Aku pun kembali meraba area vaginanya, Riyanti membuka sedikit selangkangannya saat tangan ku menyetuh vaginanya. Dia mulai mengerti, seperti ada tergerak ingin melakukan hal tersebut dengan sendirinya tanpa ku suruh, aku mengelus-elus bibir vaginanya, serta ku buka bibir vagina itu dan kurasakan vaginanya mulai sedikit basah. Aku sedikit memainkan jariku tepat di klitoris vagina Riyanti. Riyanti memejamkan matanya, dahinya mengkerut menandakan dia menikmati jariku memainkan klitoris nya itu. Riyanti masih menghisap penisku. Aku dapat mengontrol diriku sampai saat ini, aku menahan diri agar tidak terlalu agresif supaya birahi ku tidak mencapai puncak.
"Enak kakk, hehehe", tanya ku sambil tangan satunya memegang rambut Riyanti. Riyanti hanya menganggukkan kepala nya sambil menatapku. Aku yang melihat tatapan Riyanti itu, makin membuat nafsu ku sedikit naik. Riyanti memejamkan matanya kembali sambil menghisap penisku sampai liur Riyanti keluar dan mengeluarkan bunyi itu. Aku pun memberhentikan elusan jariku di klitorisnya dan memegang kepala Riyanti agar dia berhenti.
"Bentar dulu kakakk, jangan terlanjur, kakak cukup tau rasanya aja ya, nanti suara kakak isep kontol abang kedengaran mamah, kalau mamah liat kek gini nanti malah marah loh", pinta ku.
"Hah..hah..hahh.. lagi yuk bang, enakk, mamah nggak marah kok", ucap Riyanti yang birahinya sedang diatas puncak itu.
"Heheh, kakak kan udah tau rasanya kan, udah cukup kok", pinta ku lagi. Riyanti menatapku dengan nafsu itu.
"Bang plis kakak pengen rasain orgasme kayak mamah", riyanti memelas kepadaku agar melanjutkan jariku di klitorisnya itu.
"Kak di liat mamah nanti mamah marah loh" pinta ku lagi menenangkan Riyanti dari birahi nya itu.
"Mahhhh, bang panji nggak mau bantuinn", riyanti sedikit berteriak mengadu ke bu Tina.
"Jehh kan abang bantuin kok tadii", jawab ku tersenyum itu. Lalu bu Tina sampai ke depan pintu kamar dan melihat aku yang sudah membebaskan penisku dari celana kolor itu. Riyanti juga sudah melepaskan handuknya dan posisi Riyanti tepat di hadapan penisku.
"Hehhehe, kakak mukanya merahh, berarti rasain kan gimana enaknya", jawab bu Tina sambil tertawa kecil. Bu Tina lalu menghapiri kami, dan duduk di kasur di samping Riyanti itu.
"Udah kakak isep kontol bang panji", tanya bu Tina lalu melihat ke arah vagina Riyanti yang memerah itu. Bu Tina lalu menyentuhnya dan merasakan vagina Riyanti telah basah pertanda dia memang terangsang.
"Nah ini kakak udah terangsang nih, ni buktinya memek kakak udah becek", kata bu Tina lagi.
"Udah mah, bau kontolnya sama bulu nya masuk mulut kakak tadi, bang panji nggak mau colok memek kakak mah", Riyanti mengadu ke bu Tina.
"Kan ada kakakkkk", jawab ku singkat.
"Hehehe, tuh kata bang panji udah, kakak juga udah rasain gimana enaknya kan? Kakak pengen rasa apa lagi coba", tanya bu Tina yang melihat puting Riyanti mulai berdiri tegak itu.
"Ini juga contoh kalau kakak emang terangsang, kalau keras gitu berarti kakak menikmatinya, makanya memek kakak becek mengeluarkan cairan alami nya, nanti biar kontol dapat masuk ke dalam memek kakak. Kalau nggak becek bakalan sakit dan bisa-bisa memek kakak dalamnya lecet nanti, terus berdarah luka", bu Tina menerangkan.
"Kakak juga udah tau rasa ngulum kontol kan, enak, hahaha", tanya bu Tina sambil tertawa itu. Aku pun ikut tertawa.
"Tapi lebih enak di elus di memek, tapi bang panji yang elus, kalau aku elus sendiri nggak berasa mah", jawab Riyanti yang mulai normal nafasnya itu.
"Aku pengen orgasme mah, tapi bang panji nggak mau bantuin", pinta Riyanti ke bu Tina. Bu Tina lalu menatapku.
"Kakak sebenarnya mamah belum kasih kakak untuk rasain orgasme, tapi yaudah deh, biar kakak tau rasanya, tapi janji jangan lakuin lagi apalagi sama orang lain, kakak pendam rasa yang udah kakak rasakan itu sampe kakak nikah nanti, janji sama mamah", tegas bu Tina ke Riyanti dengan menatapnya tajam itu.
"Kakak janji mah, nggak akan ngentot sama cowok sebelum nikah, sama bang panji boleh mah?", Riyanti bertanya yang membuat bu Tina terdiam dan kembali menatapku itu. Aku menggeleng-gelengkan kepala ku agar bu Tina tidak memberikan izin kepada Riyanti untuk bersetubuh dengan ku.
"Nggak boleh kakakk, bang panji ini bantuin mamah buat ngajarin kamu tapi nggak sampe kesitu juga. Mamah kan bilang kamu nggak boleh ngentot sampai kamu nikah nanti, biar perawan mu nggak hilang sayang", jawab bu Tina.
"Alahhh, dikit aja mah, pengen rasain kakak", lagi-lagi Riyanti dengan kepolosannya itu meminta izin bu Tina agar dapat bercinta denganku.
"Nggak boleh kak, kontol abang terlalu besar untuk memek kakak yang masih kecil dan sempit itu, nggak boleh nanti keluar darah loh, mau?", aku menjawab Riyanti serta menakuti nya.
"Emang iyaa?", tanya Riyanti ke bu Tina.
"Iyaa, makanya mamah bilang lakuin nya nanti sama suami kakak, keenakan bang panji ntar udah ngambil perawan kakak, hheheh", jawab bu Tina yang mulai mengalihkan pembicaraan agar Riyanti melupakan keinginannya untuk bersetubuh dengan ku. Di dalam hati aku sih tidak keberatan, malah menginginkan untuk memasukkan penisku kedalam vagina Riyanti yang bersih sempit itu.
"Yaudah deh tapi aku mau bang panji bantuin aku orgasme boleh mah", tanya Riyanti.
Terdengar suara air mendidih dari arah dapur.
"Ehh kuah mamah di dapur, yaudah abang bantuin riyanti biar dia rasain tu orgasme gimana, hahaha", jawab bu Tina tertawa sambil keluar kamar dan berlari ke arah dapur.
"Nah bang di izinin mamah kok, heheh", kata Riyanti tersenyum kepadaku.
"Kakak mau di apain beh?", tanyaku lagi.
"Kayak tadi aja bang, enak sih", jawabnya sambil melebarkan selangkangannya itu. Ku masukkan kembali jariku ke dalam vagina, tapi hanya sampai bibir vaginanya saja. Vaginanya telah kering, tidak sebasah tadi.
"Kakak mau yang lain? Abang gesekin kontol abang mau", tanya ku kepada Riyanti yang saat itu mau mengulum penisku lagi.
"Eh boleh gitu bang? Kata mamah nggak boleh kalo ngentot", jawab Riyanti.
"Jangan bilang mamah kalau abang gesekin kontol abang yah, dan nggak akan abang masukin ke dalam kok, cuma di ujung nya aja", kata ku memancing Riyanti agar mengizinkan agar menggesekkan penisku ke bibir vaginanya itu.
"Okeeh abang sayang", jawab Riyanti. Aku lalu menyuruh Riyanti agar bergeser ke arah pinggir kasur. Aku mengangkat kedua kakinya dengan kedua tanganku. Lalu mulai ku arahkan penis tegang ku ke bibir vagina nya. Pelan-pelan ku buka tutup vagina nya itu dengan penisku. Riyanti menutup matanya, dia sangat menikmati gesekan penisku.
"Hmmmm, ahhh..", desah Riyanti. Tanpa lama aku merasakan vaginanya mulai hangat dan becek kembali, aku sedikit mempercepat gesekan penisku seraya menjaga agar tidak masuk ke dalam lubang vaginanya. Riyanti ternyata sangat cepat naik birahi nya lagi, dibuktikan dengan dia yang sedikit mengangkat pantatnya itu.
Riyanti menatapku, aku pun menatapnya dan dia tersenyum. Lalu dia melihat penis ku yang menggesek vaginanya itu. Sesekali penisku hampir menerobos kedalam, karena vagina riyanti memang sudah becek dan ku rasakan hangat di vaginanya itu.
Bersambung ke part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IV
Short Story--Kategori 21+ (Mengandung kata-kata yang hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan dewasa)-- Cerita kali ini mengisahkan kelanjutan dari cerita sebelumnya (Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid III). Keesokan harinya, tepat pukul 7 malam Panji menuju ke...