Antara 2 Pilihan

4 0 0
                                    

"aku bingung, harus memilih apa, sekarang."

.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Di kediaman keluarga Mahendra, kini sedang menikmati sarapan pagi. Sebenarnya Reyhan malas sarapan di rumah, tapi karena desakan dari Sandra, akhirnya pun dia menurut. Karena ada sesuatu penting yang akan dikatakan kedua orang tuanya.

"Reyhan, Ayah mau bicara sesuatu yang penting, denganmu!"

Reyhan seolah-olah tahu apa yang akan dibicarakan oleh sang ayah. "Soal lamaran, kan Yah?" tebaknya dengan nafas panjang.

Mahendra juga menghela nafas panjang sebelum berbicara. "Rey, soal lamaran itu, kamu lupain saja ya?"

Reyhan yang mendengar penuturan sang ayah pun mengerutkan kening. Karena sejak awal mereka bersikukuh menginginkan lamaran itu, tapi sekarang menyuruh melupakan. "Bukankah Ayah dan Bunda yang waktu itu terus menyuruh saya melamar Najma? Kenapa tiba-tiba bilang lupain?"

Entah keberapa kalinya, Mahendra menghela nafas berat, tak terkecuali Sandra. "Nak, Najma sudah dilamar lelaki lain. Tadi malam tiba-tiba orang tua Najma telepon Bunda dan bilang begitu."

"Mungkin saya dan Najma memang tidak ditakdirkan bersatu, Ayah, Bunda. Jadi jangan sampai berita ini menjadi pikiran kalian."

"Tapi Rey, Bunda mau kamu secepatnya menikah, ingat umurmu itu sudah berapa."

"Bun, jodoh itu bukan masalah umur. Tapi masalah siap tidaknya untuk berumah tangga. Kalaupun saya masih belum menikah sampai detik ini, mungkin memang belum waktunya saya menikah. Bunda dan Ayah berdoa saja, semoga dalam waktu dekat ini saya menemukan seseorang yang mau menjadi pendamping hidup saya."

Sebenarnya saya sudah menemukan orang itu, Yah, Bun. Tapi ... saat ini dia sudah mau dilamar orang lain. Andai waktu itu saya langsung bilang kalau saya mempunyai perasaan kepadanya, mungkin nggak akan seperti ini. Ah sudahlah, buat apa saya memikirkan seseorang yang tidak ditakdirkan untuk saya? Astaghfirullah, batinnya berkata.

"Iya tapi kapan, Rey? Bunda ingin cepat-cepat menggendong cucu."

Reyhan hanya bisa memutar bola matanya jengah. "Wallahu alam, nggak ada yang tahu kapan datangnya jodoh. Ya sudah, saya pergi dulu."

***

Entah saat ini apa yang dirasakan Reyhan, hatinya lega, senang, sekaligus sedih  secara bersamaan.

Mungkin saat ini kamu sibuk, apalagi sebentar lagi akan ada seseorang yang akan memilikimu. Saya berharap, siapapun dia, semoga memang yang terbaik untuk dunia akhiratmu. Tapi, bolehkah sekali saja saya menyebut namamu dalam doa? Saya hanya ingin mendoakanmu, saja. Tanpa meminta apa-apa,

Tanpa disadari, ternyata ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Setelahnya pergi sembari menghela nafas panjang. Sekarang ada jadwalnya operasi, Reyhan kembali fokus pada pekerjaan, dan menepiskan sebentar pikirannya. Beberapa jam berlalu, kini sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Tandanya jam istirahat pun masuk.

Awalnya Reyhan akan pergi sebentar, tapi ia urungkan saat melihat Najma. Dia berpikir akan mengucapkan selamat kepadanya. "Najma," panggil Reyhan.

Sincerely Love Alsya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang