BAB IV: Edukasi Seks Riyanti (12)

4.2K 11 0
                                    

"Bang aku mau peluk abang terus sampe tidur boleh? Telanjang gini tapi", tanya Riyanti.

"Iyaa boleh kak, sini bobok sama abang, abang peluk-peluk", jawabku sambil menariknya tidur dirangkulan tanganku. Pahanya sebelah naik memelukku seperti memeluk bantal guling. Aku pun merangkulnya erat.

"Hmmm", kata Riyanti yang memejamkan matanya itu. Aku mengelus-elus rambutnya. Aku melihatnya tertidur di rangkulanku. Dalam hatiku ingin ku jadikan istri saja anak ini. Namun bu Tina pasti tak mengizinkan, karena aku pun sudah meniduri bu Tina yang tak lain adalah ibu Kandung Riyanti. Apalagi nanti bu Tina menikahi om W itu, pasti om W itu tak mengizinkan, apalagi papa kandungnya Riyanti, mana mau anaknya di nikahi orang yang mulai kepala tiga seperti ku ini.

Aku menonton TV, sambil memeluk riyanti di rangkulan tanganku. Tanganku terasa kebas, namun aku tahan tak menghiraukannya melihat Riyanti sepertinya mulai tertidur. Manusia mana yang habis bercinta seperti itu tidak mengantuk, pikirku. Aku pun tertidur di ruang TV di atas karpet turki itu. Kami berdua sama sekali belum membersihkan diri. Bau pesing dari kaos Riyanti itu tak menggangu Riyanti yang telah pulas tertidur.

Aku terbangun dari tidurku itu. TV masih menyala, kulihat jam sudah pukul setengah 5 pagi, Riyanti masih tertidur namun di rangkulan tanganku lagi. Kedua kakinya berada diatas pahaku. Lampu ruangan pun masih menyala. Aku pun beranjak pelan-pelan agar Riyanti tidak terbangun lalu ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Lalu ku matikan lampu ruang TV itu, aku juga mematikan TV yang hidup sepanjang malam. Lalu ku tutupi Riyanti dengan kaosku agar dia tidak kedinginan walaupun hanya bagian badannya saja yang tertutup. Ku ambil kaos Riyanti yang sudah kering namun bau pesing itu, lalu ku bawa ke belakang dan ku letakkan dalam laundry bag mereka. Aku kembali ke ruangan, ku rapikan sedikit karpet turki itu yang sudah miring.

Lalu aku ingin melihat bu Tina dengan membuka pintu kamarnya, bu Tina pun rupanya tertidur pulas dan masih menggunakan handuk. Aku hanya melihatnya saja, lalu ku buka pintu kamar Riyanti. Aku lalu mengangkat tubuh Riyanti yang sedang tertidur itu. Riyanti bergerak namun masih tidur, aku lalu membawanya ke dalam kamar dan ku rebahkan di kasur. AC di kamarnya aku hidupkan, aku mengambil selimut dan ku lihat Riyanti yang terlentang itu. Penisku berdiri dengan sendiri nya melihat tubuh Riyanti. Aku lalu mencium dan menjilati vagina Riyanti. Riyanti sedikit menggerakkan tubuhnya. Aku berhenti lalu ku tutup badannya dengan selimut.

Aku sayang untuk menggangu tidur nya, apalagi besok dia sekolah. Aku pun keluar kamar, memakai kembali celana kolorku dan duduk di meja bar dapur sambil mengambil air minum dan bermain HP.

Jam sudah menujukkan pukul 5 lewat, aku masih sibuk melihat-lihat tiktok dan membaca berita di IG sambil menunggu pagi.

"Bang, nggak tidur?", terdengar suara bu Tina dari depan pintu kamarnya yang ku biarkan terbuka tadi. Ku lihat bu Tina baru bangun dan masih memakai handuknya itu. Penisku bergejolak melihat bu Tina yang seperti itu. Bu Tina masih menguap menandakan dia masih ngantuk.

"Tadi kebangun jam 4, terus saya liat kakak nyenyak banget tidur, eh pintunya lupa saya tutupin", jawabku berbalik sambil melihat bu Tina yang membuka kamar Riyanti dan melihat Riyanti masih tidur itu.

"Abang tidur dimana, disini yah", bu Tina menunjuk ke karpet di ruang TV itu.

"Heheh, ketiduran berdua si kakak disini kak semalem, terus tadi aku angkat si kakak ke dalam, biar nggak kedinginan", jawab ku.

"Lah kenapa nggak di dalam aja bang, ntar sakit badan", kata bu Tina yang menuju ke arahku. Bu Tina mengambil air putih lalu meminumnya.

"Abis gesekin memek si kakak semalam, dia kencing kak, hahah, aku juga crot di mulut si kakak, terus kami tertidur dah disitu", jawabku tertawa kecil itu.

"Heheh, pipis si kakak sambil abang gesekin memeknya?", tanya bu Tina tersenyum dan tertawa kecil itu.

"Iyaa, karpet tapi nggak kena karpet kok kak, aman udah aku cium tadi nggak bau", jawabku.

"Hmm iyaiya, terus gimana lagi semalam, bentar aku pipis dulu", kata bu Tina sambil menuju ke kamar mandi.

"Enak si kakak, senang dia, hahah", kata ku lagi. Bu Tina keluar kamar mandinya itu sambil membersihkan vaginanya dengan handuk. Aku melihat bu Tina sedikit mulai terangsang.

Lalu bu Tina duduk di samping ku. Kami bercerita tentang apa yang aku lakukan dengan Riyanti semalam. Bu Tina tertawa lepas saat aku menceritakan detik-detik Riyanti mengeluarkan kencing itu. Disini penisku sudah tegang kuat dari dari dalam celana kolor. Bu Tina melihatnya dan memegang penisku.

"Bang panji kuat banget yah, nih udah mulai lagi ni batangnya, aduhh keras", kata bu Tina sambil memegang penisku yang tegang.

"Hehehe, kakak aja nggak pakai baju, gimana nggak tegang coba", jawab ku tertawa sambil menikmati remasan tangan bu Tina di penisku.

"Yuk bangg, sekarang entotin aku", pinta bu Tina seraya melepaskan handuknya itu. Bu Tina juga menurunkan celana kolorku. Kini kami berdua telanjang bulat dan masih duduk di kursi bar. Bu Tina mencium bibirku, aku juga membalasnya. Ku nikmati ciuman itu sambil memainkan vagina bu Tina dengan jari-jariku. Aku lalu melepaskan bibirku dan ku isap payudara bu Tina yang menggantung itu.

"Sssttt...ahhh..", desah bu Tina yang meremas-remas rambutku.

"Ahhh...enak sayang..", desah bu Tina lagi. Aku merasakan vagina bu Tina mulai becek dengan cairan alaminya. Terasa di jari-jari ku, vaginanya juga mulai hangat pertanda bu Tina siap untuk menampung penis gendutku ini. Aku menghentikan memainkan vaginanya dan juga isapan mulutku di payudara bu Tina. Aku lalu menatap bu Tina yang wajahnya sangat bernafsu dan nakal itu.

"Ngentot aku sayangg.. yang kuatt..", ucap bu Tina dengan nafasnya yang mulai berat. Aku menggendong bu Tina. bu Tina merangkul ku dengan pahanya. Aku membawanya ke karpet depan TV agar dapat ku rebahkan. Sambil menggendong bu Tina melumat abis bibirku tanpa henti. Bu Tina pun ku rebahkan dan kedua kakinya ku tompang ke pundakku. Vagina merah kehitaman itu terlihat jelas terbuka, daging merah merona di dalam itu membuat ku menanamkan penisku ke dalam nya.

"Arghhh.. cepet sayangg.. yang cepat.. ngentot aku sayangg..hmmmph", desah bu Tina keenakan saat penisku mulai masuk ke dalam vaginanya. Aku yang sudah hafal letak posisi lubang dan bagaimana agar langsung masuk ke dalam liang kenikmatan itu, langsung saja ku pompa pantat ku sekuat mungkin seperti pinta bu Tina agar menidurinya dengan cepat.

"Ahhh...hahhh..oohhh..ahhhh..", desah bu Tina mengerutkan dahinya memandangku memompa vaginanya dengan sangat cepat itu.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang