keep it cool

94 7 2
                                    

R-POV

Elsa menyingsingkan lengan gaunnya. Di tengah badai salju malam itu, Elsa berkeringat. Kepangan rambutnya telah lepas, sementara beberapa helai rambut lepas menjuntai ke wajahnya. Di hadapan Elsa, terdapat sebuah pelontar besar. Elsa mencurahkan bongkahan batu es di atasnya. Sehingga pelontar itu terlihat seperti sekop es krim.

Aku dan Merida telah menyeberang ke kapal Arendelle, kami memutuskan untuk menghadap ke Elsa, untuk kembali merundingkan pilihan kita. Menemukan Elsa seperti itu merupakan pemandangan baru bagiku. Elsa selalu terlihat anggun dan terjaga. Sekarang, menggunakan kekuatannya, Elsa jelas terlihat lebih bebas. Kekagumanku teralih ketika Anna mendatangi dan merangkulku.

" Hai, Punz." sambut Anna. " Putri Merida.. Kalian tenang saja, sebentar lagi Elsa akan membawa kapal kita berlayar lagi."

Berbanding terbalik dengan Elsa, Anna mengenakan beberapa lapis baju dan terlihat menggigil. Anna memang pengandai yang ulung, ia memiliki kapasitas yang tinggi dalam berimajinasi. Namun satu hal yang ia pegang teguh, adalah kepercayaannya pada  Elsa. Bahkan pada masa seperti ini tidak sedikit pun terlihat keraguan di mata atau tuturnya.

Hampir tak sampai hati aku berkata, "Anna, kami perlu berbicara dengan Elsa.".

Anna memanggil Elsa dan kami berempat memasuki kabin kapten. Elsa bersandar di meja agak terengah-engah, namun terlihat sangat santai dibanding biasanya.  Aku dan Merida terduduk di bangku, diikuti Anna setelah menutup pintu kabin.
" Apa yang mau kau bicarakan? " tanya Elsa.

Merida diam tak berkata-kata. Setelah pembicaraan kami di kandang, ia mempercayai aku sebagai penghubung dan rekannya. Namun, aku masih berusaha merangkai kata-kata. Selang beberapa detik kami berdiam dalam kecanggungan, sebelum aku dapat berbicara. " Dingin juga, ya, di luar.. hehe "

Merida menjulingkan matanya dan menghela napas.

" Kau tidak kedinginan, Elsa?" lanjutku.

Elsa terkekeh, " Sepertinya, ya.. Rasa dingin tak pernah menggangguku."

" Keren, keren.. " ujarku.

Mataku menangkap tatapan Merida yang kini melotot.

"Yah, kalau kalian mau menghangatkan diri memang lebih baik di kapal kami. Kalian boleh menunggu di kabin ini kalau ingin. Nanti kalau kita siap berlayar akan kami kabari. " Elsa tersenyum dan bersiap keluar kabin.

" Oh, ya? Berapa hari lagi tuh?" celetuk Merida.

Aku merasa ngilu. Elsa berhenti sebelum membuka pintu.

"Maksud, Merida.. umm" aku berusaha mencari kalimat yang tepat."Elsa, ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan. Bisakah kau tinggal sebentar dan duduk bersama kami."

Elsa kembali ke meja dan terduduk di hadapan kami. Elsa duduk tegak, dengan kedua tangan terlipat di atas meja. Elsa versi santai, yang semula, telah purna.

"Um, menurut perkiraanmu, berapa lama lagi kita siap berlayar maju?" tanyaku.

"Sedikit lewat tengah malam." jawab Elsa singkat.

"Sebentar lagi pagi. Matahari keluar agak lama di daerah sini." sambar Merida.

"Elsa, sedang berusaha sebaik mungkin." Anna menyahut defensif.

"Sayang, kau menjelang hipotermia." ujar Merida.

" Anna, turunlah ke bawah dek. Minta sesuatu yang hangat dari dapur dan tetap di situ. Di bawah lebih hangat."  Elsa menyuruh adiknya.

" Tapi, Els-"

" Minta satu lagi untukku, sebentar lagi aku akan menyusul." Elsa menumpangkan tangannya ke Anna.

Anna pun keluar kabin dengan enggan.

"Elsa, tak bisakah kau menghentikan badai ini di sini dan sekarang?" tanyaku.

" Bukannya aku tidak mencoba. " Elsa mengalihkan pandangannya. " Lagipula kau tahu apa yang terjadi dengan Arendelle  kala itu.  Bagaimana, meskipun aku pergi ke pegunungan menjauhi kerajaan, namun aku perlu berada di sana untuk mengendalikannya."

"Begini, Yang Mulia. Kami paham bahwa untuk menggunakan kekuatanmu ada persyaratannya. Tapi, mari melihat keseluruhan gambarnya.  Apakah persyaratan itu sudah diberitahukan kepada seluruh kru kita, apakah mereka tahu apa yang menjadi tujuan kita dan apakah mereka setuju dengan persyaratan yang ada?"

Elsa tidak merespon.

" Entah dengan kru Arendelle. Namun, Kru DunBroch hanya melakukan misi pemetaan, sementara kru Corona juga mengikuti kami. Mereka bukan tim penyelemat sebuah desa, yang sebelum beberapa hari yang lalu, tidak kita ketahui keberadaannya." lanjut Merida.

" Kami tidak meminta kalian untuk ikut."  balas Elsa. " Tapi, karena ulahmu kami kehilangan pemandu kami."

Merida tidak menyangkal.

" Kalau begitu biarkan kapal DunBroch dan Corona berbalik. Rapunzel, Anna, dan beberapa kru juga boleh berbalik dengan kapal yang lain. Ambil beberapa sukarelawan yang paham dan sadar akan resiko untuk terus berlayar. Aku akan tinggal di sini membantumu mendapatkan Jack Frost."

Aku terkejut akan rencana Merida."  Merida ! Aku-"

Kalimatku terputus ketika Elsa memposisikan badannya tegap dan berkata, "Kau memberitahu aku cara mengatur orang-orangku?"

"Tidak." sambar Merida." Aku memberitahumu cara menyelematkan orang-orang kita. Bukankah itu tugas seorang ratu?"

" Apa yang seorang putri belia, sepertimu, tahu mengenai tugas seorang ratu?" balas Elsa, sambil meringis.

" Ibuku mengajariku." jawab Merida. " Tapi aku maklum kalau kau tidak mengerti."

Itu pukulan rendah Merida!

Aku mulai berkeringat panik, sementara Merida dan Elsa terduduk diam tanpa melepas kontak mata. Rasanya berabad-abad kita terduduk dalam ketegangan hingga Elsa memutuskan untuk berbicara.

"Kumpulkan sukarelawan DunBroch. Aku akan mengurus sukarelawanku. Rapunzel, kau tidak perlu mencari sukarelawan dari Corona, tapi aku akan sangat berterima kasih kalau kau bisa mengantarkan Anna pulang."

"Apa?" aku masih tidak percaya.






















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a tale of miraclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang