Bu Tina kini memaju mundurkan pantatnya, dia mengarahkan payudara nya ke mulut ku. Tanpa perintah aku langsung melahap buah dada bu Tina yang menggantung seperti mangga itu. Mulutku memang tak sanggup menampung keseluruhan bagian payudaranya. Aku sesekali menggigit putingnya. Krekkk, tiba-tiba bunyi pintu kamar mandi terbuka.
"Heyyy", teriak Riyanti yang membelakangi kami. Bu Tina memberhentikan gerakannya namun tidak melepas vaginanya dari penisku. Aku kaget mendengar teriakan Riyanti.
"Kakak boker ke WC mamah dan bang panji malah ngentot yah", kata Riyanti yang rupanya tersenyum melihat kami.
"Sini kakak, liat langsung mamah ngentot sama bang panji, jangan nonton di internet, dilebih-lebihin kalau disana itu", pinta bu Tina kepada Riyanti agar melihat aku dan bu Tina bercinta itu. Sepertinya keadaan sekarang sudah mulai terbuka setelah kejadian tadi. Riyanti pun duduk duduk di samping ku, dia melihat posisi bercinta ini.
"Kok mamah di atas", tanya Riyanti polos.
"Ini hadiah buat bang panji yang sangat gentleman", jawab bu Tina yang kini mulai memaju mundurkan lagi pantanya.
"Kakak liatin aja yah, mamah nggak sanggup ngomong, ahh", pinta bu Tina sambil menyodorkan kembali payudaranya ke mulutku. Aku pun melahap payudara itu sambil melihat ke arah Riyanti yang matanya tak berkedip sedikitpun. Riyanti melihat mamah nya bergoyang. Lalu dia sedikit ke belakang melihat penis ku di dalam vagina bu Tina itu.
"Arkhh..uhhh..ssttt", desah bu Tina. Riyanti kembali melihat bu Tina yang memejamkan mata saking enaknya.
"Aku tadi nggak kek gini ya", ucap Riyanti yang membuat bu Tina tersenyum.
"Ahh, karena kakak belum boleh ngentot ya, liatin mamah aja ya sayang", pinta bu Tina yang semakin cepat memaju mundurkan pantatnya itu. Aku melihat Riyanti, memang seperti anak polos yang tak tahu apa yang dia lihat.
"Ahhh...uuhhhh..sstttt...aku keluar bangg..aahhhhhhh", desah bu Tina. bu Tina telah mencapai orgasme nya, ujung penis ku terasa ada cairan hangat yang mengalir dan bu Tina memberhentikan laju pantatnya itu seraya memeluk ku.
"Sekarang giliran saya kak", ucap ku ke bu Tina seraya menolak sedikit bu Tina dan bu Tina pun melepaskan vaginanya dari penisku. Aku lalu membantu posisi bu Tina agar menungging dan sepertinya bu Tina mengerti. Bu Tina lalu menungging dan membuka pahanya. Tanpa perintah lagi, aku langsung memasukkan penis tegangku yang lengket cairan putih kental dari dalam vagina bu Tina itu ke lubang yang terbuka dan keliatan merah merona itu.
"Nah ini pantat kak, nggak boleh ngentot disini yah, ntar sakit", kata ku ke Riyanti sambil menunjuk lubang pantat bu Tina yang berkerut itu.
"Aku baru eek bang, jadi gelii", kata Riyanti yang membuat ku tersenyum. Aku memompa dengan keras vagina bu Tina itu. Bunyi selangkangan ku yang menerpa pantat nya pun sangatlah kencang. Aku merasakan penisku mulai berdenyut-denyut dan ku cabut dari vagina bu Tina. Aku memegang tangan Riyanti, Riyanti terkejut saat ku bimbing tangannya untuk memegang penisku itu.
"Kocokin kakk cepet", aku menyuruh Riyanti agar mengocok penisku yang akan ejakulasi itu.
"Gini ehh", jawab Riyanti sambil mengocok pelan penisku.
"Yang cepet lagi kak", kataku sambil mengelus kepala Riyanti. Bu Tina masih menungging dan melihat dari bawah jika Riyanti sedang mengocok penisku. Bu Tina lalu balik badan dan melihat Riyanti yang sedang mengocok penisku.
"Isap kak, bang panji mau keluar dia, cape kalau pake tangan", kata bu Tina. Riyanti melepaskan penisku, bu Tina lalu mengelap sedikit penisku yang terdapat cairan vagina itu dengan CDnya.
"Nah isep kak", kata bu Tina menyodorkan penisku ke dalam mulut Riyanti. Riyanti pun mengisap penisku dengan lahap. Bu Tina berdiri dan menuju ke arahku lalu menciumku bibirku dengan mesra.
Riyanti melihat bu Tina yang menciumku sambil tetap menikmati penisku di mulutnya. Penisku mencapai puncaknya, aku ejakulasi di dalam mulut Riyanti. Riyanti merasakan cairan penisku di dalam mulut nya dan mata nya sedikit jijik itu lalu mengeluarkan penisku yang masih menyemburkan sperma dan terbang ke wajah Riyanti.
"Huekkkk", ucap Riyanti sambil mengeluarkan spermaku yang menyembur ke mulutnya itu. Bu Tina melepas ciumannya. Melihat Riyanti dan tertawa.
"Hahahha, nah udah tau rasa sperma kan, gitulah rasanya kak", kata bu Tina. Riyanti meludah ke tangannya dan pergi ke kamar mandi, aku tersenyum melihatnya dan aku pun duduk karena kaki ku telah lemas.
"Amisssss mah", ucap Riyanti yang kembali duduk di sampingku. Riyanti memperhatikan penisku yang masih mengeluarkan sedikit sperma.
"Itu bukan pipis bang panji, itu spermanya, nah memang gitu rasanya, nggak enak kan? hahah", kata bu Tina tertawa.
"Makanya ke depan nanti jangan gitu ya sama pacarmu, sama suami boleh", kata bu Tina mengingatkan Riyanti.
"Nggak banget mah, nggak enakk, nih masih lengket sikit", jawab Riyanti sambil menelan ludah itu. Riyanti melihat penisku yang sedikit mulai lembek itu dan dia pun menyentuhnya.
"Eh ehhh lembek dia bang, hahahha", kata Riyanti tertawa sambil memegang penisku yang lemah itu.
"Udah crot dia udah lemah dong, abang aja lemas nih", kata ku.
"Owhh gitu jadi pengen rasain keluar sperma juga nih, heheh" canda Riyanti melihat mamah nya itu.
"Bantuin bang panji", pinta bu Tina kepadaku. Aku pun melambai tanganku tanda tak sanggup.
"Hahhahahaha, nggak sanggup bang panji kak", bu Tina tertawa.
"Ihh bang panji, katanya janji bantuin kakak", tanya Riyanti kepadaku.
"Iyaa bentar kakk, abang lemes banget ni, tunggu tegang lagi yah", ucap ku yang kelelahan ini.
"Memang gitu kak, habis orgasme atau kalo cowok itu ejakulasi namanya, pasti lemas, apalagi mamah nggak akan sanggup lagi malah kalau bang panji ngajakin ngentot lagi", kata bu Tina.
"Owhh gitu, ini berarti enak nya ya mah", tanya Riyanti.
"Iyaa enak sakit capek, itulah rasa ngentot kak", jawab bu Tina.
"Hmmm bang panji gesekin lagi memek kakak dong bang", pinta Riyanti kepadaku manja.
"Haahha tapi jangan kedaleman ya bang, awas kalo Riyanti berdarah", pinta bu Tina kepadaku.
"Iyaa okeehh, tapi nanti kalau abang udah tegang ya kak", jawab ku.
"Gimana biar tegang lagi dia bang?", tanya Riyanti polos yang melihat penisku mulai kecil.
"Kalau kecil gini imut banget mah, kayak molen gitu gendut dia, ahahah", ucap Riyanti yang melihat penisku.
"Itulah ukuran normal kontol kak, kalau dia terangsang nanti besar sendiri", jawab bu Tina.
"Yaudah tungguin bang panji kuat lagi, mamah mau mandi dulu", kata bu Tina yang berdiri mengambil CD nya itu. Lalu dia ke belakang mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
"Bang ngentot kakak dong", pinta Riyanti berbisik kepadaku.
"Jangan lah kak, nanti hilang perawan kakak gimana?", jawabku.
"Kayak tadi bang, gesek sambil abang colokin sikit ke dalam", pinta Riyanti lagi.
"Iyaiyaa tapi entar yah, buat abang terangsang dong", kata ku ke Riyanti.
"Gimana caranya bang?", tanya Riyanti yang tak mengerti itu.
"Coba kakak joget-joget seksi depan abang kayak lisa blankpink, hahahha" jawabku tertawa.
"Ciee cowok kpopp, hahahah, tapi aku nggak bisa joget bang", jawab Riyanti tertawa juga.
Bersambung ke part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IV
Kurzgeschichten--Kategori 21+ (Mengandung kata-kata yang hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan dewasa)-- Cerita kali ini mengisahkan kelanjutan dari cerita sebelumnya (Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid III). Keesokan harinya, tepat pukul 7 malam Panji menuju ke...