𝟷𝟶 dari 𝟷𝟶

9.4K 815 299
                                    

: :〻

Sae menatap lapangan bola yang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sae menatap lapangan bola yang luas. Hamparan rumput hijau menjadi penahan luka yang cukup dalam.

Akan tetapi, luka yang dialami Sae lebih dalam. Perbuatan yang ia lakukan, yang didapatkan, semuanya berimbal balik.

"Hei bung! Kenapa diam saja?"

Aiku datang dan menepuk pundak Sae sangat keras, cukup keras hingga membuat Sae mendecak sebal. "Sakit idiot."

"Oh~ kau merasakan sakit, hahaha."

Sae tidak menggubris ucapan lelaki yang dianggapnya tidak penting. Memikirkan masalahnya saja sudah cukup rumit, apalagi memikirkan Aiku yang menurutnya seperti monyet berjalan.

"Bagaimana kabar istrimu?" Tanya Aiku terduduk di samping Sae.

Pandangan lelaki itu tiba-tiba menyipit, melayangkan tatapan tidak suka pada Aiku. "Kau menyukainya?!"

"Wow, calm down bruhh! Tatapanmu seperti akan membunuhku, kau tau?"

Gelak tawa Aiku tidak dapat dianggap ujaran kesenangan biasa bagi Sae. Terlebih lagi, kenapa Sae tiba-tiba merasakan kesal pada Aiku yang hanya menanyakan kabar istrinya?

Tunggu, istrinya? "Aku merasa kesal tentang ucapanmu yang barusan." Ungkap Sae mendesiskan suara.

Aiku mengendikkan bahu, menatap langit-langit biru dengan seksama. "Mungkin kau mencintainya."

"Jangan bicara omong kosong, rela dengan pernikahan Sora saja aku tak bisa."

"Kau mencintainya Sae. Kau membuat pengakuan saat mabuk denganku kemarin, 'Aiku aku tidak ingin dia meninggalkanku' begitu HAHAHA."

Sembur tawa Aiku memicu adanya kemerahan menjalar pada pipi Sae. Dengan wajah datar yang tidak peduli dengan apapun, "WAJAHMU MEMERAH HAHAHA. KAU BENAR MENCINTAINYA KAN?!"

Teriakan Aiku meledak tatkala Sae membawa batu berukuran besar yang pas dan cukup untuk dilemparkan ke arah Aiku.

"Kemari kau, sialan!"

Layaknya anak kecil yang saling bergurau satu sama lain, tanpa mereka sadari terdapat seseorang lain yang sedang mengawasi.

"WAH ITU RIN, DAN. . . istrimu?" Aiku menjeda ucapannya sejenak.

Tatapan Aiku beralih pada Sae yang terengah-engah memegang batu besar. "Apa?" Ketus Sae tatkala tatapan aneh diberikan padanya.

Aiku menggelengkan kepala, "Sudah berapa bulan istrimu hamil?"

Kedua alis Sae menyatu dengan kening yang berkerut. "Sepertinya sudah 9 bulan,"

Polesan baju kuning yang longgar beserta rambut kuncir satu terasa simpel untuk dipakai. Anehnya, Sora juga ikut mengawal istri Sae.

Pemikiran tersebut tumpang tindih dengan apa yang terlintas di benak Aiku.

Terlebih lagi, Sae masih tidak menyadari keberadaan mereka.

after marriage ⭑ 𝓘. 𝐒𝐚𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang