𝟺 dari 𝟷𝟶

5.1K 724 32
                                    

: :〻

"Sebelum itu, mari kita tentukan kontrak penikahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebelum itu, mari kita tentukan kontrak penikahannya."

Sialnya, perkataan yang kemarin Sae ucapkan membuahkan dampak besar bagimu.

Kamar tidur yang hanya satu, ditambah tidak ada ruangan yang tersisa lainnya. Jikalau ada, mungkin itu ruangan yang dibuat Sae demi meditasi rutinnya.

Kalau terus begini, kau sendiri yang akan mendapatkan dampak. Kontrak pernikahan tidak terlalu buruk, kan?

Itoshi Sae, menaikkan salah satu alisnya.

Tampang datar menyebalkan yang ingin kau pukul sekeras mungkin. "Kau dengar, 'kan Sae?"

"Ya."

"Hufftt. Baiklah akan aku mulai."

Tanganmu dengan lincahnya menuliskan sesuatu di atas lembaran kertas yang kosong.

1. Kontrak pernikahan hanya berjalan selama lima tahun.
2. Kontrak tidak dapat dibatalkan sesukanya.
3. Kedua belah pihak tidak boleh saling mencampuri urusan pribadi.
4. Kedua belah pihak tidak boleh membawa orang asing ke dalam rumah.
5. Jika terdapat masalah dianjurkan untuk menyelesaikan dengan komunikasi.

Sae menatap datar kertas yang berada di hadapannya. Lalu, ia pun acuh dan pergi meninggalkanmu.

"Tunggu Sae. Aku masih belum-"

Tanpa berhenti ia mengeluarkan bom bandir dari mulutnya. "Perjanjian konyol. Ini adalah rumahku."

Kata-kata tersebut cukup membuktikan posisimu yang tidak kalah berbeda dengan parasit yang sedang menempel pada pohon.

Berbicara pada Sae tidak semudah yang dirimu kira. Yah, memang sedari awal Sae menginginkan Sora masuk dalam hidupnya.

Tetapi takdir berkata lain. Dengan lancangnya dirimu menghancurkan seluruh keinginan yang dimiliki olehnya.

Namun kau juga tidak bisa terus-terusan tunduk pada Sae. "Duduklah dulu Sae. Kumohon, dengarkan aku dulu."

Sae tetap melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada dirimu.

Perlakuannya, selalu membuatmu takjub akan sifat iblis neraka yang melekat pada dirinya.

"Itoshi Sae, darahku bisa mendingin jika berhadapan langsung dengannya."

⋯ ⋆ ⋯


Tak terpikirkan bagi dirimu. Jika pada akhirnya untuk menempati rumah milik Sae harus berpatisipasi dalam menjaga seluruh kebersihan rumah.

Itu bagus.

Namun, bukankah terlalu tidak adil jika semuanya dibebankan padamu?

Namun, bukankah terlalu tidak adil jika semuanya dibebankan padamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika membuka ruangan depan. Suara TV menyala, dan memunculkan serial anak-anak Chibi Maruko-chan.

Dan, Sae?

"PHUAHAH. APA-APAAN ITU!" Gelak tawamu menyembur begitu saja.

Semburan tawamu yang lebar tersebut membuat Sae seketika dilanda kekesalan luar biasa.

Karena tawamu tak kunjung berhenti. Sae melemparkan bantal mungil yang berada di dekatnya. "Diamlah. Kau menggangguku." Hardiknya.

"Ah, maaf. Habisnya, PFTT kau lucu saat menontonnya Sae,"

"Hah?!"

Kau terdiam dan tergelagap. Kembali dengan membersihkan. Ternyata Sae pun mempunyai sisi di mana kelucuannya tiada tanding.

Dibanding begitu, kau masih tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Di mana rambut Sae yang menurun dengan air menetesi tubuhnya.

"Astaga! Apa yang kupikirkan," Gumammu memukul kepalamu pelan.

Lalu, pandanganmu sedikit melirik Sae yang terduduk manis. Mengfokuskan pandangan pada TV.

Kau tergelak pelan, "Haha. Tidak mungkin aku jatuh cinta dengan pria menyebalkan sepertinya."

Lanjutmu membersihkan rumah sedang milik Sae. Langkah yang menelusuri setiap inci, membersihkan debu yang menempel sembarangan.

Seketika kau terpikirkan akan sesuatu. "Mm, Sae. Untuk meringankan tentang pangan, bagaimana jika aku yang memasak?" Tawarmu.

Sebab kau cukup pandai dalam bidang memasak. Hanya dengan persetujuan Sae, kau pasti akan sedikit berguna.

Pikirmu begitu. Namun kenyataannya adalah- "Terserah."

"Eh? Mau atau tidak?"

Tidak ada jawaban dari Sae. Hal tersebut membuatmu mengerutkan alis, kenapa Sae tidak jauh berbeda dari para gadis yang ditanya selalu menjawab terserah, sembarang, atau sakarepmu.

Dengusan sebal keluar dari hidungmu. "Hanya ada dua opsi, iya atau tidak."

"Terserah." Balas Sae yang masa bodoh dengan ucapanmu.

Sungguh dirimu tidak mengerti. Sae hanya cukup membalas iya atau tidak. Jawaban terserah terlalu bersinggungan bagimu.

Tetapi kau sudah memiliki tekad kuat untuk tidak menjadi parasit. "Aku menganggap jawabanmu sebagai iya."

"Hm."

Benar-benar lelaki sedingin kulkas. Bahkan dia tidak peka pada hal yang terjadi di sekitarnya.

Tidak apa-apa Sae, esok hari dirimu akan membuktikan jika masakanmu dapat membuat Sae bertekuk lutut.

"Oh iya. Jangan lupa mengecilkan volume TV. Suaranya berlomba dengan kartun balita di samping rumah." Ejekmu menggoda Sae sembari tersenyum geli.

Perempatan imaginer terlukis pada dahi lelaki tersebut. Melayangkan tatapan tajam ke arahmu.

"Persetan!"

⋯ ⋆ ⋯

after marriage ⭑ 𝓘. 𝐒𝐚𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang