BAB IV: Edukasi Seks Riyanti (3)

6.9K 24 0
                                    

Aku tak mengenal sosok Ryan seperti apa, sikapnya, dan kebiasaannya bagaimana. Hanya wajahnya yang ku lihat di foto mereka di ruang tamu kemarin itu. Aku pun mendengar cerita antara bu Tina dan Riyanti yang membahas tentang pertemuan Sabtu nanti.

"Nanti sabtu lusa kakak nggak usah ikut dulu, di sidang aja nanti kakak hadir, adek juga bakalan mamah mintaiin izin buat hadir, supaya nggak dimolorin lagi sidangnya", kata bu Tina.

"Oke mah, mamah pergi sama om W lagi?", Tanya Riyanti.

"Iya mamah di dampingi om W dan temennya nanti, kakak di rumah aja sama bang panji kan jadwal les juga hari sabtu", jawab bu Tina.

"Tapi bang panji jangan telat yah datang hari sabtu nanti, riyanti sendiri di rumah nanti karna saya pasti lama itu debat sama kuasa hukum mereka", tanya bu Tina kepadaku.

"Ooh boleh kak, saya usahakan deh, sore langsung kemari", jawab ku.

"Baik kali memang bang panji ya mahh, hihi", goda Riyanti kepadaku.

"Heheheh", jawab ku tertawa kecil. Riyanti pun melanjutkan tugas sekolahnya itu sambil memakan roti bakar. Bu Tina juga melanjutkan menonton acara di TV.

Sekitar 10 menit menyaksikan acara TV, jam sudah menunjukkan tepat pukul 8 malam. Bu Tina melihat Riyanti yang masih melototi laptopnya.

"Belum kelar kakk? Mandi dulu deh nanti lanjutin lagi, ntar kemaleman mandinya kedinginan nanti, abis itu biar kita makan dulu", tanya bu Tina.

"Bang panji lapar? Mau makan?", Tanya bu Tina kepadaku.

"Barengan aja nanti kak, tunggu si kakak dulu, kayaknya udah kelar tu tugas sekolah dia", jawabku sambil melihat riyanti yang mulai mematikan laptopnya.

"Udah mah, udah beres, yaudah kakak mandi dulu ya", jawab Riyanti lalu sambil membawa laptop dan buku pelajaran serta tas nya ke dalam kamar. Lalu keluar kembali dan langsung ke belakang mengambil handuk terus masuk ke kamar mandi.

Bu Tina kini mundur dan duduk ke sampingku karena bisa bersandar. Bu tina lalu meluruskan kakinya dan memijat bagian paha sampai lututnya itu. Aku yang melihat nya terus mengarahkan tangan kanan ku untuk memijit paha nya yang mungkin pegal itu.

"Pegal kak ya?", Tanyaku sambil mimijit ringan paha bu Tina yang besar itu.

"Kebas bang, hahah, maklum yah udah tua kita", jawab bu Tina sembari bersandar dan menikmati pijatanku.

"Heheh, yang penting kan masih kencang kak, apalagi ini nya", kataku sambil menyingkap sedikit tank top yang bu tina kenakan dan tampak CD putihnya itu.

"Hehehh, udah lama nggak kena kontol jadinya makin kencang, nah ini kan mulai kendor lagi karena kontol abang", jawab bu Tina yang mulai memegang penisku. Otomatis penisku mulai berdiri akibat sentuhan bu Tina yang memutar-mutar kan jarinya di kepala penisku dari luar celana kolor yang ku kenakan.

"Hehehh, kakak nggak apa-apa si kakak tu liat kontolku tadi kayak gitu?" Tanyaku ke bu Tina.

"Dari semalam dia ingin liat kontol bang, malah si kakak suruh abang fotoin terus kirim gitu, hahaha", jawab bu Tina sambil tertawa kecil.

"Lahh, heheh, kakak yakin dia nggak bakalan horni?", Tanya ku lagi.

"Si kakak sebenarnya cuma penasaran dia bang, rasa ingin taunya itu kuat banget, sama kayak saya dulu, kalau pengen sesuatu harus dapet gitu lah pokoknya", jawab bu Tina.

"Saya sih ragu kalau dia bakalan horni, palingan merasa jijik pasti, tapi penasaran kenapa kontol itu enak, kalaupun sampe horni ya udahlah mau gimana juga kan", lanjut bu Tina.

"Semalam dikamar saya bilang kalau ngentot itu cuma bisa kakak rasakan jika sudah menikmati langsung, dia nanya gitu tapi saya bilang tetap kalau mau merasakan rasanya ngentot ya harus sama suami nya kelak", kata bu Tina.

"Dia dengerin, saya juga bilang kalau pepek kita itu ada namanya selaput dara, di bagian dalam nya, kayak kertas halus yang menjadi saringan dalam pepek kita", lanjut bu Tina.

"Kalau mamah kan selaput daranya udah nggak ada lagi, karena apa, karena mamah udh sering bercinta sama papah mu dulu", sambung nya.

"Terus si kakak gimana reaksinya", tanya ku.

"Saya bilang lagi kalau sekarang kakak ngentot sama cowok, selaput dara kakak bakalan robek, tandanya itu bisa keluar darah atau tidak dan kakak merasa sakit di bagian dalam pepek kakak, gitu bang. Terus kalau kakak ikutin mamah colokin pepek pakai jari-jari juga bisa buat selaput daranya robek" jawab bu Tina.

"Dia dengerin kok bang, santai dan rileks, dia tanya berarti kalau cuma sentuh di luar nggak papa mah, tanya si kakak", kata bu Tina.

"Saya jawab boleh-boleh aja, kalau mau tes colok juga jangan terlalu dalam, gesek diluarnya aja, terus dia buka tuh kolornya dia elus-elus pepeknya sendiri, hheheh", kata bu Tina tertawa.

"Di bilangnya kok nggak kayak mamah sampe tutup mata keenakan gitu, hhahahah", lanjut bu Tina masih tertawa lagi.

"Hahaha, terus kak" jawabku sambil tetap memijit bu Tina. Aku mengurut bagian selangkangan bu Tina sampai ke lutut nya dengan tangan kanan ku. Bu Tina menikmatinya, namun matanya masih menonton TV sambil berbicara tentang si kakak semalam di kamar.

"Nggak ada enaknya mah, katanya haahha" bu Tina tertawa lagi.

"Dari kesannya sih kecewa dia, kenapa saya keenakan tapi dia enggak", lanjut bu Tina.

"Tangannya cuma sentuh bagian luar pepeknya aja, nggak kena klitorisnya, jadi makanya nggak kerasa. Gitu saya jelasinnya. Si kakak tau klitoris itu, tapi duduknya dimana nggak tau. Karena udh jam 11 lewat semalam yaudah saya ajak tidur dulu, besok biar di pegang sama bang panji saya bilang", kata bu Tina. Aku terkejut, bu Tina menyuruhku menyentuh vagina anaknya.

"Lah nanti keenakan si kakak terus horni gimana nanti", tanya ku.

"Nggak apa bang, biar dia rasain dibawah bimbingan kita. Jangan nanti dia malah coba-coba sama orang lain yang nggak bertanggungjawab", jawab bu Tina.

"Abang enakin dia nanti, tapi jangan terlalu dalam, bahaya juga, hahah", kata bu tina tertawa.

"Hehehh lah terus kalau saya nya yang malah horni gimana kak?", Tanyaku sama bu Tina lagi.

"Kalau ini tegang nanti masukin ke pepek saya ajaa, hihii", jawab bu Tina sambil meremas penisku yang sudah tegak berdiri membuat celana yang ku kenakan telah mencuat tinggi.

"Kita ngentot di depan si kakak?", Tanyaku lagi sambil menikmati remasan tangan bu Tina di penisku.

"Yeee nggak lah bang, pokoknya jangan ngentot. Nanti aku kocokin deh, nggak apa depan riyanti biar dia tau, nanti aku suruh dia rasain juga ngocok kontol abang ya", jawab bu Tina lagi.

Sungguh perkataan yang sangat fantastis keluar dari mulut bu Tina. Malam ini aku bakalan di perkosa sama dua wanita ini, penisku akan menikmati di kocok oleh dua tangan wanita. Aku sangat menantikan hal tersebut. Penisku semakin tegang memikirkan itu.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang