Pertemuan

5 0 0
                                    

"Aku tidak tahu, yang jelas, hatiku merasa aneh. Pikiranku pun mulai berkecamuk, apalagi terbesit pikiran tentangnya"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Sesampainya di rumah, Reyhan menyerahkan makanan yang dikasih Najma kepada Sandra. Sebelum bertanya, Reyhan terlebih dulu menjawab, "Itu dari Najma, Bun. Tadi dia kasihkan ke saya."

Sandra yang mendengar perkataan Reyhan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sang anak tidak pernah berubah, terus saja memakai bahasa formal, walau dengan orang tuanya sendiri.

"Bisa nggak, itu jangan pakai bahasa formal? Kamu bicara sama Bunda loh, ini. Bukan sama pasien atau teman kamu."

"Nggak bisa, Bun. Sudah kebiasaan, ya udah itu makanan Bunda dan Ayah saja yang makan. Saya ke kamar dulu, mau langsung istirahat."

Saat mau masuk kamar, teriakan Sandra menghentikannya. "REYHAN, BESOK JANGAN LUPA AJAK NAJMA MAIN KE SINI."

Sedangkan Reyhan lagi-lagi hanya menghela nafas panjang. Dia sendiri heran, mengapa orang tuanya bersikukuh ingin menjodohkannya. Memang Najma itu wanita baik, bahkan lulusan ponpes dan soal agama, tidak perlu diragukan lagi. Tapi tetap saja hatinya tidak mencintai Najma.

***

Terlihat kakak beradik sedang kejar-kejaran dalam rumah, apalagi saling melempar bantal sofa. Syifa yang melihat kedua anaknya pun seketika membola.

"Alsya, Iqbal, apa yang kalian lakukan? Lihatlah, ruang tamu jadi seperti kapal pecah karena ulah kalian."

"Maaf, Bun."

Tak lama setelahnya Alfin datang, karena mendengar keributan dari bawah. "Astaghfirullah, ini pada kenapa? Alsya, kamu itu sudah besar, seharusnya bisa mencontohkan yang baik untuk Adik kamu. Bukan malah sebaliknya." Alfin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya ini. Di usianya yang sudah dewasa, masih saja bersikap layaknya anak-anak.

"Kamu harus bisa merubah sikap kamu, Sya. Jika tidak, Ayah dan Bunda sepakat untuk jodohin kamu dengan dengan anak sahabat Ayah."

"APA? JODOHIN, YAH? yang benar saja Yah. Bun, aku nggak mau dijodohin," rengeknya, tapi sayangnya Syifa seolah-olah tidak mendengarkannya.

"Ini semua gara-gara kamu, Iqbal!" tukas Alsya, seraya berlari ke kamar.

"Kok jadi aku?" gumamnya pelan.

***

Di tempat yang berbeda, seorang perempuan termenung sendiri di ruang tamu. Perkataan Reyhan sore itu masih terngiang jelas dalam ingatannya. Hingga dia tersadar kala tepukan di bahunya.

"Kenapa, Nak?"

Terlihat helaan nafas berat Najma. "Aku nggak apa-apa, kok Ma."

"Jangan bohong ke Mama, Nak. Kamu masih memikirkan yang dikatakan Nak Reyhan?"

"Iya, Ma."

"Najma, dengarkan Mama. Kalau Reyhan memang jodoh kamu, sejauh apapun dia mencoba berlari, pasti akan kembali ke kamu. Jodoh nggak akan ketukar, Nak. Nanti coba Mama bicarakan ini dengan Jeng Sandra ya." Najma menjawabnya dengan anggukan kecil.

Sincerely Love Alsya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang