R-POV
"Salju?" , tanya Merida bingung."Putih, dingin, seperti air..", aku mulai mendeskripsikan.
"Ini konyol. ", sela Merida kesal. "Lepaskan saja kami sekarang! Kalian dapat mengamati salju di luar tanpa kami."
"Dengar kami tidak bermaksud untuk..", lelaki itu berusaha menerangkan.
"Ya kalau begitu mengapa kami tetap terikat?", Merida mengomel.
Para penculik menjadi hening.Lalu aku merasakan besi dingin mengenai lenganku.Tali kami terputus.Aku langsung merangkul lengan Merida.
"Kalian jangan berusaha kabur, kami tak akan menyakiti kalian-" , perempuan tegas itu berbicara lagi.
Merida mendengus.
"-Kami juga sudah mengepung tempat ini.-", lanjut perempuan itu.
Merida mendengus lagi.
"-Kalaupun kalian kabur", perempuan itu menekankan dengan geram. "Kalian akan tersesat di luar sana..-"
Merida mendengus lebih keras lagi."Uh, Merida,mungkin sebaiknya kau tidak...", aku menasihatkan.
"-dan kalian akan mati kedinginan.AH DEMI ODIN AKU AKAN MEMENGGAL KEPALA MERAH ITU!", perempuan itu meledak.
Aku merasakan badan Merida menegang."Odin?", suara Merida bergetar.
"Tenanglah, Astrid." kata salah satu dari mereka.
"Kalian orang-orang Viking?", tanya Merida.
Viking? Aku berpikir.Aku pernah membaca tentang mereka dalam salah satu bukuku.Tidak ada yang menceritakan mereka dengan detil.Gambaran besarnya, mereka terkenal radikal dan brutal.Pikiran itu membuatku ngeri.
Para penculik terdiam.
Kurasa itu sudah cukup menjawab pertanyaan Merida.
"Ya dan kuulangi, apa yang kalian ketahui tentang salju?", salah seorang dari mereka menjawab sambil lalu.
"Apa yang sekelompok Viking inginkan dengan salju?", tanyaku.
"Apa kalian terlalu primitif dan bodoh sehingga perlu menanyainya kepada kami? Aduh!", aku mencubit Merida karena mulut besarnya.
"Aku menyukai yang satu ini!" bisik lelaki yang tadi sempat menyebut Merida cantik.
"Diamlah, Snotlout!", balas seorang perempuan.
"Bekerja samalah dengan kami! Cukup jawab saja yang benar." Lelaki itu, yang tadi menengahi dan menenangkan Astrid, memohon.
Aku menemukan perilaku lelaki itu menyenangkan.Aku dapat mengerti bahwa dia salah satu dari yang paling sabar dan berakal sehat di antara para Viking.
"Kami tidak sudi bekerja sama dengan savages--orang-orang biadab macam kalian!" , Merida meraung.
Aku tak mengerti masalah Merida dengan orang Viking.Tak bisakah ia setuju saja?Pertanyaan mereka sederhana!Walau mungkin rada aneh.
"Mungkin aku harus memperjelas pertanyaan kami", si Astrid ini bersuara lagi. "Apa yang kalian ketahui tentang bagaimana atau darimana datangnya salju?"
Aku dan Merida kini menegang bersamaan.Aku tak tahu alasan apa yang membuatnya terkejut, tapi alasanku mungkin akan terdengar aneh.
"Oh.. jadi kalian memang tahu sesuatu.", lanjut Astrid.
"Aku tahu satu atau dua hal.", Merida mengaku.
Aku mematung.
"Tapi apa untungnya bagi kami bila kami memberitahu?" , tanyaku cepat-cepat.
"Kami akan menghantarkan kalian kembali ke perkemahan kalian", jawab lelaki yang lain.
"Oh tidak.Itu tidak cukup.", kata Merida."Kalian harus memberitahuku cara untuk memasuki perairan Viking, nanti selama perjalanan."
"dan apa? kau akan menghancurkan rumah-rumah kami?!", sembur Astrid.
"Tunggu, perjalanan?", tanya lelaki yang lain.
"Ya, kebetulan aku dalam pengejaran si pembuat salju.Kalian dapat ikut kami." ujar Merida.
"Si pembuat salju? Dia adalah orang?"
Aku makin panik."Tapi bukankah kita sedang membuat peta, Mer." ujarku.
"Jangan main-main dengan kami.", seseorang dari mereka memperingati.
"Serius!", Merida menekankan."Tapi ada satu syarat untuk kalian dapat menemuinya."
"Apa?"
"Apa kalian percaya dengan sihir?", tanya Merida.
Keadaan hening.Aku sudah keringat dingin.
"Ya."
"Bagus.Karena kita akan memburu Jack Frost."
Saat itu juga semua kekhawatiranku hilang.Merida belum tahu.Tapi astaga, Jack Frost? Orang terbang itu? pikirku
Merida menjelaskan bahwa Jack Frost adalah semacam mahluk immortal yang mengatur musim dingin di dunia.
"Bagaimana kau tahu semua ini?" tanya mereka.
"A-", Merida menahan."Aku mengenalnya saat masih kecil."
Aku tidak terlalu terkejut.
"Bagaimana kita dapat menemukannya?", tanya mereka lagi.
"Serahkan padaku.", ujar Merida."Bagaimana kalian mengikuti kami?"
"Bukan masalahmu.", jawab salah satu dari mereka.
"Kami hanya ingin menawarkan tumpangan." kata Merida.
"Terima kasih, cantik.Tapi kami punya tumpangan sendiri." balas Snotlout, masih merayu Merida.
"Baiklah,ayo!"
Mereka menuntun kami keluar dari tempat gulita itu.Di luar masih gelap, tapi sepertinya sudah dini hari. Kami dapat melihat mereka kini.
Kembar, lelaki dan perempuan, keduanya pirang dan bertampang usil.
Seorang lelaki dengan tubuh sangat besar, pirang, dengan senyum ramah.
Seorang lelaki lain, dengan tubuh gempal dan wajah sangar,masih menatap Merida dengan genit, itu pasti si Snotlout.
Seorang perempuan pirang dengan tatapan menusuk dan wajah cantik yang anehnya hangat, walau tebakanku itu Astrid yang tadi terdengar dingin.
"Oke untuk meresmikan perjanjian, mari berjabat sambil mengucap janji.", kata Merida. Ia mengulurkan tangannya ke arah Astrid.
"Aku tidak berhak.", kata Astrid.
"Lalu siapa pemimpin kalian?", tanyaku bingung.Merida juga cukup terkejut.
Astrid terlihat seperti pemimpin tulen.
Lalu Astrid menolehkan kepalanya ke pintu goa.Kami juga ikut melihat.
Dari dalam goa, keluarlah seorang lelaki berambut cokelat berantakan, satu kakinya tergantikan besi.Tampangnya menawan, tetapi sepertinya ia tidak menyadari itu, sehingga terlihat canggung.
-pfft beda sekali dengan Eugene-
Ia mengulurkan tangannya pada Merida.
Merida masih melongo untuk beberapa saat.Lalu Astrid mendeham.
Merida menjabat tangannya, "Aku, Merida putri dari Dunbrock, berjanji akan melaksanakan bagianku dalam perjanjian ini dengan jujur dan tanpa pelanggaran apapun hingga perjanjian selesai."
Lalu pemimpin Viking itu berkata, "Begitu juga dengan kawan-kawanku--"
Itu suara lelaki yang tadi selalu menengahi!
"--dan aku, Hiccup Horrendous Haddock III, Ketua suku Hairy Hooligans dari Berk."
Mereka melepaskan jabatan mereka.
Hiccup? Hahaha..nama yang lucu. , pikirku.
Lalu bau aneh itu tercium lagi.Aku pun kembali terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
a tale of miracles
FanfictionDengan nasib seluruh Berk di pundaknya, Hiccup kewalahan. Terutama dengan malapateka yang melanda. - Dua orang putri kerajaan yang sekilas terlihat begitu berbeda, menemukan lebih banyak kesamaan pada diri mereka. Rapunzel dan Merida pun berlayar me...