahal ukuran penis ku ini kecil hanya kisaran 8-12 cm. Namun betotot kekar serta penisku berisi dan gendut tak lupa pula berbulu yang tersambung dengan bulu badanku itu.

"Kecil itu kak, cuma berisi aja kok lebihnya, heheh", jawabku. Tangan Riyanti mulai menggarap penisku. Dia mengarahkan mulutnya ke penisku dan mulai menghisapnya. Aku dimabuk kepayang, tak kusangka bibir Riyanti melekat di penisku itu. Namun isapan nya tak se mantap kuluman mulut bu Tina yang sangat berpengalaman dalam memberikan blow job itu.

"Huekkk, ihh bang bulunya sanggkut dimulutku", ucap Riyanti seraya mengeluarkan penisku dari mulutnya dan merasa jijik karena bulu ku tersangkut dalam mulutnya itu.

"Hahahha nah udah tau kan rasanyaa", jawabku tertawa.

"Tapi enak bang, ni pegang dada kakak deh, degup nya kencang banget", kata Riyanti membuka lipatan handuknya dan terbebaslah payudara yang tidak terlalu besar namun sangat putih bersih serta masih kuat tidak lari kemana-mana, tidak seperti payudaranya bu Tina yang jatuh menggantung seperti buah mangga. Putingnya berwarna merah muda yang sedikit samar. Kulihat puting Riyanti mulai tegang, yang artinya Riyanti ternyata mulai merasakan birahi pertamanya itu.

"Iya tau abang, tuh puting tetek kakak udah tegang dia, coba liat", tanya ku sambil memegang puting payudara nya itu.

"Ahhh, eh geli bang", jawab Riyanti dengan sedikit terkejut saat ku sentuh putingnya. Dia benar-benar terangsang lalu menikmati tanganku memainkan putingnya. Mata Riyanti sesekali terpejam menikmati tanganku menyentuh putingnya. Dia hanya menatapku, pipinya mulai memerah.

"Enak kakak? Ini lah yang namanya horni", jawab ku sambil melepas tanganku di payudaranya itu.

"Ahh, enak bang, jantungku kenceng banget, kayak abis lari", kata Riyanti yang terangsang itu. Lalu tanpa ku perintahkan Riyanti langsung menghisap penisku lagi. Kali ini dia benar-benar menikmati walaupun terkena bulu dan bau dari selangkangan itu.

"Mmmm", ucap Riyanti sambil mengulum penisku yang kadang-kadang terkena giginya itu. Aku sedikit bergejolak saat gigi Riyanti menyentuh kulit penisku.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang